![]() |
Add caption |
MENJELANG puasa Ramadhan, banyak orang yang berusaha menyambutnya dengan berbagai bentuk penyambutan laiknya orang yang sedang kedatangan tamu agung.
"Menurutku," kata Sarikhuluk, "penyambutan itu kemudian akan menjadikan nilai hakiki puasa tersumbat jika mandset orang terhadap Ramadhan masih suka salah kaprah."
"Puasa itu bukan -sekadar- tamu," lanjut Sarikhuluk, "puasa itu nilai agung sepanjang tahun. Di setiap kehidupan manusia pasti ada unsur yang harus di-puasa-i. Di luar puasa Ramadhan juga berjejer puasah-puasa sunnah yang lain. Kalau mau lebih sublim dan subtantif, mana ada dalam hidup ini yang tidak ada unsur puasanya?"
"Bukannya nabi juga menyambutnya?" tanya Pardi. "Lha, iya, tapi bukan model seperti kebanyakan orang yang cari untung pribadi. Beliau tetapi puasa, shalat malam, bersedekah, baca al-Qur`an, berjihad di dalam maupun di luar Ramadhan."
"Orang yang berpuasa hanya pada level jasmani, yang diurusi hanya menahan urusan perut dan dibawah perut, tapi diam-diam balas dendam meluapkan syahwat ketika berbuka bahkan melampiaskan belanja utamanya menjelang hari raya, maka orang seperti ini sangat kasihan, nanti dia akan sambat."
"Begitu rugi," dawuh Rasulullah, "orang yang berakhir bulan Puasa, tapi dosa-dosanya tidak terampuni." Menurut Sarikhuluk, yang bisa mendapatkannya hanyalah orang yang sudah naik kelas puasanya ke level rohani. Puasa yang bukan sekadar seremonial sambutan, tidak membuat tersumbat nilai hakiki dan tidak membuat sambat dikemudian hari.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !