As-Samî` Al-Bashîr

Written By Amoe Hirata on Kamis, 30 Januari 2014 | 20.00

1    Kau Maha Mendengar
Dan Menyaksikan
Segala yang ada
Baik yang tersembunyi
Dan yang nampak
Yang samar dan yang jelas
Yang kecil dan yang besar

Ya as-Samî`
Ya al-Bashîr
Atas Pendengaran dan Penyaksian
Yang Kau miliki
Jadikan aku sadar
Agar banyak mendegar dan Menyaksikan segala

Yang baik dan benar

Dari Gosip Ke Gosip

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 25 Januari 2014 | 12.17

                Menjelang Isya`, rumah Ngatiyem didatangi rombongan keluarga bapak Wardoyo(tetangga depan rumahnya). Ngatiyem dengan lekas menyangka bahwa kedatangan mereka ialah mau mengundang acara resepsi pernikahan anak mereka yang bernama Lestari. Di luar dugaan ternyata mereka mengintrogasi perihal gosip yang menimpa anaknya berupa, “hamil di luar nikah”, karena itulah, nikah dimajukan. Rupanya Ngatiyem, diduga sebagai penyebar gosip tersebut.
                Terjadilah tanya-menanya diantara mereka. Tapi sudah bisa dipastikan, sebagaimana kaidah dunia pergosipan bahwa tidak ada kata pasti dan tidak ada kata pengakuan. Maka pada waktu itu Ngatiyem menjelaskan bahwa gosip itu ia dengar dari Sulastri, sedang Sulastri dari Mina, dan Mina dari Rahayu, Rahayu dari Erna, Erna dari Maimunah, Maimunah dari Tia, Tia dari Minarti. Begitu Minarti terpojok tak bisa menjawab pertanyaan lagi maka secara reflek Minarti menegaskan bahwa sumber gosip ialah Ngatiyem. Begitulah seterusnya, mbulet, muter-muter, tak berujung solusi. Kasus ini dalam dunia pergosipan dinamakan ‘Sirklus Isu’.
                Karena tak menemukan jawaban yang pasti maka keluarga bapak Wardoyo naik pitam. Setiap rumah yang dia datangi ia ancam dengan menyebutkan bahwa dia punya saudara yang menjadi angkatan jadi kapan saja dia bisa menuntut siapa saja yang mencemarkan nama baik anaknya. Namun usahanya tak membuahkan hasil, bahkan menimbulkan rasa muak tetangganya, karena dari dulu yang diunggul-unggulkan ialah saudaranya yang menjadi angkatan.
                Pertanyaanya sekarang ialah apakah si Lestari selaku anak bapak Wardoyo ini benar-benar gadis baik sehingga layak diperjuangkan harga dirinya. Rupanya, si Lastri ini sangat ceroboh. Mengapa demikian? Karena sudah tahu kalau posisinya sebagai guru, dan rumahnya depan masjid masih saja secara terang-terangan di depan warga dia tak malu pulang pergi diapeli pacar. Jadi kasus ini tidak bisa seratus persen menyalahkan tetangga. Memang Lestari sendiri secara tidak disadari menciptakan gosip yang sedang menyebar di kampung. Sebab, kalau memang dia gadis baik-baik dan mampu menjaga diri maka sangat tidak mungkin dia dengan tanpa malu-malu melakukan pacaran di depan tetangganya yang notabene lingkungan rawan gosip, terlebih lagi dia adalah seorang guru. Tindakanya hanya akan mengajari murid-muridnya pacaran.
                Yang bikin tambah runyam ialah bahwa pihak sekolah tempat dimana Lestari ngajar, tanpa klarifikasi terlebih dahulu memerintahkan Lestari - melalui kepala sekolah- agar membuat surat pernyataan tentang kabar miring yang sedang beredar. Sebab, sekolah tidak segan-segan akan mengeluarkan dia kalau memang terbukti benar. Guru yang melakukantindakan a moral tak pantas menjadi pendidik.
                Pada akhirnya, bukan solusi yang keluarga bapak Wardoyo dapatkan. Malah masalah kian menumpuk tak berujung solusi. Pelaku tak ditemukan. Sedang gosip sudah menyebar luas. Dengan tangan kosong ia pulang bersama keluarganya meratapi nasib yang menimpa anaknya. Tapi parahnya kejadian ini tak lantas membuat keluarganya mengintrospeksi diri. Yang ada hanya mengecam dan mengancam tetangga yang diduga gosip.

Pelajaran:
1.       Hati-hati dengan gosip. Gosip dapat menimbulkan fitnah besar yang dapat merugikan diri.
2.       Gosipin orang memang tidak boleh. Tapi, jangan sampai kita menciptakan kondisi dimana orang cendrung menggosipi kita lantaran perbuatan jelek kita sendiri.
3.       Sirklus Pergosipan memiliki kaidah paten berupa: “ Tak ada kata pasti, yang pasti ialah katanya dan katanya”.
4.       Bila takut digosipin jangan membuat orang menggosip anda lantaran kecerobohan sendiri.

Muhajirin dan Anshar

Written By Amoe Hirata on Jumat, 03 Januari 2014 | 13.43



Muhajirin dan Anshar gambaran ideal dari sebuah relasi ‘manusia madani’ dalam entitas peradaban yang diprakarsai Nabi Muhammad berdasar pemahaman mendalam terhadap wahyu. Di dalamnya umat menjadi satu. Individualisme, egoisme, dan otoriterianisme tak menemukan ruang di dalamnya. Sekat-sekat primordialisme, sukuisme, dan nasionalisme lebur menjadi satu sebagai entitas baru yang ditransformasikan dengan istilah ‘ummatan wasathan(umat pertengahan)’. Umat yang tak memihak kepada ekstrim kiri dan ekstrim kanan. Umat yang selalu memosisikan diri pada titik keseimbangan. Pemikirannya lebih maju. Visi-misinya menembus batas-batas pakem standar manusia. Berpijak di bumi tapi berskala langit; hidup di dunia tapi berorientasi akhirat. Sebuah gambaran indah sepanjang sejarah manusia yang diasuh Nabi. Saat dimana kebaikan menjadi rebutan. Sebuah hormoni indah yang sulit dicari padanannya didunia. Saat kepedulian sosial melampaui kepentingan pribadi. Saat orang-orang baik begitu mewarnai. Saat kejelekan menjadi terbonsai. 

Mereka berlomba-lomba berkontribusi dalam kebaikan, untuk menegakkan nila-nilai ilahi. Akidah dan keyakinan yang kuat menjadi fundamen dan tulangpunggung bangunannya. Akhlak dan ‘rahmat sosial’ menjadi dinding dan atapnya. Kerukunan dan persatuan menjadi ‘lem perekat’ penting yang membuatnya bertahan dalam ‘komunitas madani’. Sebuah komunitas yang dinobatkan sebagai sebaik-baik generasi. Sebuah komunitas yang secara global memiliki kontribusi sosial yang tinggi. Mereka bukan maksum, tapi amal dan perjuangan mereka melampaui kekhilafan yang membuat orang kagum. Yang ingin dicapai bukan lagi urusan wilayah teritorial tertentu. Ia menembus batas ruang dan waktu. Mewujudkan kontribusi sebesar-besarnya bagi kehidupan alam, sebagai investasi akhirat. Secara horisontal dibingkai dengan spirit ‘rahmatan lil `alami(rahmat bagi sekalian alam)’, secara vertikal dibingka dengan spirit transendental  ‘rabbani(berorientasi ketuhanan).
 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan