Padepokan Akademis

Written By Amoe Hirata on Rabu, 05 Januari 2011 | 18.02

Bagai di kejar anjing, Makbul lari terbirit-birit menuju padepokan Akademis. Penghuni padepokan merasa heran. Biasanya, kalau gelagat Makbul demikian pasti sedang membawa berita penting. Ternyata benar. Makbul memberitakan bahwa prabu Rosib beserta prajuritnya akan mengadakan study banding dengan prabu Najah. Setelah bertahun-tahun tidak ketemu, prabu Rasib merasa perlu menyambangi teman seperguruanya untuk menguji sejauh mana kesaktianya.

Ayo cepat siap-siap!! Rapikan semuanya, buat jamuan untuk mereka(Teriak Jayyid). Prabu Rasib beserta rombongan sudah sampai. Keluarlah prabu Najah untuk menyambutnya. Assalamu`alaikum ya akhi, bagaimana kabar antum? Waalaikum salam akhi….ana baik-baik saja…begini tujuan ana kemari ingin bersilaturrahim sekaligus study banding. Kita sudah beberapa tahun tidak ketemu, ana merasa kangen. Saya juga demikian prab. Monggo-monggo silahkan duduk di gubuk kami.

Kenalkan ini adalah putra-putra saya. Yang paling besar dan super ganteng namanya: Mumtaz. Terus yang ganteng sekali itu adeknya, namanya: Jayyid Jiddan biasa dipanggil JJ. Sampingnya lagi yang ganteng namanya: Jayyid biasa di panggil J doank. Nah yang terakhir ni si bungsu namanya: Makbul, walaupun wajahnya biasa-biasa saja tapi dalam dunia interaksi gampang diterima, karena sosoknya yang begitu grapyak dan familier dengan masyarakat sekitar.

Ok, ana salut sekali sama antum. sebelumnya ana minta maaf karena belum dikaruniai anak. Tapi jangan kuwatir ana punya murid banyak kok entar bisa di tandingkan dengan putra-putra antum. Baik, monggo dimakan jamuan yang ala kadarnya ini. Belum selesai mengobrol, rupanya ada lagi tamu yang datang yaitu Prabu Manqul dan prabu Tashfiya(dua saudara kandung, Manqul anak pertama sedang Tashfiyah anak bungsu).

Ahlan akhi Manqul dan Tashfiyah. Mari-mari silahkan duduk, lama ya kita tidak bersua seperti ini. Wah sampeyan berdua tambah gemuk dan cakep saja nih. Ah biasa aja prab, ada yang merawat sih, disamping itu suplai vitamin juga terjamin. Kedatangan kami kemari tidak jauh beda dengan maksud prabu Rosib. Kami juga ingin mengadakan study banding sekaligus shilatur rahim. Kami tidak punya murid hanya punya putra saja.

Ini anaknya mas Manqul. Yang satu namanya Manqul Wahid dan yang kedua namanya Manqulein. Sedangkan yang ini anak saya. Yang paling besar namanya Tashfiyah Bi Maddah dan yang kedua bernama Tashfiyah Bi Madatein. Wah anak antum lucu-lucu dan imut-imut, masih muda sekali. Memang umurnya berapa(Tanya prab Rosib). Heh..jangan terlalu memuji mas, meraka sebaya usianya masih lima belas tahunan.

Setelah semuanya kumpul dan selesai makan-makan, sekarang bersama-sama mereka meluncur ke kelas-kelas study untuk memilih tempat bertanding bagi putra dan murid para prabu tadi. Setelah melihat-lihat akhirnya mereka sepakat memilih kelas imam al-Bajuri, ini karena ruangnya luas, rapi dan ada AC nya.

Suasana kelas begitu hening. Mereka di bagi menjadi empat kelompok. Kelompok A mewakili prabu Najah, kelompok ini di ketuai oleh Mumtaz. Kelompok B mewakili prabu Rosib, kelompok ini di pimpin oleh Rosib Amidin. Kelompok C mewakili prabu Manqul, kelompok ini di ketuai Manqul Wahid. Yang terakhir kelompok D mewakili prabu Tashfiyah, kelompok ini di pimpin oleh Tashfiyah bi Maddah.

Mereka akan bertanding debat. Acara akan di pimpin langsung oleh Graind Syeikh padepokan Akademis yang makruf di panggil Natijah.

Kelompok A memulai presentasinya:" Bagaimanapun juga najah itu lebih baik daripada rosib. Najah merupakan lambang kebanggaan dan kesuksesan. Siswa manapun pasti mencintai dan mendamba-dambakanya, karena itu kami bangga sebagai keluarga Najah. Sedangkan Rosib Tashfiyah dan Manqul secara umum derajatnya lebih rendah dan tidak di harapkan". Begitulah presentasi kelompok A dengan penuh kebanggaan.

Dengan sangat tenang kelompok B membantah:" Ok, najah lebih baik dari rosib. Tapi perlu kalian ketahui bahwa kalian di puji dan disukai itu karena keberadaan kami. Coba seandainya kami tidak ada, pasti tidak ada yang melirik kalian. Siswa menyukai kalian karena berangkat dari kesadaran bahwa mereka ingin menjauhi rosib. Coba seandainya rosib tidak ada tidak mungkin eksintensi kalian di kagumi. Perlu di ketahui juga bahwa siswa rosib itu terkadang tidak menunjukkan kebodohanya. Karena bisa jadi ia sengaja melakukanya untuk motivasi tertentu. Malah sebaliknya terkadang siswa yang katanya najah terkesan bodoh dan tidak cerdas. Di sisi lain kalian perlu tahu rosib bukanlah lambang kegagalan murni. Rosib adalah kesuksesan yang tertunda".

(Para penonton memberikan applaus nya. Ini sangat menarik ternyata kelompok B(Rosib) tidak kalah pinter ngomong dengan kelompok A(Najah), malah uraian kelompok B lebih panjang.)

Kelompok C berkomentar:" Menurut hemat kami, sukses tidaknya siswa itu bukan hanya semerta-merta di lihat dari anatomi nilai akademis tertentu, misalkan najah ataupun rosib. Hasil-hasil itu bersifat sementara dan tidak cukup mewakili untuk menunjukkan kesuksesan. Sebab pada kasus tertentu ada siswa yang secara akademis dianggap gagal, tapi ia mampu meraih kesuksesan dalam bidang lain. Intinya jangan hanya terpaku dengan ukuran-ukuran akademis tertentu, karena itu bisa menipu. Karena bisa saja itu dihasilkan dari keculasan dan kecurangan tertentu".

(Kelas semakin ramai dengan tepuk tangan, tidak disangka juga kelompok C cukup bijak dan pandai ngomong).

Kelompok D menyambut:" Rosib atau najah tidak usah terlalu di permasalahkan, karena masing-masing mempunyai peranan dan manfaat tersendiri dalam mensukseskan siswa. Terkadang rosib bisa membikin siswa sadar untuk memperbaiki diri agar sukses. Terkadang najah malah membikin siswa merasa puas dan mandeg tidak tertantang untuk meraih kesuksesan yang lain, ia merasa cukup sehingga lambat laun sikapnya yang demikian malah membuat dia gagal. Jadi intinya, Rosib atau najah bukanlah hal final dan tak usah di pertentangkan sebab diam-diam mereka menjalin kerjasama dalam menciptakan kesuksesan-kesuksesan siswa".

(Semakin gaduh dan meriahlah perdebatan di kelas imam al-Bajuri ini. Tidak terasa ternyata waktu sudah habis. Para juri merasa bingung untuk menentukan siapa yang memenangkan perdebatan ini. Akhirnya diputuskan:" Tidak ada yang kalah dan yang menang, semua kelompok di nilai bagus". Mendengar hasil demikian nampaknya para prabu merasa puas dan lega, karena tidak ada yang merasa kalah dan mengalahkan. Namun putra-putra prabu Najah kelihatan kurang sreg dan senang mungkin mereka merasa paling hebat dan tidak mau di samakan)
 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan