Saat jadi santri di MII Camplong, saya pernah mendengar Ustadz Ma’ruf, Guru Mapel Nahwu dan Hadits, sedikit bercerita tentang kunjungan Nurcholish Madjid –saat jadi santri Gontor bersama kawan-kawannya-- ke Bangil.
Saat itu, A. Hassan sudah wafat. Tentu saja, yang menyambut kala itu adalah Ustadz Abdul Qadir Hassan. Pada kesempatan itu, Nurcholish muda, menjadi salah satu santri Gontor yang bertanya. Intinya, apakah di Persis Bangil diajarkan debat? Sebab, kalau dilihat dari tokoh-tokohnya --seperti A. Hassan-- sangat jago berdebat dan berpolemik.
Jawaban Ustadz A. Qadir saya tak terlalu ingat. Yang diingat justru pertanyaan Cak Nur itu yang menggambarkan rasa penasarannya terhadap Persatuan Islam yang memiliki tokoh sekaliber A. Hassan yang jago debat.
Memori ini terus berada dalam benak saya. Sampai saya menemukan informasi tambahan dari buku karya Ramadhan K.H. berjudul “Zuhal 60 Tahun Jejak Perjalanan dan Pikirannya” (2002: 11).
Di situ dijelaskan pandangan Nurcholish Madjid tentang A. Hassan yang agak polemis. “Saya,” suatu saat kata Nurcholish, “respect terhadap ayah dan kakek Pak Zuhal. Pak Zuhal tidak polemis seperti kakeknya.” (SELESAI NUKILAN)
*****
Setelah, membaca langsung beberapa karya Cak Nur, rupanya Tafsir Al-Furqan acap kali dijadikan referensi. Sebagai contoh dalam buku beliau yang berjudul “Kaki Langit Peradaban Islam” dalam tajuk “ERA INFORMASI Masalah Menafsirkan al-Qur`an dengan Sumber Modern” ada kalimat demikian saat mengomentari surah Al-Furqan [25] ayat 73 yang menunjukkan bahwa ciri orang beriman kepada Al-Qur`an bukan sekadar tunduk dan patuh tetapi disertai pengertian dan pemahaman yang benar:
“A. Hassan, SEORANG ULAMA TERKENAL DI NEGERI KITA INI, menjelaskan kepada makna firman itu dengan mengatakan, ‘Tunduk dan sujud dengan buta tuli waktu mendengar al-Qur`an itu ialah sifat kaum munafik (munafiqin). Hamba-hamba Allah yang terpuji, tidak begitu, tetapi sujud dengan ikhlas dan dengan pengetahuan’.” (SELESAI NUKILAN)
*****
Dari beberapa sumber ini, meski belum final, setidaknya ada beberapa yang bisa diambil terkait pandangan Nurcholish terhadap Tuan A. Hassan. Pertama, respect terhadap kekritisan dan kepiawaiannya dalam berdebat. Kedua, mengakuianya sebagai ulama terkenal di Indonesia. Ketiga, menjadikan buku A. Hassan sebagai referensi dari beberapa bukunya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !