JANGAN TERMAKAN ISU

Written By Amoe Hirata on Selasa, 23 Februari 2016 | 17.34

            Judul ini lahir dari tadabbur Surah Yusuf, ayat 30-15. Kisah Nabi Yusuf AS, ini  senantiasa relevan diangkat, khususnya di tengah pengaruh media masa yang sedimikian dahsyat(seperti: membuat, mengolah dan menebarkan isu). Maka dari itu, mari kita singgah sejenak, mentadabburi al-Qur`an. Mudah-mudahan, setelah membacanya, kita bisa tercerahkan.

{وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (30) فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ (31) قَالَتْ فَذَلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ وَلَقَدْ رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِنَ الصَّاغِرِينَ (32) قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ (33) فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (34) ثُمَّ بَدَا لَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا رَأَوُا الْآيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّى حِينٍ} (35)} [يوسف: 30 - 35]

30. Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata"
31. Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia"
32. Wanita itu berkata: "Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina"
33. Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh"
34. Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
35. Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu

Catatan:
Setiap ISU –biasanya- lahir dari PERISTIWA. Pada ayat ini, PERISTIWA yang terjadi adalah: Nabi Yusuf  AS yang dibujuk istri Aziz untuk berbuat serong. Realitanya jelas, bahwa Yusuf sama sekali tidak salah, dia hanya menjadi korban dari nafsu istri Aziz.
Setelah ada PERISTIWA, lahirlah ISU di masyarakat. Nah, dari kisah ini, karakter ISU memiliki beberapa ciri. Pertama, tidak menguak fakta sebagaimana aslinya, dan cendrung parsial. Lihat saja, berita yang tersebar ialah, “Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata.
Mereka para cewek –yang suka gosip-, ketika mendapat berita perserongan istri pejabat kerajaan, langsung melahapnya, tanpa tabayyun(klarifikasi), malah dibesar-besarkan agle yang menghebohkan publik, yaitu: perselingkuhan.
Kedua, yang diangkat hanya yang bisa punya daya jual khalayak(heboh, bikin penasaran, enak dijadikan bahan gosip, dan membuat orang kepo). Isu tentang perselingkuhan istri pejabat, memang sangat potensial untuk dijadikan konsumsi publik sebagaimana kisah istri Aziz. Ketiga, selalu mengandung unsur negatif. Lihat, bagaimana mereka mengisukan istri Aziz. Hanya sisi jeleknya yang disampaikan.
Istri Aziz pun naik pitam. Dia termakan isu. Rupanya, harga dirinya sebagai istri pejabat menjadi anjlok, gara-gara isu tak sedap. Akhirnya, untuk membuktikan dirinya tidak sepenuhnya bersalah, dia membikin makar(tipu-daya, muslihat, konspirasi, kongkalikong dll). Diundanglah para penyebar isu, ‘Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan),
Tibalah saatnya istri Aziz menjalankan makarnya: “kemudian dia berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia".
Lihat bagaimana ekspresi para pembuat isu, ketika mereka mengalami sendiri. Akhirnya mereka juga terkena batunya. Beginilah nasib orang penyebar isu. Mereka hanya mampu menyebarkan isu, menikmati kesengsaraan orang, pandai menilai kesalahan orang tapi tak cukup bijak dalam melihat diri sendiri. Demikian pula yang termakan isu. Karena merasa dilukai(dengan pemberitaan yang buruk), akhirnya lahirlah dendam.
Dendam ini melahirkan keinginan negatif yang menyeret orang lain mengalami hal negatif seperti yang dialaminya. Lihat bagaimana senangnya istri Aziz ketika para penebar isu mengalami apa yang dialaminya, “Wanita itu berkata: "Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina.
            ISU, PENEBAR ISU, PEMBALAS ISU adalah tiga bersaudara yang sama berbahaya. Maka untuk selamat dari pusaran ketiganya, kita harus meneladani Nabi Yusuf As. Beliau sukses dalam melewati cobaan berat ini. Tidak sebagaimana orang kebanyakan yang suka menyebar isu, dan termakan isu, beliau malah tidak menghiraukan isu.
            Menghadapi kompleksitas isu yang menjerat dirinya dan istri Aziz, yang beliau lakukan pertama kali adalah memohon pertolongan Allah, ‘Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh” Sebuah gambaran nyata bahwa Yusuf melibatkan Allah dalam setiap permasalahan, sekaligus tidak termakan isu. Memilih masuk penjara tapi terhormat, dari pada hidup mewah tapi menjadi hina karena melanggar batas agama.
            Ketika Nabi Yusuf AS, tak termakan isu, dan lebih memegang teguh nilai-nilai agamanya, akhirnya dia diselamatkan dari makar, niat jahat para penebar isu, “Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Di penjara dia sudah merasa aman, dan bisa menebarkan dakwah kebaikan. Ternyata, kesabaran dan keteguhannya dalam memegang prinsip, di kemudian hari dia diangkat mendadi Bendaharawan Mesir.
Begitulah sikap, dan akibat positif yang diterima Yusuf AS. Lain halnya dengan penebar isu, dan pembalas isu, mereka sudah kepalang tanggung, mereka ingin biang keladi dienyahkan agar mereka terbebas dari jeratan hukum kerajaan dan sosial. Akhirnya timbulah ide buruk untuk memenjarakan Yusuf AS, “Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu.” Mereka pikir dengan memenjarakan Yusuf akan membuat Yusuf sengsara sebagaimana yang mereka rasakan. Energi negatif yang mereka tebarkan, tak ada efeknya sama sekali pada orang yang tak termakan isu. Justru dengan masuk penjara, Yusuf AS, diproteksi Allah SWT dari gelimang isu yang berbahaya bagi dirinya.

PELAJARAN:
  1. Jangan mudah termakan isu, karena di dunia informasi seperti sekarang yang didukung dengan media yang serba canggih, sangat mudah untuk membuat isu. Kalau kita gampang ikut dan tidak selektif, maka kita akan masuk pada arus mereka
  2. Kalau ada isu jangan lekas percaya, dan usahakan tabayyun (klarifikasi) terlebih dadulu
  3. Kalaupun benar terjadi, maka jangan ikut-ikut menyebarkannya, karena menebarkan aib dalam agama tidak dibenarkan
  4. Kalau anda difitnah dengan isu tak sedap, jangan reaktif terhadapnya dengan membalasnya kembali, karena jika  keburukan dibalas dengan keburukan, maka akan semakin buruk, dan apa bedanya anda dengan mereka
  5. Teladani Nabi Yusuf AS dalam menghadapi ISU. Saat mendengar isu tak sedap, dia segera memohon pertolongan Allah, mendekatkan diri pada-Nya, tidak ikut nimbrung dengan para penebar isu. Beliau yakin betul bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, sehingga ia pasti ditolong dan mereka yang suka menebar membuat dan menebarkan isu, pasti akan merasakan akibatnya. Tinggal menunggu waktu saja
Wallahu a`lam

Tebet, Selasa 23 Februari 2016, [17: 15]

Nasihat Menggentarkan untuk Presiden

Written By Amoe Hirata on Senin, 15 Februari 2016 | 10.17

       Ini adalah kata-kata menggentarkan dari ulama besar kepada presiden. Jarang sekali yang mampu menyampaikan kata-kata haq di hadapan penguasa dzalim. Lain halnya dengan Syekh Mutawalli al-Sya`rawi, dengan sangat berani –pada 1996- pasca selamatnya Mubarak dari upaya pembunuhan berencana di Ethiopia, dia menyampaikan nasihat yang begitu mengguncang jiwa penguasa. Berikut ini kata-kata beliau yang sudah diterjemah dari teks aslinya:
______________________________________________________________________________
            
              Sesungguhnya telinga pemimpin jarang siap sedia (mendengar) lisan rakyat. Barang siapa yang dikaruniai Allah telinga pemimpin, maka sampaikan kata-kata yang bagus kepada rakyatnya, dan mohonkan kepada Allah kebaikan untuk mereka. Dengan ‘doa baik’ pemimpin untuk rakyatnya, Allah akan membuat baik (kondisi) banyak makhluknya.
            Saya meminjam (ungkapan) Mutanabbi yang pernah disampaikan kepada Saif al-Daulah: “Aku tidak mengkhususkanmu pada tempat keselamatan dengan ucapan selamat. Jika engkau selamat, maka semua orang pasti selamat.”
            Wahai Presiden aku berhenti di ambang (pintu) duniaku untuk menyambut ajal Allah. Aku tak akan menutup hidupku dengan kemunafikan, dan tidak akan kutonjolkan keberanianku dengan kenekatan. Tapi akan kusampaikan kata ringkas untuk semua umat baik pemerintah maupun partai, oposisi maupun para pemimpin, serta bangsa, maaf jika aku berbicara negatif.
            Aku ingin sebagian mereka tahu bahwa semua kekuasaan (berada) di tangan Allah. Ia berikan pada siapa saja yang dikehendaki. Maka tidak ada konspirasi untuk mengambilnya, dan tidak ada tipu daya untuk sampai padanya. Sesungguhnya ketika Allah menceritakan dialog Ibrahim dengan Namrud, apa yang dikatakan padanya?
“Atau seperti orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya,” –padahal dia kafir-, Allah berfirman, “Allah memberikan kekuasaan padanya,”(QS. Al-Baqarah: 258).
            Ketika kekuasaan diturunkan Allah, Ia berfirman, “Ia memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki,”(baca: Ali Imran: 26) maka tidak ada konspirasi atas Allah terhadap kekuasaan, dan tidak ada tipu daya terhadap Allah terhadap hukum, karena tidak akan ada seorang pun yang menghukum dalam kekuasaan Allah, melainkan dengan kehendakNya. Jika dia adil, maka sungguh ia telah bermanfaat dengan keadilannya, sedangkan jika dia lalim, dan zalim, maka (Allah) akan menjelekkan serta memburukkan kezaliman dalam jiwa semua orang, lalu mereka membenci semua yang berbuat zalim meskipun bukan seorang hakim.
            Karena itu, aku katakan kepada semua kaum, sesungguhnya kita, al-hamdulillah telah jelas kebenaran kalam Allah pada berbagai peristiwa yang terjadi. Bagaimana kita menafsirkan firman Allah, “Mereka membuat makar, maka Allah membuat makar,”(QS. Al-Anfal: 30) bagaimana kita menafsirkan, “ sesungguhnya mereka membuat tipu daya, sedangkan aku(juga) membuat tipu daya,”(QS. At-Thariq: 15-16) Allah ingin menetapkan sifat qoyyumiyah(pengurusan)nya pada makhluknya.
            Aku sarankan pada siapa saja yang terbesit dalam kepalanya (ingin) menjadi hakim(penguasa), supaya tidak memintanya, tapi harus diminta. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, “ Barangsiapa diminta (mengurusi) sesuatu, maka dia akan ditolong, sedangkan orang yang meminta sesuatu, maka akan dibebankan padanya.”(Hr. Bukhari, Muslim)[1]
            Wahai Pak Presiden, kata terakhir yang ingin aku sampaikan padamu –mungkin ini adalah akhir pertemuanku denganmu-, “Jika engkau menghargai kami, maka semoga Allah memberi taufik padamu. Jika kami menghargaimu, maka semoga Allah menolongmu dalam menjalankan beban amanah.”
______________________________________________________________________________
NB. untuk menyaksikan secara langsung nasihat beliau, bisa dilihat di alamat berikut: https://www.youtube.com/watch?v=8ToWQoSX05M


[1] Bunyi haditsnya demikian:
يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ، لاَ تَسْأَلِ الإِمَارَةَ، فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا، وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا
 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan