Home » » Manusia Jadi-Jadian

Manusia Jadi-Jadian

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 29 Mei 2010 | 23.04

Berawal dari penasaran, akhirnya Angga memutuskan keluar meyakinkan diri sejauh mana kebenaran yang dikatakan oleh Gunawan. Kata gunawan ia merasa sedikit trauma sekembali dari luar rumahnya, bahkan ia memutuskan tidak akan keluar rumah kalau tidak sangat terpaksa. Pasalnya, ia merasa ketakutan dan merasa tidak percaya ternyata diluar banyak manusia jadi-jadian, dan anehnya ga ngenal waktu, mereka bisa beraksi siang malam tanpa henti.

Bergetar juga sebenarnya diri Angga mendengar cerita Gunawan, dalam imajinasinya yang campuraduk, Angga membayangkan sosok babi ngepet, gondoruwo, sundel bolong, laraspati, buaya putih, dan lain-lain yang jadi-jadian.

Dengan cukup gugup ia melangkahkan kakinya ke luar rumah membawa sepada kesayanganya. Di ayuhkanlah sepedanya dengan pelan. Tak sampai limaratus meter dari rumahnya, ia melihat fenomena yang cukup menyedihkan, ada seorang nenek tua jatuh telungkup, wajahnya lebam, keningnya bercucuran darah, ini akibat tamparan anaknya sendiri yang marah karena ga di kasih uang untuk beli rokok. Begitu kasihanya Angga, hatinya terenyuh dan ingin membantu nenek tua itu. Diantarlah nenek itu ke rumah sakit untuk berobat, kemudian diantar kerumahnya. Dengan senyuman nenek itu mengucapkan: “Terima kasih ya nak, kau memang benar-benar anak yang baik, semoga kemu mendapat balasan kebaikan”. “Sama-sama nek”….(timpalnya).

Selepas dari rumah nenek tua itu, ia melanjutkan perjalananya. Di sela-sela perjalanan, ia di kejutkan kembali oleh kejadian yang menurutnya sangat biadab dan tidak layak dilakukan oleh manusia. Ia melihat anak-anak kecil yang masih ingusan diperlakukan layaknya seorang budak. Mereka disuruh kerja angkat batu tanpa di kasih upah dan makan minum. Kalau merasa capek mereka akan segera di pukul pakai kayu rotan oleh para mandor bangunan. Berkaca-kacalah mata Angga, mungkin hanya itu yang ia bisa karena ga mampu menolong lebih jauh.

Sangat sedih sebenarnya melihat kejadian itu, tapi apalah daya memang ia tidak bisa bantu apa-apa kecuali hanya prihatin dan sedih. Diusaplah air matanya, ia meneruskan perjalananya, kali ini di ayuhkanlah sepedanya dengan begitu kencang, dalam hatinya ia bertekad tidak mau melihat kejadian biadab serupa. Rupanya, karena terlampau kencang menyusuri jalan menurun, ia lepas kontrol sampai jatuh tersungkur ke semak-samak belukar pinggir jalan.

Ia mengalami luka memar. Dari pinggir jalan terdengar suara gaduh…Sukur….sukur……sukur…
..rasain lo, emang enak jatuh..hahahaha. Mendengar itu semakin sakitlah hatinya. Ia merasa seolah tidak tersisa lagi manusia baik. Masak orang jatuh ga di tolong malah di sukurin.

Bangkitlah ia dengan sedikit sempoyongan berdiri membawa sepedanya ke jalan raya. Karena merasa tidak kuat, ia memutuskan untuk kembali kerumah.

Sesampainya dirumah, Gunawan sangat kaget, melihat kondisi Angga yang penuh luka memar. Dengan segera ia ke kamar mengambil obat merah. Sambil menyeka luka Angga ia bertanya, Ngga, kamu bis ngapain kok babak-blundas gini? Bis dihajar orang ya? Dengan mengernyitkan wajah Angga menjawab: “ aku habis jatuh ke semak belukar” sebenarnya luka-luka ini ga seberapa di banding perlakuan orang yang ku terima. Melihat aku jatuh mereka malah mentertawakanku, sungguh aku merasa sakit hati seakan ga ada peri kemanusiaan lagi. Oh gitu ya….( potong Gunawan). Angga meneruskan cerita yang ia alami selama di perjalanan, Gunawan menyimak dengan penuh simpati dan kasihan.

Oh ya Gun, katamu tadi diluar banyak manusia jadi-jadian, kok aku ga melihat apa-apa?(tanya Angga). Sambil nyengir Gunawan menjawab:” yang ku maksud manusia jadi-jadian itu bukan hantu, atau setan jadi-jadian, yang ku maksud dengan manusia jadi-jadian ialah tak jauh seperti yang kau alami Ngga, Aku melihat manusia sudah tidak menampakkan kemanusiaanya, banyak diantara mereka melakukan perbuatan biadab yang tidak manusiawi. Ada yang egois, ada yang penindas, ada yang penipu, ada yang melakukan tindakan layaknya binatang bahkan kayak Iblis juga ada.

Dari kejadian yang kau ceritakan tadi dari mulai nenek yang di tampar anaknya, anak kecil yang di perlakukan macam budak, sampai kamu jatuh ga ditolong malah ditertawain, itu merupakan bukti nyata kalau kemanusiaan mereka telah semakin hilang. Ada manusia yang kehewan-hewanan, ada yang kesetan-setanan, ada yang ke hantu-hantuan dan macem-macem deh, kayak manusia jadi-jadian. Malah, yang aku alami itu lebih parah dibandingkan yang kamu alami. Aku melihat banyak kejadian-kejadian yang tidak manusiawi. Mereka ditindas, di eksploitasi, di jual, di perbudak seolah tidak berharga lagi kemanusiaanya. Makanya Ngga, aku memutuskan tidak keluar rumah dulu karena aku masih trauma dan belum siap ngadepin mereka. Ya sambil nyari-nyari jalan keluar gitu deh.

Oh gitu toh maksudmu, kirain kayak hantu-hantu gitu heeeeeee. Sekarang aku mengerti bahwa manusia semakin banyak yang keluar dari hakikat kemanusianya. Banyak mereka yang jasadnya manusia tapi sifat dan sikapnya lebih mencerminkan kebinatangan, kesetanan, keiblisan. Kita berdoa kepada Allah semoga kita di jadikan manusia seutuhnya, yang peka terhadap sosial, saling membantu, mengayomi dan yang terpenting ialah MEMANUSIAKAN MANUSIA. Ini adalah tugas kita untuk menciptakan kesadaran bersama agar mereka benar-benar menjadi manusia utuh.

Amiin ya Rabb..(saut Gunawan). Aku juga berdoa semoga Kita ga jadi manusia jadi-jadian yang berubah wujud menjadi tidak manusiawi lagi.

Oh ya Ngga kamu laper ga?Barusan aku masak rendang lo..hehehe…..Iya iya…(jawab Angga)..aku laper banget, kita istirahat dulu mikir manusia jadi-jadian entar kalo dah tenang kita memikirkan solusinya untuk mengatasi, menyadarkan mereka agar menjadi menusia sebenarnya. Sip dah…semoga kita sukses. Amiin…...........
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan