Salah satu keinginan manusia yang sangat
menggiurkan ialah: “keabadian”. Keabadian menggambarkan tentang ketetapan,
kelanggengan dan keawetan. Manusia sangat suka dengan yang namanya awet. Awet
muda, awet kaya, awet hidup, awet bahagia dan awet-awet lainnya yang mengarah
kepada keabadian. Bahkan Adam dan Hawa yang merupakan manusia pertama nenek
moyang manusia, salah satu hal yang membuat keduanya tergelincir hingga
diturunkan ke bumi karena terlena dengan bujuk rayu iblis. Iblis merayu dan
menyatakan pada keduanya bahwa pohon yang dilarang Allah itu sebenarnya malah
bisa membuat dia jadi raja dan bisa abadi. Tertipulah keduanya hingga turun ke
bumi, menjalankan misinya menjadi khalifah.
Pada
era zaman yang modern saat ini, semangat meterialisme mendukung keinginan
mereka yang menginginkan awet dan menarik. Tentu saja hanya sebatas urusan
materi. Biasanya iklan-iklan di media acap kali menawarkan berbagai produk yang
membuat orang tetap bisa cakep, cantik dan wajahnya terlihat muda. Ketuaan,
kelayuan, kekendoran meteial jasad seolah menjadi momok yang membuat mereka mau
mengeluarkan banyak uang demi mendapatkan kemudaan dan kecantikan. Tak
tangung-tanggung bahkan ada yang menyediakan jasa oprasi plastik, yang membuat
wajah lebih indah dan menarik seperti muda kembali. Bahkan juga ada yang
menyediakan jasa oprasi keperawanan. Fenomena dan fakta ini semakin meneguhkan
bahwa manusia menginginkan kekekalan.
Apa
salah manusia mempunyai keinginan untuk kekal, awet dan abadi? Tentu saja
tidak. Tapi kekekalan tidak hanya sebatas materi. Materi mempunyai batasan
waktu yang tak mungkin orang menggapainya. Selama kita di dunia tak mungkin
bisa mencapainya. Kita dibatasi waktu, kita punya nyawa dan ajal yang bisa
kapan saja dicabut. Kekekalan abadi memang dipersiapkan oleh Allah kelak di
akhirat bagi mereka yang benar-benar serius mencari keridhaan Allah. Adapun di
dunia yang fana dan palsu ini keinginan
itu belum bisa terwujud. Dunia digambarkan sebagai kesenangan sementara dan
menipu; sebagai senda gurau belaka; sebagai perhiasan yang melenakan.
Kesemuanya sifat itu menggambarkan kesementaraan . Dari sini kita bisa
menyimpulkan bahwa ingin awet, kekal dan abadi adalah wajar dan boleh-boleh
saja tetapi bukan di dunia tempatnya.
Sejarah
emas sahabat Nabi memberikan pelajaran berharga mengenai kekekalan ini. Abu
Qotadah al-Anshori, sahabat besar yang dijuluki sebagai fursan(kavaleri)
terbaik Rasulullah pada perang Ghaabah atau Dzi Qard; dijuluki
singa Allah oleh Abu Bakar dan Umar bin Khatab, memiliki lembaran kisah yang
mengagumkan. Dunia baginya hanyalah sementara. Kekekalan abadi hanya di
akhirat. Dalam hidupnya ia berjuang sekuat tenaga mengabdikan dirinya dalam
perjuangan Islam. Ia tak mau tertipu dengan dunia yang semu; takmau terlena
dengan dunia yang fana. Ia begitu mencintai kehidupan yang lebih kekal bersama
Rasulullah di akhirat daripada dunia yang sungguh terbatas. Karena itulah
ketika Rasulullah meninggal, hati Qotada serasa tersobek-sobek menahan
kesedihan kekasih yang sudah kembali pada kekekalan.
Abu
Qatadah hidup dalam perjuang menuju keabadian. Hingga usianya sampai tujuh
puluh tahun dia tetap konsisten berjuang, berjihad dengan jiwa dan harta. Di
mendapat keuntungan yang besar karena disamping dijuluki sebagai kavaleri
terbaik ia juga sering mendapat doa langsung dari Rasulullah shallallahu
`alaihi wasallam diantara doa yang diabadikan sejarah itu ialah: Ya
Allah berkatilah untuknya wajah dan rambutnya. Doa Rasul benar-benar
dikabulkan. Abu Qatadah Sang Kavaleri ulung itu ketika meninggal diusianya yang
ketujuh puluh tahun meninggalkan bekas wajah yang berbinar dan berseri-seri
menggambarkan kebahagiaan.
Imam Ad-Dzahabi dalam
kita monumentalnya siyaru A`laam an-Nubalaa menulis didalamnya: “Abu
Qatadah meninggal pada usia 70 tahun, sedangkan wajahnya seakan-akan masih 15
tahun”. Subhaanallah bukan hanya keabadian yang telah ia raih menuju
keridhaan-Nya, diakhir hidupnyapun wajahnya terlihat sangat muda dan
berseri-seri. Ia tak perlu repot dan sibuk merawat wajah dengan biaya yang
sedemikian tinggi layaknya kebanyakan orang sekarang yang sibuk merawat wajah
supaya awet muda dan terlihat muda abadi. Kekekalan yang dia raih bukan
terbatas pada kekekalan wadag materil, ia melampaui semua itu, lebih memilih
kehidupan yang lebih hakiki daripada yang fana dan tak abadi. Justru karena
kebenaran dan kelurusan dalam mempersepsikan kekekalan yang abadi menuju ridha
ilahi, di akhir hidupnya dikarunia wajah yang seolah awet muda hingga 15 tahun.
Dengan tetap fokus pada kekekalan abadi
menuju ridha ilahi, kita akan dikaruniai sebagian keawetan yang tidak pernah
disangka-sangka. Entah itu wajah yang awet muda; kesalihan keluarga; nama yang
kan senantiasa dikenang dan lain sebagainya. Wallahu a`lam bis shawab
semoga kita bisa meneladani pelajaran berharga ini.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !