Muhajirin dan Anshar gambaran ideal dari sebuah relasi ‘manusia madani’ dalam entitas peradaban yang diprakarsai Nabi Muhammad berdasar pemahaman mendalam terhadap wahyu. Di dalamnya umat menjadi satu. Individualisme, egoisme, dan otoriterianisme tak menemukan ruang di dalamnya. Sekat-sekat primordialisme, sukuisme, dan nasionalisme lebur menjadi satu sebagai entitas baru yang ditransformasikan dengan istilah ‘ummatan wasathan(umat pertengahan)’. Umat yang tak memihak kepada ekstrim kiri dan ekstrim kanan. Umat yang selalu memosisikan diri pada titik keseimbangan. Pemikirannya lebih maju. Visi-misinya menembus batas-batas pakem standar manusia. Berpijak di bumi tapi berskala langit; hidup di dunia tapi berorientasi akhirat. Sebuah gambaran indah sepanjang sejarah manusia yang diasuh Nabi. Saat dimana kebaikan menjadi rebutan. Sebuah hormoni indah yang sulit dicari padanannya didunia. Saat kepedulian sosial melampaui kepentingan pribadi. Saat orang-orang baik begitu mewarnai. Saat kejelekan menjadi terbonsai.
Mereka berlomba-lomba berkontribusi dalam kebaikan, untuk menegakkan nila-nilai ilahi. Akidah dan keyakinan yang kuat menjadi fundamen dan tulangpunggung bangunannya. Akhlak dan ‘rahmat sosial’ menjadi dinding dan atapnya. Kerukunan dan persatuan menjadi ‘lem perekat’ penting yang membuatnya bertahan dalam ‘komunitas madani’. Sebuah komunitas yang dinobatkan sebagai sebaik-baik generasi. Sebuah komunitas yang secara global memiliki kontribusi sosial yang tinggi. Mereka bukan maksum, tapi amal dan perjuangan mereka melampaui kekhilafan yang membuat orang kagum. Yang ingin dicapai bukan lagi urusan wilayah teritorial tertentu. Ia menembus batas ruang dan waktu. Mewujudkan kontribusi sebesar-besarnya bagi kehidupan alam, sebagai investasi akhirat. Secara horisontal dibingkai dengan spirit ‘rahmatan lil `alami(rahmat bagi sekalian alam)’, secara vertikal dibingka dengan spirit transendental ‘rabbani(berorientasi ketuhanan).
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !