Dianggap Nyeleneh

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 31 Juli 2010 | 15.22

Iwan memang di kenal sebagai anak yang proaktif dan mempunyai pikiran-pikiran yang agak nakal. Kawan-kawanya saja kuwalahan meladeni pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya. Suatu hari, dalam satu majelis pengajian keagamaan yang di asuh oleh Kh. Prof.Dr. Rosikhin Khin Lc. M.a.g, yang sedang mengupas permasalahan akidah. Iwan bertanya:” Ustadz, Allah itu kan tidak butuh pada apa dan siapapun, lalu kenapa Dia menciptakan orang beriman, kafir dan munafiq? Bukankah keimanan dan kekafiran itu tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan dan kebesaran Allah? Lalu apa untungnya bagi Allah menciptakan mereka?”kok ga sekalian aja di jadikan baik semua biar adil?”.

Mendengar pertanyaan tersebut, peserta pengajian merasa geram dan marah. Ada yang tidak kuat menahan amarah mengatakan:” Ente telah Kafir, ngapain nanya-nanya masalah gituan, emang ga ada pertanyaan lain apa. Ada yang menimpali:” Ni anak memang suka nyeleneh ustadz, ga usah diladeni”. Ada yang lebih radikal mengancam:” Kamu kalau nanyak yang aneh-aneh lagi bakal tak pukul!”. Ada pula yang ngasih dukungan. Suasana pengajian menjadi gaduh dan riuh akibat reaksi peserta pengajian yang pro dan kontra.

Melihat suasana yang panas ini, ustadz Rasikhin berusaha mendinginkan keadaan. “Para jamaah sekalian, saya harap jangan terpancing emosi, apa lagi mengancam sampai mengkafirkan seseorang. Perkara pengkafiran ini bukan hal biasa amat susah sekali menentukan kafir tidaknya seseorang. Kalau salah akibatnya bisa fatal, bisa kembali kepada diri sendiri. Masalah pentakfiran akan kita bahas pada pembicaraan selanjutnya, mengingat sempitnya waktu”.

(Dengan sangat bijak Ustd Rasikhin melanjutkan pembicaraanya)Bismillah, saudara Iwan yang saya hormati , saya akan berusaha menjawab pertanyaan antum sebatas kemampuan saya. Pertama: Allah menciptakan variasi orang menjadi mukmin, kafir dan munafiq menurut logika ketuhanan dan penalaran kita sangatlah logis. Kenapa? Karena tujuan Allah memilih manusia menjadi pengelolah bumi ialah supaya menjalankan dinamika yang ada didalamnya. Selain manusia tiada yang mampu menjalankanya. Allah menciptakan variasi demikian supaya tercipta kedinamisan untuk kemaslahatan mereka sendiri. Tanpa kedinamisan tidak akan lahir suatu peradaban. Kemudian, ini merupakan pantulan hikmah Tuhan yang menciptakan surga dan neraka. Di sisi lain pertentangan antara hak dan bathil merupakan sunnatullah, karena itulah Allah menghendaki adanya individu-individu yang membela yang hak dan yang bathil yang kemudian di istilahkan sebagai mukmin, kafir dan munafiq.

Kedua:” Memang benar keimanan, kekafiran dan kemunafikan tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan dan kebesaran Allah karena pada dasarnya maslahat kembali pada manusia. Secara logis, pencipta tak semestinya masuk dalam undang-undang yang diciptakan, dengan demikian segala pertanyaan yang menyangkut atau sengaja di lontarkan yang mengandung tasybih(penyerupan) antara pencipta dan yang di ciptakan adalah salah dan kurang tepat. Pertanyaan yang tepat semestinya:”apa hikmah Allah menciptakan orang mukmin, kafir dan munafiq?”.
Ketiga:” Jika Allah menjadikan orang manjadi baik semua bukanlah hal yang adil. Kenapa? Karena adil ga mesti harus sama. Malah penyamarataan terkadang merupakan tindakan tidak adil. Intinya, justru Allah menjadikan manusia menjadi beberapa macam variasi itu menggambarkan betapa adilnya Dia. Coba bayangkan jika orang hanya satu macam saja, pasti monotan, membosankan dan tidak menyenangkan. Dengan demikian tidak akan tercipta dialektika dan peradaban manusia.


Mungkin demikian akhi jawaban saya, kalau ada yang kurang puas bisa ditanyakan dan di dialogkan dirumah saya, karena waktunya sudah habis.(jawab Ustdz Rasikhin). Tak sepatah katapun keluar dari mulut Iwan melainkan hanya nyengir dan senyum saja. Tak ada yang tahu arti senyumanya, apakah ia sudah puas dengan jawaban ustadz, atau tidak puas tapi takut untuk membantah khawatir membuat peserta yang lain marah. Mereka hanya mengira-ngira saja. Kesan yang Iwan dapat, ia dianggap sebagai pemuda nyeleneh, padahal menurutnya biasa-biasa saja dan tidak keluar dari batas kewajaran dan ia menganggap itu sebagai naluri intelektualitas yang lagi menggelora dan tumbuh menggelisahkan alam pikirnya.

Mudik Spritual

Written By Amoe Hirata on Rabu, 14 Juli 2010 | 12.00

Di tengah kebisingan hidup fana…
Kalbu makin terombang-ambing gelisah…..
Merasa rindu bersua sang Pencipta…..
Dalam pesona dzikir mendesah…

Hati ini terlampau mendunia…..
Tak sadar akan alam Barzah…..
Lalai lalu lalang melupa…..
Getaran suci ayat-ayat tak lagi mampu menggugah…

Betapa lucunya….
Termangu dalam gelimang salah…
Tak bergeming lekas kelana…..
Menyusuri ril-ril taubat menuju Ilah…

Sinyal-sinyal kerinduan yang terbaca…..
Dari erang kalbu membuncah….
Dengan tegas menyabda….
Pada mudik spiritual, kembalilah…
 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan