Panorama dhuha begitu indah. Hawa
begitu sejuk memanjakan .Embun pagi bening menyelimuti rerumputan dan
tetumbuhan. Sungai-sungai mengalir sedang dan bening. Ikan-ikan di sungai
begitu serentak berenang ba` sedang pentas dalam kontes renang. Kumbang-kumbang
nampak cantik bergairah menghinggapi bunga-bunga mawar yang sedang mekar di
taman pesantren al-Karimah.
Pagi ini, Puspita Sari sedang
menunaikan shalat Dhuha dan istikharah. Begitu khusyuknya Ia shalat seolah
tiada segala. Dia bukan main bingungnya. Menghadapi dua pilihan yang begitu
sulit. Belum lagi terlaksana pernikahannya dengan Aji, ternyata ada lagi yang
mau menikahinya. Sebenarnya Dia tidak akan bingung jika Aji akan menepati
janjinya untuk nikah tahun ini. Berhubung studi Aji agak tersendat akibat tesis
yang belum terselesaikan, maka Aji menyerahkan keputusan sepenuhnya pada
Puspita.
Bagaimana tidak bingung dan sedih.
Ia merasa sudah mengalami beberapa kegagalan untuk menuju mahligai rumah tangga
bahagia. Untungnya Dia adalah wanita yang shalihah, sehingga apapun ujian yang
menimpa akan dihadapi dengan hati yang lapang dan sabar. Ia ingat sabda
Rasulullah shallallahu `alaihi wassallam : “Begitu mengagumkan kondisi orang
mukmin. Segala kondisi (yang dialami) itu baik baginya. Dan itu tidak dimiliki
seorangpun kecuali mukmin. Jika Ia mendapatkan kebahagiaan bersyukur (dan itu)
adalah lebih baik baginya. Dan jika Ia ditimpa kesusahan Ia bersabar (dan itu)
lebih baik baginya(Hr. Muslim).
Dalam doa yang ia lantunkan Ia
memohon: “ Ya Allah ampunilah dosa-dosa hamba-Mu ini. Tunjukkanlah yang terbaik
bagi hamba. Bila memang Aji Kurniawan itu jodohku, maka permudahlah jalannya
dan jika Alyan Hisan yang terbaik maka gampangkanlah. Aku berserah diri
pada-Mu. Aku ingin membina mahligai rumah tangga bahagia. Aku ingin membina
rumah tangga yang yang selalu mengingat-Mu. Yang kuingin bukan cinta biasa. Aku
ingin cinta sejati menuju-Mu. Allahumma taqabbal du`aa`. Amiin.
*****
Di bandara Berlin, terlihat begitu
ramai. Para calon penmpang terlihat berbaris rapi menunggu giliran chak in.
Para petugas keamanan dengan penuh semangat mengecek satu persatu koper calon
penumpang untuk jaga-jaga biar tidak ada tindakan kriminal.
Dengan agak tergopoh, Dino beserta
rombongan segera cepat-cepat menuju bandara. Ini karena, jadwal keberangkatan
yang seharusnya pukul lima sore dimajukan menjadi pukul tiga sore. Setelah
dikonfirmasikan ternyata ada kesalahan teknis jadwal penerbangan. Waktu itu Ia
diantar sama Bagas, Sharon, Arjuna, Kasturi beserta dosen dan koleganya.
Karena kemajuan jadwal inilah
akhirnya persiapan Dino mengemasi barang-barang tidak efektif. Banyak sekali barang
yang tidak terbawa. Ia hanya membawa yang penting-penting saja. Sebelum
berangkat Ia berpamitan pada teman-teman satu persatu. Kemudian Ia meminta
salah satu dosenya yang bernama Muhammad Wahed( sebelumnya bernama Friedrhic
Ballach) untuk meminta doa pamitan. Dengan segera Ia berdoa: “Ya Allah,
Mudahkanlah perjalanan Dino. Anugerahkanlah keselamatan. Kabulkanlah
permohonannya untuk menggapai cinta sejati karena yang ia inginkan bukan cinta
biasa. Pertemukan Dia dengan Puspita dalam mahligai rumah tangga jika memang
itu menuju pada cinta sejati-Mu”.
*****
Gema takbir memenuhi masjidil Haram.
Beribu-ribu orang berpakaian ihram sedang melaksanakan ibadah haji. Lantunan
dzikir terlantun semarak. Wajah ceria penuh cinta tergambar pada wajah-wajah
mereka.
Pada tahun ini, Aji berazam
menunaikan ibadah haji. Dari dahulu Ia ingin melaksanakan ibadah haji. Nah,
baru kali ini Ia bisa melaksanakan haji. Betapa senang dan syukurnya ia
bertepatan dengan itu judul tesisnya diterima.
Di bawah naungan Ka`bah, Aji melaksanakan
thawaf. Selesai thawaf Ia berdoa: “Ya Allah, Engkau adalah Maha Waduud.
Bimbinglah selalu aku pada kesejatian cinta-Mu. Aku tak mau jatuh pada cinta
terlarang yang dibangun berdasar maksiat pada-Mu. Aku ingin cinta fitri. Bukan
cinta biasa. Bila Puspita Sari itu jodohku yang dapat mengantarkanku pada cinta
sejati-Mu, maka pertemukanlah Aku dengannya dalam jalinan cinta”.
*****
Suara merdu terlantun syahdu.
Dihiasi dengan bacaan mulia al-Qur`an. Di serambi masjid al-Hikmah, Alyan Hisan
lagi asyik membaca mentadaburi al-Qur`an. Pada waktu itu yang dibaca: wahai
Tuhanku anugerahkanlah padaku dari isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyejuk hati, dan jadikanlah kami imam dari orang-orang
bertakwa”(al-Furqan: 74).
Dalam batin Ia bergumam:
“Mudah-mudahan Allah menganugerahiku isteri shalihah dan keturunan penyejuk
hati dan menjadi penghulu orang-orang bertakwa. Semoga cinta itu adalah
Puspita. Yang mengantarkanku pada kesejatian cinta. Bukan cinta biasa tak bermakna yang malah menjauhkanku dari
Maha Pecinta”.