Aji begitu hanyut dalam rasa syukur
selama di mobil. Di sela-sela ia melamun, tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara
Pak Hermawan selaku supirnya: “Mas, sudah waktunya buka, monggo di minum
airnya, O ya tadi bapak sama ibu minta maaf soalnya tidak bisa menjemput mas di
Juanda soalnya sedang melayat teman dekatnya yang meninggal”. “O ndak papa Pak,
aku sama sekali tak meragukan Bapak sama Ibu, kalau mereka tak bisa menjemput,
pasti ada urusan mendadak. Jangan lupa Pak, entar mampir dulu ke rumah Shinta
Aulia, aku sudah kangen mau ketemu dia, sekalian ketemu om dan tante”.
“Ok...beres mas, kita akan meluncur ke sana, semoga saja ndak macet”. Setelah 2
jam perjalanan akhirnya Aji sampai di rumah Shinta Aulia. Dipencetlah bel yang
ada di depan rumahnya. Beberapa saat setelah itu pembantunya keluar. “Maaf ini siapa ya? Ada keperluan apa dan mau
nyari siapa?”. “ Bik Sanipah ni gimana, masak lupa sama Aji”. “Lho...ternyata
sampean toh, maklum mas bibi sudah tua, matanya kurang awas, jujur aku panggling
lho sama sampean, tambah bersih, tambah ganteng aja, hehehe, monggo-monggo,
kebetulan di rumah ada Shinta sama tantemu.
“Bi siapa yang ngebel tadi?”(tanya Shinta).
“Anu mbak, mas Aji baru datang dari Madinah, mampir ke sini dulu”. “Hah....yang
bener bik, awas yah tuh anak pulang ga ngomong-ngomong, tau gitu `kan tak
jemput ma suamiku, anak itu sukanya bikin surprise(kejutan) aja.
Maa...ada Aji Maa(Panggil Santi ke mamanya yang bernama: Wulandari). “Lho masak
ndok, kok aku gak dikasih kabar sama pamanmu, katanya masih kurang beberapa
bulan lagi”(sahut bu Wulan). “Assalamu`alaikum tante and Si Bawel Shinta
heeee”. “Wa`alaikumussalam. Ih kamu Ji, kebiasaan kalau pulang ga ngasih tau.
Aku tuh sebenarnya dari dulu pingin jemput kamu di Juanda, eh kamunya sukanya
pulang ga ngomong-ngomong”Ujar Shinta. “Gimana le kabarmu baik-baik saja kan,
tante, om sama Shinta kangen banget sama kamu, sudah sekitar 3 tahunan kita tak
ketemu, kamu juga jarang ngasih kabar sih, coba kamu punya FB atau paling tidak
twitter kan nanti bisa hubungan”. “Hee...maaf sebelumnya ya tante, maaf juga ya
Si Bawel, bukannya aku ndak mau ngasih tahu kalian, aku sebenarnya juga kangen
banget sama kalian, cuman aku pikir lebih mengesankan kalau ini aku rahasiakan
sebagai surprise”.
“Ayo
le silahkan duduk dulu, kamu mau minum apa”. “Minum air saja tante”. “Hee...Mas
Aji, ngomong-ngomong gimani nih hubungannya ma temenku Puspita, masih nyambung
nih....hee?”. “Sudah ga nyambung lagi Sin, waktu itu pas aku di Madinah, aku
dihadapkan dua pilihan yang sama-sama berat, antara idealisme melanjutkan studi
S2 dengan menikahi Puspita. Gimana ga berat coba, aku waktu itu kan sebenarnya
sudah mau lulus, tapi ada masalah yang harus ku selesaikan sehingga aku gagal
ketemu dosen pembimbingku, akhirnya pernikahanku dengan Puspita gagal, soalnya
aku menundanya untuk menyelesaikan studi lebih dulu, sedangkan keluarganya
begitu mendesak, akhirnya ya hubungan kami kandas di tengah jalan”. “Emm gi tu
toh, aku turut prihatin mas”. “Sin mana anakmu yang agak sipit itu, hee, mana
Alvino?” “Dia ma papanya main ke rumah nenek, aku ndak ikut soalnya agak kurang
enak badan. Alvino sekarang tambah imut, gemuk dan lucu lho mas, pokoknya nanti
kalau mas lihat pasti gemes, dia sekarang baru masuk TK”.
“Ini
minumannya Ji, monggo ayo diminum. Kamu dah punya calon ya? Kapan kamu nikah?
Studi sudah selesai, usia juga sudah 25 tahun, nunggu apalagi Ji?”. “Hee..masih
belum tante, soalnya aku sempat gagal, aku pikir aku fokus studi dulu, dan
al-hamdulillah sekarang sudah kelar”. “Mas, kalau emang belum, aku punya calon
buat mas. Namanya Aisyah Dwi Artanti. Ia lulusan pondok tahfidh di Jawa Barat.
Masalah kecantikan, ndak kalah lho sama Puspita, ia juga sudah hafal Al-Qur`an,
kebetulan dia sudah lulus dan siap untuk menikah”. “Tunggu-tunggu, kayaknya aku
tau anak itu, bukannya itu adik kelasmu dulu yang terkenal baik, cantik dan
pinter waktu di SMP?”. “Iya Mas, habis SMP dia mondok di pondok tahfidz”. “
Kalau anak itu insyaAllah aku mau Sin. Sebenarnya meski ga cantik-cantik amat
aku juga mau asalkan shalihah. Kalau ternyata ada yang baik, cantik, pintar dan
hafal AL-Qur`an, maka itu benar-benar anugerah, hee”. “Ok kalau pean mau entar
anaknya tak hubungin. Buruan lho entar kedahuluan orang, hee, nyesel slho kalau
kedahuluan”.
Setelah
satu jam lebih berada di rumah tante Wulan dan Shinta, akhirnya Aji pamit
pulang, sembari memberikan oleh-oleh pada mereka. Sesampainya di rumah ia sudah
ditunggu oleh sanak keluarganya. Kedatangan Aji disambut dengan begitu hangat. Selang
beberapa jam kemudian setelah sanak-keluarganya sudah pulang, ayah dan ibunya
baru datang dari melayat. Ketika melihat wajah Aji, ibunya tak kuasa membendung
air matanya, anak lelakinya sudah pulang ke kampung halaman, sekarang ia sudah
tumbuh dewasa, wajahnya sangat mirip dengan ayahnya. Ayahnya pun merangkulnya
penuh haru. Setelah melepas kangen dan bercerita banyak hal, menjelang tidur
Ayah Aji memanggil Aji ke ruang tamu bersama dengan ibunya. Sesampainya di
ruang tamu, ayahnya berkata: “Nak, ayah pingin ngomong serius sama kamu, Bapak `kan
tadi habis melayat sahabat bapak, Nah sebelum meninggal dulu ia pernah ngomong
sama Ayah, Kalau bisa ia ingin menjodohkan anak terakhirnya yang bernama
Sabrina Cinta As-Syifa. Anaknya lulusan kedokteran lho le, meski ia ga pernah
mondok, tapi keluarganya itu sangat menjaga rambu-rambu agama. Anaknya di
samping cantik berjilbab, juga taat lho sama orang tua. Mungkin ini terlalu
tergesah-gesah, tapi saya pikir biar ga lupa wasiat ini langsung tak sampaikan
saja padamu, mau tidaknya kamu yang menentukan, tapi Ayah dan Ibu sangat
berharap kamu mau menerimanya, aku menerimanya bukan karena kekayaannya, aku
sama ibumu tau betul kalau dia itu anak yang baik, lagian kamu kan belum ada
calon”. Mendengar pernyataan Ayahnya, Aji bergumam dalam hatinya: “Wah gimana
nih, aku sudah terlanjur ngomong ke Shinta kalau menerima tawarannya dijodohkan
dengan Aisyah, sedangkan Sabrina juga anak yang baik, jadi bingung aku, mau
nolak juga ndak tega sama Ayah dan Ibu. Aku harus bagaimana ya?”.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !