"Nestapa" Pembawa Arti.

Written By Amoe Hirata on Kamis, 23 Desember 2010 | 04.22



Nestapa kembali menelisik hati....
Tak jemunya menggoyah rapuh sanubari...
Apakah ini tegur lekas ubah diri....?
Atau sambut suka cita menanti.....?


Asa hampir tak setia, menjahui....
Tegap, tegar jiwa perantau sunyi.....
Haruskah suara menggelegar keras sesali....?
Meraung-raung penuh iba tak peduli....?



Rupanya telepati meringis geli.....
Wahai abdi pecinta ilahi...
Jangan mudah susut benahi...
Laku diri yang lebur diterpa uji....



Benturan-benturan realita teralami...
Seakan datang membawa arti....
Menuntun pelan ke jalan ingini.....
Jika memang cerdas sikapi......

Mbah Rujak 'Tokoh Marginal'

Written By Amoe Hirata on Minggu, 12 Desember 2010 | 11.10

Tokoh yang akan saya angkat pada tulisan ini bukanlah tokoh seperti pada umumnya. Secara pendidikan ia tidak pernah mengenyam pendidikan formal apapun. Bahkan ia buta huruf. Ia juga tidak punya banyak masa. Apa lagi karisma. Yang ia tahu hanyalah kejujuran. Yang ia laku hanya ketulusan. Yang ia usahakan hanya keikhlasan.

Siapakah gerangan tokoh marjinal itu? Ia adalah mbah rujak. Begitulah sapaan akrabnya. Sampai sekarang aku tidak tahu persis namanya. Yang aku tahu hanya keramahan dan ketulusanya. Ia mempunyai usaha kecil berupa warung rujak disamping dekat kantin Ma`had al-Itihad al-ISlami Camplong. Warungnya begitu rame. Mungkin karena disamping murah juga boleh hutang. Bahkan terkadang hutang itu tak terbayar.


Meskipun banyak hutang yang belum terbayar, usahanya masih bisa eksis. Usahanya masih bisa bertahan. Ia juga masih bisa senyum bahagia. Aku tidak tahu persis kira-kira apa energi yang mampu membuatnya bertahan ditengah kesullitan finansial yang selalu menghimpit. Menurutku dia adalah tokoh yang tidak kalah kualitasnya dengan tokoh-tokoh lain. Bedanya ia marjinal dan tidak dikenal oleh siapapun.  

Bila Ngikut Kebanyakan Orang

Written By Amoe Hirata on Jumat, 03 Desember 2010 | 03.25

Dalam kehidupan ini gejala saling mempengaruhi itu selalu ada. Itu tak jadi masalah. Masalahnya ialah ketika pengaruh itu sudah semakin jauh menggerogoti hak-hak privasi. Salah satu hal yang mempunya pengaruh besar ialah omongan dan anggapan orang tentang kita. Kita kadang serba mengikuti orang sekeliling kita dalam bersikap. Akibatnya kita tidak mandiri dalam bersikap dan selalu merasa kurang PD. Pada tulisan berikut akan disajikan sebuah hidangan cerita mengenai orang yang selalu mengikuti kata orang lain sehingga kurang membuatnya independent dan tergantung.

Joha mempunyai anak yang sangat susah untuk diperintah kerja. Setiap kali disuruh, Anak itu berkata pada bapaknya:" Apa kata orang jika aku bekerja demikian?).

Berikutnya Joha ingin memberi pelajaran berharga pada anaknya dan mengajarkan padanya bahwa kerelaan dan kemaua orang itu tidak ada habisnya dan tak terukur batasnya.

Kemudian ia menaiki keledai dan menyuruh anaknya mengikuti dari belakang. Tak lama sesudah itu mereka berpapasan dengan para wanita. Wanita itu dengan ketus berkata:"Hai pak! Apa anda tidak punya belas kasihan! anda naik sedangkan anaknya disuruh ngikut dari belakang?".

Turunlah Joha dari keledai kemudian menyuruh anaknya naik. Tak jauh perjalanan berlangsung ia bertemu dengan skelompok orang tua sedang menuju arah timur. Salah seorang dari mereka menepukkan tanganya kepada temanya untuk mengalihkan pandangan pada perilaku bodoh dari Joha dan anaknya. Ia berkata berulang-ulang:" Dengan begini anak malah tambah rusak bahkan malah mengajari dia durhaka pada orang tua...Hai pak! anda sudah tua berjalan dan membiarkan keledai dinaikin anak ini, lalu anda pikir dengan begitu  bisa ngajari anak ini sopan santun?".

Joha berkata pada anaknya:" Kamu dengar kata orang-orang tadi? Ayo kalau gitu kita naik keledai bersama saja". Beberapa saat kemudian mereka bertemu dengan para penggembala berteriak:" hai! kalian ga mikir apa, binatang sekurus ini ditumpangi dua orang sedang berat kalian itu melebihi keledai, apa kalian ga takut sama Allah?".

Joha berujar:" sekarang kita sama-sama jalan saja dan kita biarkan keledai berjalan didepan kita supaya kita terhindar dari omongan pedas wanita, orang-orang tua dan para penggembala".

Setelah meneruskan perjalanan mereka bertemu sekelompok anak-anak kampung yang masi ingusan, melihat tingkah laku Joha dan anaknya mereka berkata:" Waduh, keledai ini memang untuk ditumpangi atau dibawa kemudian diistirahatkan kalau sudah capek".

Kemudian Joha belok ke pohon mengambil dahan kuat untuk mengikat keledai. Ia angkat keledai itu bersama  anaknya sambil jalan. Ternyata, mereka malah menjadi tontonan orang di jalan hingga jalan menjadi macet. Kemudian ada polisi lalu-lintas menertibkan kemacetan lalu membawa keduanya ke kantor polisi. Ditengah perjalan bersama polisi, Joha berkata pada anaknya:" inilah akibatnya jika ngikut kata orang,dan bekerja mingikuti kemauan orang".

Pelajaran:



-Harus memiliki pendirian tegas.
-Jangan mengikuti omongan kebanyakan orang, ikutilah kata hati yang masih jernih.
-Jadilah manusia seutuhnya, jangan digadaikan pada orang lain.
-Berusaha mandiri.
 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan