"Apa saja yang tidak
boleh dimakan menurut hukum Islam?" tanya salah seorang penanya kepada
Tuan A. Hassan.
"Yang diharamkan oleh Allah," jawab A. Hassan,
"adalah bangkai, darah, daging babi, dan segala
sesuatu yang diperuntukkan selain Allah. Cuma itu saja yang haram dimakan.
Lainnya tidak," tegasnya.
Merasa belum puas, si penanya menyodorkan pertanyaan
lain, "Bagaimana kalau kodok, halalkah atau haram?"
"Tentu saja halal," jawab Ayah A. Qadir Hassan
ini.
"Apa kita tidak jijik makan daging kodok?"
penanya kembali menyodorkan persoalan.
"Perkara jijik, itu urusan tuan sendiri. Hanya
sekadar tuan jijik, tidak akan bisa merubah hukum yang ada dalam
Al-Qur`an," tandas A. Hassan dengan meyakinkan.
"Kalau begitu," sang penanya mencoba menarik
kesimpulan, "Tuan Hassan ini pantas kita juluki 'Ulama' Kodok',"
tuturnya.
A. Hassan tidak kehabisan akal lantas balik bertanya,
"Tentang kerbau, bagaimana pendapat tuan?"
"Tentu saja boleh
dimakan," jawab si penanya.
"Kalau begitu," jawab A. Hassan yang begitu
menukik, "tuan lebih cocok kita namakan 'ulama' kerbau." Diskusi pun
berakhir. (S.A. Mughni, 1980: 23) Ini adalah di antara sekian contoh kepiawaian A. Hassan dalam
diskusi dan debat.
Kemampuan debat beliau seolah sudah mendarah daging di
dalam pikiran dan kalbunya. Sehingga kapan saja bisa menjawab lawan debat
dengan cerdas dan cergas, serta tidak perlu berpikir lama.
H. Ali Muhammad Siradj salah satu murid A. Hassan dari
Sumedang -sebagaimana ditulis Tamar Djaja (1980: 64)- pernah bertanya kepada A.
Hassan tentang rahasai (kesuksesan dalam) perdebatan.
"Kalau lawan bertanya," jawab A. Hassan,
"harus dijawab dengan pertanyaan juga, dan carilah kelemahan di tiap
perkataan yang kalau perlu bertubi-tubi," pungkas beliau.
Demikianlah sekelumit kisah mengenai debat A. Hassan.
Di zaman yang begitu derasnya "Ghazwul Fikry"
(perang pemikiran) seperti saat ini, kemampuan debat dan diskusi (lisan dan
tulisan) seyogianya dipertajam oleh generasi umat Islam. Bukan untuk mencari
menang atau mempermalukan lawan, tapi untuk menolak kebatilan dan menegakkan
kebenaran.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !