Home » , » Rasulullah Pernah Menyuruh Sahabatnya Berdakwah di Nusantara?

Rasulullah Pernah Menyuruh Sahabatnya Berdakwah di Nusantara?

Written By Amoe Hirata on Senin, 22 Oktober 2018 | 06.13

“Cak!” panggil Paino kepada Sarikhuluk, “aku habis baca di bukunya Prof. Naquib Al-Attas, katanya dalam buku ‘Historical Fact and Fiction’ (2011) bahwa pada zaman Rasulullah masih hidup, beliau sudah mengenal wilayah nusantara. Ini berdasarkan ditemukannya ‘Hikayat Raja Pasai’ yang mana di situ ada perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sahabat-sahabatnya agar berdakwah ke negeri yang bernama Samudra.”

“Samudra yang dimaksud adalah salah satu wilayah di Pulau Sumatra. Sampai sekarang sih beliau katanya belum menemukan bukti tekstual dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai perintah itu. Namun yang menjadi menarik adalah dugaan bahkan analisis semantis beliau yang dari ayat al-Qur`an yang menunjukkan bahwa Rasulullah sudah mengenal nusantara.”
Sambil menikmati kacang rebus Paino melanjutkan, “Al-Attas membangun argumentasinya berdasarkan surah Al-Insan [76] ayat 5 yang membicarakan ‘Kafur’ (air kafur) di surga. Menurut analisis beliau itu terkait dengan Kafur (kamper atau kapur barus) yang merupakan salah satu produk unggulan di Timur Jauh yang sudah dikenal oleh masyarakat Arab dan Nabi, bahkan sebelumnya. Dan Kapur terbaik berasa dari Barus, Sumatra.”
“Kafur sendiri disinyalir berasal dari ‘kaf-fa-ra’ yang artinya menutupi. Sebab kapur barus itu berasal dari getah pohon. Getah baru bisa diamil ketika kulit pohon yang menutupinya dikelupas. Diduga kuat bahwa dengan alasan itu Rasulullah sudah kenal baik dengan wilayah nusantara. Maka, meski hadits yang ada dalam ‘Hikayat Rajai Pasai’ belum ditemukan nashnya, tapi bisa jadi benar dengan analisis ini.”
Mendengar pertanyaan Paino, Sarikhuluk menjawabnya dengan pertanyaan balik, “Bila ada pernyataan seperti ini: Islam masuk Indonesia itu pada abad ke-13 di zaman Walisongo. Buktinya, bisa dianalisis dari kata Gapura (Pintu Gerbang). Gapura sendiri berasal dari kata ‘ghafuran’ yang artinya adalah Allah Sang Maha Pengampun.’ Konon, asal-usulnya di Jawa berlaku leluri bahwa siapa saja yang masuk ke gerbang pintu masjid Demak, maka akan terampuni dosa-dosa atas agama yang dipeluknya sebelumnya. Makanya, kemudian adanya gapura di kampung, pedesaan dan lain sebagainya dimaksudkan agar sebelum masuk orang sudah steril dari hal negatif karena masuk gerbang ampunan Allah.”
“Di sisi lain, masuknya Islam ke Indonesia juga bisa disinyalir sejak adanya agama Hindu di Indonesia. Dalam tradisi Hindu, gerbang berukir dinamakan ‘Gopurom’. Selain mirip dengan kata dalam ayat yang berbunyi ‘gafuron’ ada juga ayat ‘baldatun thayyibatun warabbun ghafur’ (Saba [35]: 15) sebuah gambaran yang menunjukkan negeri yang gemah ripah loh jinawi. Dan kemungkinan besar –selain di Saba— wilayah nusantara juga bisa dikategorikan demikian.”
Setelah menjelaskan dua kemungkinan itu berdasarkan al-Qur`an, lantas Sarikhuluk bertanya kepada Parno, “Berdasarkan dua contoh itu, apa lantas bisa kedatangan Islam Indonesia disimpulkan dengan mudah tanpa melalui sederet penelitian, data dan kajian komprehensif? Dalam khazanah fiqih ada istilah wahm (kebenaran yang diyakini berdasar perkiraan yang kebenarannya di bawah 50 %), syak (50%:50%), dzan (kisaran 80%) dan yakin (100 %). Dalam kasus yang seperti kamu tanyakan –meskipun dari orang ahli sekalipun—kamu bisa menguji dan mengkritisi kebenarannya, tentu saja dengan berdasarkan ilmu, bukan sekadar praduga. Sekian, mator sakalangkong alias mator suwon bin terimakasih,” pungkasnya.
Paino pun terlihat melongo sambil manggut-manggut mencatat poin yang bisa dicatat.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan