Home » » A. Hassan Ulama Konsisten

A. Hassan Ulama Konsisten

Written By Amoe Hirata on Rabu, 29 September 2021 | 13.01

Satu karakter --di antara karakter baik lainnya-- yang bisa diambil dari figur A. Hassan adalah konsistensi beliau dalam memegang pilihannya.


FIRDAUS A.N. dalam buku "Dosa-dosa Politik Orde Lama dan Orde Baru yang Tak Boleh Berulang Lagi di Era Reformasi" (1999: 135), mengatakan bahwa A. Hassan adalah sosok ulama konsisten.
Contoh pertama adalah masalah hukum jabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Sepanjang hayat beliau pegang teguh pendapat ini, berdasarkan pemahaman al-Qur`an dan Hadits yang beliau pahami.
Ketika Tengku Hasbi Ash-Shiddiqie mengkritisi fatwa Muhammadiyah --yang sama dengan pandangan A. Hassan-- dalam Suara Umat Yogyakarta 22 Juni 1956, maka A. Hassan mengirim surat kepada Hasbi untuk berdebat dalam masalah ini.
Oleh karena Hasbi tidak mau, akhirnya beliau tulis bantahan dalam Pembela Islam No. 7 terbitan Bangil 1956. Merupakan nomor khusus untuk melayani Hasbi.
Contoh kedua konsistensi beliau dalam mengharamkan praktik bermadzhab. Sampai ditanang oleh H. Husain Al-Habsyi dari Surabaya. A. Hassan menulis tangkisan khusus pada Pembela Islam No. 8, Desember 1958. Sampai wafat, beliau berpegang teguh pada pendapat ini.
Dalam pamungkas ceritanya, Firdaus A.N. berujar, "Semoga Allah menerima amal salehnya! Amien!"
*****
Demikianlah karakter A. Hassan. Walaupun itu dalam masalah fiqih, yang kata kebanyakan orang masalah furu'iah, beliau tetap konsisten mempertahankan sepanjang hayat kalau itu sudah diyakini kebenarannya melalui penelitian dalil-dalil al-Qur`an dan Hadits.
Tapi, jika ada pendapat lain yang lebih kuat hujjahnya, maka beliau siap untuk ruju'. Nawawi Dusky (1958) pernah menulis demikian, "...beliau tidaklah bertahan dalam suatu pendirian kalau ternyata ada alasan yang kuat. Umpamanya dalam beberapa tahun yang lalu disampaikan kepada beliau bahwa ada alasan yang kuat yang seorang musafir wajib Jum'at. Setelah beliau telaah dengan teliti, maka ternyata benarnya sehingga beliau 'ruju''dalam hal ini, artinya kembali dari faham lama dan berpegang yang baru dan beliau nyatakan dengan Resmi."
Buya Hamka juga pernah menulis, "Keistimewaan beliau ialah kekuatan hujjahnya dan teguhnya mempertahankan pendirian yang beliau yakini benarnya." (1958: 22) Rahimahullah rahmatan waasi'ah.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan