Home » » A. Hassan; Tegas dalam Ideologi, Welas dalam Interaksi

A. Hassan; Tegas dalam Ideologi, Welas dalam Interaksi

Written By Amoe Hirata on Selasa, 20 Februari 2018 | 14.00


KEHIDUPAN Tuan A. Hassan dalam sehari-sehari sungguh mengesankan. Z.A. Ahmad misalnya, pernah menyanjung, "Kalau di dalam perdebatan beliau merupakan singa, tetapi di dalam pergaulannya bagaikan gula yang sangat manis." (Tamar Djaja, 1980: 130)

Sebuah gambaran tulus terhadap ulama yang konsisten dan berpegang teguh terhadap yang "HAQ", dan siap berduel dengan siapa saja yang mencoba melawan yang Haq.

Bersamaan dengan itu, ketegasan dan keistiqamahan memegang prinsip yang acap kali dinilai garang oleh sementara orang, rupanya tak berlaku dalam pergaulan. 

Dalam pergaulan beliau sangat lembut, care, memuliakan tamu, dan selalu menjawab surat yang masuk. Tak mengherankan jika beliau dihormati kawan maupun lawan. Tamar Djaja -sang murid- juga menggambarkan beliau laiknya domba dalam pergaulan.

Jadi ingat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam. Ketika beliau dinego oleh orang Kafir Qurays untuk gantian ibadah, secara tegas beliau menolak. Tapi dalam masalah mu'amalah, beliau sangatlah lembut. Tidak ada yang membantah akhlak luhur beliau dalam bermuamalah. Al-Qur'an pun telah mengabadikannya. Bahkan, sepulang dari Thaif, ketika malaikat penjaga gunung ingin menimpakannya pada penduduk yang menolak dakwah, beliau tak setuju dan malah berujar, "Ya Allah tunjukilah kaumku. Sesungguhnya mereka tidak tahu."

Kita perlu ulama-ulama tegas yang tidak kenal kompromi terhadap kebatilan, berpegang teguh pada yang Haq, tapi juga diiringi dengan akhlak yang luhur.

Tuan A.Hassan adalah satu di antara sekian ulama yang bertipe demikian. Generasi muslim di Nusantara perlu belajar kepada spirit dan teladan beliau. 

Teguh memegang prinsip, tegas terhadap kebatilan, melakukan diskusi bahkan debat untuk mencari kebenaran, sembari di balut dengan akhlak mulia, adalah di antara sekian kelebihan beliau yang perlu diteladani generasi zaman now yang mana ulama semakin langka, sedangkan yang ngelama' (ngaku-ngaku ulama padahal ilmu cekak) kian menggurita.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan