Home » , » BAKOPA KONTRIBUSI KONKRET AR. BASWEDAN UNTUK GENERASI MUDA ISLAM

BAKOPA KONTRIBUSI KONKRET AR. BASWEDAN UNTUK GENERASI MUDA ISLAM

Written By Amoe Hirata on Kamis, 30 Desember 2021 | 14.31

 


Di antara kebrilianan AR. Baswedan adalah memiliki pikiran yang jauh ke depan. Bisa dibilang melampaui zamannya. Dalam kondisi sekritis apapun, beliau masih mampu mengeluarkan ide-ide cemerlang dan tidak dibayangkan banyak orang.

Ini bisa dilihat pada saat Rezim Nasakom, para tokoh Islam --khususnya Masyumi-- dan yang kontra dengan ide Pemerintah banyak sekali yang dijebloskan ke bui.

Ada sosok Hamka, Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Duski Shamad, S. Soemarsono, Moh. Roem, KH. Isa Anshary dan lain sebagainya menjadi korban kediktatoran masa itu.

Menurut cerita Hamka pun, mendengar langsung dari istri AR. Baswedan, kalau waktu itu suaminya tidak sakit, maka akan ikut diringkus, dimasukkan terali besi sebagaimana tokoh Masyumi lainnya.

Ketika banyak ulama dipersempit kegiatannya, dimata-matai di sana-sini, ketika PKI lagi jaya-jayanya, tercetuslah ide untuk mendirikan BAKOPA; singkatan dari Badan Koordinasi Pengajian Anak-anak.

Meski umat Islam dalam kondisi tertekan, maka bagi AR. Baswedan ada peluang untuk membantu masyarakat atau generasi baru yang lebih baik dalam segala hal.

Dalam kondisi umat Islam yang sangat dimarjinalkan pada era Nasakom ini, beliau tak kehilangan rasa optimis. Katanya, "Untungnya orang Islam tidak kehilangan tempat untuk beramal!" Dalam kondisi sempit ini lahirlah BAKOPA.

Inilah yang menjengkelkan PKI. Umat Islam didesak bagaimana pun masih punya cara untuk tetap beramal. Mereka tidak akan bisa menghabisanya sekaligus.

BAKOPA lahir di Yogyakarta. Tujuannya untuk mengkoordinir pengajian anak-anak yang ada di Yogya. Ketika AR. Baswedan ditanya mengapa anak-anak yang justru digarap, maka beliau menjawab, "Hilang-hilangan yang tua. Kita membentuk yang muda. Ini untuk jangaka panjang."

BAKOPA juga bisa disebut gerakan gerilya umat Islam di masa emas PKI. Pertumbuhannya cukup berhasil. Dalam waktu relatif singakt, BAKOPA bisa menyebar luas. Kekecewaan umat Islam pun sedikit terobati.

Banyak yang mau bergabung seperti dari Magelang, Salatiga, Solo dan daerah lain, dan menjadikan Yogyakarta sebagai pusat. Namun ini ditolak AR. Baswedan, ini menunjukkan beliau sama sekali tidak gila jabatan dan kepemimpinan.
"Sebaiknya tumbuh saja bersama-sama, tanpa ada pengurus pusat," tandasnya. Tidak ada pemusatan dan semua bertumbuh bersama. Dengan cara demikian, maka tidak gampang juga untuk jadi sasaran PKI. Keterangan ini bisa dibaca dalam majalah Panji Masjarakat No. 235 (XIX: 1977).
Dalam buku "Abdul Rahman Baswedan; Karya dan Pengabdiannya" (1989: 171) karya Suratmin, disinggung juga peran AR. Baswedan dalam BAPOKA. Beliau sebagai pengasuhnya. Tak hanya itu, beliau juga menemani para pemuda dalam menumbuhkan kesenian dengan membuat dan mementaskan teater. Ini terjadi pada tahun 60-an. Beliau memang sangat peduli dengan tunas muda.
*****
Dari cerita ini, kita bisa melihat sosok AR. Baswedan yang memiliki ide cemerlang, peduli kepada pemuda Islam dan selalu menumbuhkan rasa optimistik dalam kondisi sesulit apapun. Semoga ada yang meneruskan perjuangan beliau.
By: Mahmud Budi Setiawan
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan