Kado Gerhana

Written By Amoe Hirata on Rabu, 09 Maret 2016 | 16.19

Bagaimana jika
Kelam gerhana mendinding dunia
Selamanya
Gundah gulana kan menyelimut raga

Bagaimana jika
Gulita gerhana menutupi semesta
Selamanya
Duka cita kan meresah jiwa

Jangan dipikir
Bahwa gerhana sekedar
Peristiwa alam biasa

Jangan dianggap
Bahwa gerhana sekedar
Kejadian dunia lumrah

Di balik peristiwa gerhana
Terdapat peringatan
Tersimpan pelajaran
Terkandung nasihat

Kalau cahaya redup
Bisa apa kita?

Kalau cahaya sirna?
Mau apa kita?

Bukankah aktifitas kita
Beriring cahaya?
Bukankah kegiatan kita
Bersanding cahaya?

Bila tak peduli pada
Peringatan-Nya
Jiwa kan tiada

Bila tak merisau akan
Pelajaran-Nya
Nurani kan mati

Bila tak peduli pada
Nasihat-Nya
Sukma kan musnah

Apa harus menunggu hancur total
Lantas kita tersadar
Dari mimpi dunia

Urgensi Iman kepada Allah dan Hari Akhir


A.     Ayat Tadabbur :(QS. Al-Baqarah: 126)
{وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ} [البقرة: 126]
B.     Arti Ayat:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Rabbku(swt), jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan Hari Akhir. Allah berfirman: “Dan kepada orang kafir pun Aku berikesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”.
C.     Analisis            :Kata “إِذْ” mengandung arti kata perintah: “ingatlah”(Muhammad) ketika. Kalau kaitannya dengan pembaca, maka seolah-olah pembaca mendapat perintah langsung dari Allah, “INGATLAH KETIKA!”. Sebuah metode penting yang diajarkan al-Qur`an kepada pembacanya agar rajin menggali hikmah sejarah. Apa lagi, sepertiga al-Qur`an berisi kisah-kisah. Dalam konteks ayat ini, kita disuruh untuk mengambil hikmah dari Nabi Ibrahim `alaihis salam bagaimana dia berdoa.
Menggali hikmah sejarah pun bukan asal-asalan. Disini yang diperintahkan untuk digali ialah kisah manusia pilihan, Nabi Ibrahim. Karena itulah, kita bisa menggali hikmah sejarah dari kisah-kisah yang bermutu, bukan kisah-kisah palsu yang hanya berorientasi hiburan.
Doa yang dipanjatkan Ibrahim, menunjukkan bahwa beliau selalu ‘melibatkan’ Allah dalam menjalankan visi-misinya. Setiap aktivitas yang dilakukan, tak pernah lepas dari muraqabatullahi(merasa diawasi Allah). Di samping itu, ini menunjukkan tauhid Ibrahim benar-benar hanif. Ini berarti, sebelum anda berdoa, pastikan bahwa tauhid anda sudah benar, sebab salah satu penghalang terkabulnya doa ialah tauhidnya tidak murni kepada Allah(tercampur dengan kesyirikan).
Ibrahim `alaihis salam dalam ayat ini juga mengajarkan seni berdo`a pada kita agar bisa cepat diterima. Seni yang beliau ajarkan ada dua: Pertama, menggunakan nama Allah yang tepat sesuai dengan yang akan diminta(dalam hal ini menggunakan Rabb). Kedua, permintaannya bukan untuk kepentingan pribadi. Beliau tidak egois dalam berdoa. Ia meminta untuk kepentingan umum(skala negara). Lebih dari itu, doa Ibrahim –dalam keterangan ayat lain- bukan hanya bukan hanya ditujukan untuk orang di masanya saja, tapi juga untuk generasi-generasi setelahnya.
Doa Ibrahim benar-benar dikabulkan. Negeri Mekah adalah negeri aman dan sejahtera. Banyak sekali yang berkunjung ke sana baik untuk umrah maupun haji. Menariknya, buah-buahan apa saja bisa ditemukan di sana.
Yang diminta Ibrahim adalah keamanan dan kesejahteraan negara, karena negara memang  memiliki fungsi besar dalam mengamankan dan mensejahterakan rakyat. Sedangkan negeri yang diminta di sini bukan sembarang negeri,  negerinya jelas yaitu, Mekah yang di dalamnya ada Baitullah(sebagai tempat menjalankan ritual ibadah haji, dan silaturrahim antar umat Islam di penjuru dunia). Seolah-olah tersirat dari permintaan ini: negeri yang hubungan dengan Allah sangat bagus, maka sangat besar peluang untuk mendapat keamanan dan kesejahteraan. Jadi Mekah(tempat Baitullah) bisa dijadikan cermin, bagi siapa saja yang menginginkan keamanan dan kesejahteraan suatu negeri.
______________________________________________________________________________
Kalau pada ayat sebelumnya(125) sudah dikatakan, "Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman." Lalu apa gunanya Ibrahim meminta keamanan lagi pada Allah pada ayat ini(126)? Jawabannya: Jika kamu melihat orang meminta sesuatu yang sudah ada, maka ketahuilah tujuan ia melakukan itu ialah agar yang ada tetap kekal bersamanya. Bahasa simpelnya: Ya Allah jadikanlah negeri ini (Mekah) SELALU/SENANTIASA/TERUS AMAN hingga hari kiamat.
Syahidnya(penguatnya), An-Nisa: 136. Allah memanggil orang-orang beriman, kemudian memerintahkan mereka beriman. Jadi maksudnya, Allah memerintahkan mereka kontinu, mendawami, istiqamah, pada keimanan mereka. Jadi, SETIAP PERMINTAAN PADA SESUATU YANG SUDAH ADA, BERARTI MERUPAKAN PERMINTAAN AGAR YANG ADA TERUS MENERUS ADA.[Tafsir al-Sya`rawi, 1/581]
______________________________________________________________________________
Dalam doanya, Ibrahim menggunakan kata Rabb, bukan Allah. Karena yang dia meminta keamanan dan rezeki. Di antara fungsi Rab, sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Qurays, ayat: 4, ialah memberikan rasa aman, dan memberi manusia makan agar terhindar dari rasa lapar. Kalau kata ‘Allah’, kaitannya Allah sebagai Zat yang disembah. Zat Yang Berhak untuk diibadahi.
Untuk menciptakan negeri yang aman sentausa, dan (penduduknya)berlimpah rezeki, maka syaratnya dua: Iman pada Allah dan iman pada Hari Akhir. Iman pada Allah melahirkan rasa aman, sedangkan iman pada Hari Akhir(Orang yang hidupnya berorientasi akhirat) memicu kelancaran rezeki.
Permintaan Ibrahim ada dua: Pertama, meminta Mekah yang sebelumnya adalah tempat tandus, dan tak ditumbuhi tanaman(tak dikenal) dijadikan sebagai balad(negeri, negara, yang dikenal). Dan tak cukup hanya di situ, tapi juga aman. Percuma menjadi negeri yang sudah dikenal, tapi tanpa rasa aman. Makanya, keamanan adalah salah satu elemen penting dalam negara. Kedua, bila rasa aman sudah didapat, maka secara otomatis permintaan ketiga berupa rezeki(kesejahteraan) akan terpenuhi.
Orang tidak akan memikirkan kesejahteraan, sebelum tercipta rasa aman. Uniknya, rezeki yang diminta Ibrahim disini adalah “tsamarat”(buah-buahan). Kita ketahui bahwa buah-buahan bukanlah kebutuhan primer. Ini artinya, kalau kebutuhan skunder saja beliau minta, berarti sudah mencakup kebutuhan primer. Artinya, seakan-akan Ibrahim meminta kepada Allah agar di samping negeri yang aman, ia juga menginginkan agar Allah menjadikannya negeri sejahtera, sehingga kebutuhan primer dan skunder, bahkan tersiernya bisa terpenuhi, sebuah idealisme doa yang luar biasa yang dicontohkan Ibrahim kepada umat manusia.
Bersamaan dengan itu, Allah juga mengingatkan bahwa rezeki yang diberikan, bukan hanya untuk orang beriman. Karena sebagai Rabb, -sebagai contoh- Allah tidak pernah membeda-bedakan cahaya matahari yang menyinari bumi, baik untuk orang beriman maupun kafir. Tapi, yang membedakannya ialah pada skalanya. Karena orang kafir tidak berorientasi akhirat, maka sebanyak apa pun rezeki yang dikaruniakan Allah padanya di dunia(sesukses apa pun kehidupan mereka di dunia), maka itu hanya bernilai mata`un qalil(kenikmatan yang sedikit, sebentar, dan sementara) karena pada hakikatnya dunia adalah sementara.
Ketika di akhirat, mereka sudah tidak bisa apa-apa. Tidak memiliki pilihan lain. Di dunia mendapat kenikmatan sementara, sedang di akhirat mendapatkan penderitaan tiada kira. Mereka akan pendapat sejelek-jelek tempat kembali.
Inilah yang membedakan orang beriman  dengan orang kafir. Orang beriman, menganggap dunia itu sementara, tetapi bukan berarti mengabaikannya. Ia menjadikan dunia sebagai ladang amal yang diorientasikan untuk kepentingan akhirat. Sedangkan orang kafir, menjadikan kenikmatan dunia yang sementara sebagai tujuan hidup, padahal sejatinya akan mendapatkan siksa di akhirat selama-lamanya. Orang beriman berpikirnya visioner, dan luas. Sedangkan orang kafir berpikirnya, stagnan dan sempit.
______________________________________________________________________________
            Syekh Sa`di dalam tafsirnya menjelaskan perbedaan orang beriman dan orang kafir dalam memanfaatkan rezeki yang dikaruniai Allah. Orang Muslim, memanfaatkan rezeki sebagai penolong agar mempermudah dirinya dalam beribadah kepada Allah, sampai pindah ke surga. Sedangkan orang kafir, hanya menikmatiny sementara, dan dipaksa masuk neraka dalam kondisi tak suka.(Taisir Karim al-Rahman,  1/66).

A.     Pelajaran-pelajaran Praktis:
1.      Galilah hikmah dari sejarah orang-orang sukses(dunia-akhirat)
2.      Libatkan Allah dalam setiap aktivitasmu, salah satunya adalah  dengan berdoa
3.      Sebelum berdoa, upayakan tauhidmu benar-benar bersih, agar doa terkabul
4.      Berdoa untuk kepentingan umum, lebih besar peluang terkabulnya dari pada berdoa hanya untuk kepentingan pribadi
5.      Pilihlah nama Allah yang tepat sesuai dengan permohonanmu
6.      Rasa aman dan kesejahteraan adalah unsur penting yang melandasi tegaknya negara. Bila rasa aman tidak tegak, kesejahteraan pun tak mungkin terwujud.
7.      Negara aman dan sejahtera tidak bisa dipisahkan dengan iman pada Allah dan orientasi akhirat
8.      Tancapkan iman pada Allah di dalam hatimu saat mengarungi kehidupan dunia(libatkan Dia dalam segenap aktivitas kebaikanmu), dan berorientasi akhirat, insyaallah akan selamat dunia-akhirat.
9.      Sebagaimana orang beriman, orang kafir pun mendapatkan rezeki. Cuma bedanya, rezeki orang kafir sifatnya adalah kesenangan sementara. Sedangkan rezeki orang beriman, itu bukan hanya di dunia, tapi juga berdimensi akhirat.
10.  Negeri aman sentausa dan sejahtera yang berorientasi akhirat bukan dibangun berdasarkan mimpi-mimpi yang tak bisa direalisir. Perlu adanya kerja keras(dan cerdas/ usaha maksimal), planning matang, memiliki visi-misi yang jelas laiknya Ibrahim, dan yang paling utama adalah ‘melibatkan’ Allah.
 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan