Home » » Meminta Perlindungan

Meminta Perlindungan

Written By Amoe Hirata on Rabu, 05 Oktober 2011 | 15.08

            MANUSIA adalah makhluk lemah. Makanya, dalam menjalani hidup di dunia, dia memohon perlindungan. Yang dimohon perlindungan tentu adalah Zat Yang Maha Menciptakan. Karena, sekuat-kuat makhluk, selama dia itu “diciptakan”, maka masih mengandung kelemahan. Buat apa berlindung kepada yang lemah, kalau yang Maha Kuat siap setiap saat membantu.

            Al-Qur`an membahasakannya dengan a’udzubillah. Aku (memulai) berlindung dengan pertolongan Allah SWT. Menariknya, di sini menggunakan kata ganti orang pertama yaitu: “Aku”. Seakan-akan, masing-masing individu manusia sejatinya perlu, bahkan wajib meminta tolong kepada Allah SWT.
            Kata “berlindung” kalau diimajinasikan, tentu dari sesuatu yang ditakuti atau dikhawatirkan bahayanya. Entah kekuatannya, tipu muslihatnya, dampak buruknya. Minasy syaithanirrajim. Dari sesuatu yang “abstrak” bagi pandangan telanjang manusia, yaitu: setan yang terkutuk, terusir, atau terlempar. Setan di sini adalah setiap potensi keburukan yang bisa timbul dari manusia maupun jin jahat.
            Bila diperlebar, memang sesuatu yang abstrak dalam diri itu perlu dikalahkan terlebih dahulu. Makanya, musuh terbesar sejatinya adalah yang ada di dalam jiwa dan pikiran. Musuh di luar diri bisa dilihat dan diperkirakan kekuatannya. Ketika manusia mengawali hari-harinya dengan memohon perlindungan dari segenap potensi buruk, maka dia sudah mengawali kehidupannya dengan kuat dan mantap.
            Potensi-potensi buruk yang ditimbulkan dari manusia maupun jin jahat, harus di-rajim, dilempar, diusir, dibuang dan dienyahkan agar dalam menjalani hidup tidak terbebani dan ditekan olehnya. Orang yang berhasil mengusir potensi buruk itu, maka dalam menjalani hidup akan terasa ringan walau halangan dan rintangan bertubi-tubi menimpa.
            Itu dalam sekala lebih luas. Lebih khusus, manusia disuruh berlindung diri ketika membaca al-Qur`an. Sejauh yang bisa saya pahami, untuk membaca al-Qur`an, dibutuhkan perlindungan agar jiwa dan pikiran manusia tidak dipengaruhi potensi buruk. Kalam Allah itu suci. Hati dan pikiran yang tak suci, hanya akan menghasilkan pemahaman dan pengertian yang profan.
            Meminjam istilah Syekh Sya’rawi, memohon perlindungan kepada Allah sebagai upaya untuk membeningkan jihaaz istiqbal, yaitu antena, alat pemancar. Jika antena tv bagus, maka tampilannya akan bagus. Bisa juga, ta’awwudz adalah langkah terbaik yang diformulasikan Allah untuk hamba-hambaNya agar satu frekuwensi dengan al-Qur`an. Bayangkan jika Anda menghidupkan radio, tapi frekuwensinya tidak tepat, maka yang didengar adalah suara yang tidak jelas.

            Intinya, dalam mengawali kehidupan, harus didasari dengan kesadaran penuh, bahwa manusia adalah makhluk lemah. Di samping itu, dalam dunia ada musuh yang setiap saat mengintai untuk menghalangi perjalanan manusia menju rida Allah. Musuh bisa berasal dari diri sendiri maupun di luar diri. Allah lah Zat yang paling bisa diandalkan untuk dimintai perlindungan. Nah, al-Qur`an adalah pedoman (peta, penunjuk arah, kompas) untuk menjalani hidup. Untuk menggunakannya, tentu harus disatukan frekuensinya dulu supaya tidak melenceng dari maksud sesungguhnya. Di samping itu, menjaga diri agar yang menjadi pemandu dalam mengoprasikan al-Qur`an bukan setan. Wallahu a’lam.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan