Home » » Dari Gosip Ke Gosip

Dari Gosip Ke Gosip

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 25 Januari 2014 | 12.17

                Menjelang Isya`, rumah Ngatiyem didatangi rombongan keluarga bapak Wardoyo(tetangga depan rumahnya). Ngatiyem dengan lekas menyangka bahwa kedatangan mereka ialah mau mengundang acara resepsi pernikahan anak mereka yang bernama Lestari. Di luar dugaan ternyata mereka mengintrogasi perihal gosip yang menimpa anaknya berupa, “hamil di luar nikah”, karena itulah, nikah dimajukan. Rupanya Ngatiyem, diduga sebagai penyebar gosip tersebut.
                Terjadilah tanya-menanya diantara mereka. Tapi sudah bisa dipastikan, sebagaimana kaidah dunia pergosipan bahwa tidak ada kata pasti dan tidak ada kata pengakuan. Maka pada waktu itu Ngatiyem menjelaskan bahwa gosip itu ia dengar dari Sulastri, sedang Sulastri dari Mina, dan Mina dari Rahayu, Rahayu dari Erna, Erna dari Maimunah, Maimunah dari Tia, Tia dari Minarti. Begitu Minarti terpojok tak bisa menjawab pertanyaan lagi maka secara reflek Minarti menegaskan bahwa sumber gosip ialah Ngatiyem. Begitulah seterusnya, mbulet, muter-muter, tak berujung solusi. Kasus ini dalam dunia pergosipan dinamakan ‘Sirklus Isu’.
                Karena tak menemukan jawaban yang pasti maka keluarga bapak Wardoyo naik pitam. Setiap rumah yang dia datangi ia ancam dengan menyebutkan bahwa dia punya saudara yang menjadi angkatan jadi kapan saja dia bisa menuntut siapa saja yang mencemarkan nama baik anaknya. Namun usahanya tak membuahkan hasil, bahkan menimbulkan rasa muak tetangganya, karena dari dulu yang diunggul-unggulkan ialah saudaranya yang menjadi angkatan.
                Pertanyaanya sekarang ialah apakah si Lestari selaku anak bapak Wardoyo ini benar-benar gadis baik sehingga layak diperjuangkan harga dirinya. Rupanya, si Lastri ini sangat ceroboh. Mengapa demikian? Karena sudah tahu kalau posisinya sebagai guru, dan rumahnya depan masjid masih saja secara terang-terangan di depan warga dia tak malu pulang pergi diapeli pacar. Jadi kasus ini tidak bisa seratus persen menyalahkan tetangga. Memang Lestari sendiri secara tidak disadari menciptakan gosip yang sedang menyebar di kampung. Sebab, kalau memang dia gadis baik-baik dan mampu menjaga diri maka sangat tidak mungkin dia dengan tanpa malu-malu melakukan pacaran di depan tetangganya yang notabene lingkungan rawan gosip, terlebih lagi dia adalah seorang guru. Tindakanya hanya akan mengajari murid-muridnya pacaran.
                Yang bikin tambah runyam ialah bahwa pihak sekolah tempat dimana Lestari ngajar, tanpa klarifikasi terlebih dahulu memerintahkan Lestari - melalui kepala sekolah- agar membuat surat pernyataan tentang kabar miring yang sedang beredar. Sebab, sekolah tidak segan-segan akan mengeluarkan dia kalau memang terbukti benar. Guru yang melakukantindakan a moral tak pantas menjadi pendidik.
                Pada akhirnya, bukan solusi yang keluarga bapak Wardoyo dapatkan. Malah masalah kian menumpuk tak berujung solusi. Pelaku tak ditemukan. Sedang gosip sudah menyebar luas. Dengan tangan kosong ia pulang bersama keluarganya meratapi nasib yang menimpa anaknya. Tapi parahnya kejadian ini tak lantas membuat keluarganya mengintrospeksi diri. Yang ada hanya mengecam dan mengancam tetangga yang diduga gosip.

Pelajaran:
1.       Hati-hati dengan gosip. Gosip dapat menimbulkan fitnah besar yang dapat merugikan diri.
2.       Gosipin orang memang tidak boleh. Tapi, jangan sampai kita menciptakan kondisi dimana orang cendrung menggosipi kita lantaran perbuatan jelek kita sendiri.
3.       Sirklus Pergosipan memiliki kaidah paten berupa: “ Tak ada kata pasti, yang pasti ialah katanya dan katanya”.
4.       Bila takut digosipin jangan membuat orang menggosip anda lantaran kecerobohan sendiri.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan