Home » » Usia 70 thn, Wajah 15 thn

Usia 70 thn, Wajah 15 thn

Written By Amoe Hirata on Rabu, 11 April 2012 | 19.30

          Salah satu keinginan manusia yang sangat menggiurkan ialah: “keabadian”. Keabadian menggambarkan tentang ketetapan, kelanggengan dan keawetan. Manusia sangat suka dengan yang namanya awet. Awet muda, awet kaya, awet hidup, awet bahagia dan awet-awet lainnya yang mengarah kepada keabadian. Bahkan Adam dan Hawa yang merupakan manusia pertama nenek moyang manusia, salah satu hal yang membuat keduanya tergelincir hingga diturunkan ke bumi karena terlena dengan bujuk rayu iblis. Iblis merayu dan menyatakan pada keduanya bahwa pohon yang dilarang Allah itu sebenarnya malah bisa membuat dia jadi raja dan bisa abadi. Tertipulah keduanya hingga turun ke bumi, menjalankan misinya menjadi khalifah.
            Pada era zaman yang modern saat ini, semangat meterialisme mendukung keinginan mereka yang menginginkan awet dan menarik. Tentu saja hanya sebatas urusan materi. Biasanya iklan-iklan di media acap kali menawarkan berbagai produk yang membuat orang tetap bisa cakep, cantik dan wajahnya terlihat muda. Ketuaan, kelayuan, kekendoran meteial jasad seolah menjadi momok yang membuat mereka mau mengeluarkan banyak uang demi mendapatkan kemudaan dan kecantikan. Tak tangung-tanggung bahkan ada yang menyediakan jasa oprasi plastik, yang membuat wajah lebih indah dan menarik seperti muda kembali. Bahkan juga ada yang menyediakan jasa oprasi keperawanan. Fenomena dan fakta ini semakin meneguhkan bahwa manusia menginginkan kekekalan.
            Apa salah manusia mempunyai keinginan untuk kekal, awet dan abadi? Tentu saja tidak. Tapi kekekalan tidak hanya sebatas materi. Materi mempunyai batasan waktu yang tak mungkin orang menggapainya. Selama kita di dunia tak mungkin bisa mencapainya. Kita dibatasi waktu, kita punya nyawa dan ajal yang bisa kapan saja dicabut. Kekekalan abadi memang dipersiapkan oleh Allah kelak di akhirat bagi mereka yang benar-benar serius mencari keridhaan Allah. Adapun di dunia yang  fana dan palsu ini keinginan itu belum bisa terwujud. Dunia digambarkan sebagai kesenangan sementara dan menipu; sebagai senda gurau belaka; sebagai perhiasan yang melenakan. Kesemuanya sifat itu menggambarkan kesementaraan . Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa ingin awet, kekal dan abadi adalah wajar dan boleh-boleh saja tetapi bukan di dunia tempatnya.
            Sejarah emas sahabat Nabi memberikan pelajaran berharga mengenai kekekalan ini. Abu Qotadah al-Anshori, sahabat besar yang dijuluki sebagai fursan(kavaleri) terbaik Rasulullah pada perang Ghaabah atau Dzi Qard; dijuluki singa Allah oleh Abu Bakar dan Umar bin Khatab, memiliki lembaran kisah yang mengagumkan. Dunia baginya hanyalah sementara. Kekekalan abadi hanya di akhirat. Dalam hidupnya ia berjuang sekuat tenaga mengabdikan dirinya dalam perjuangan Islam. Ia tak mau tertipu dengan dunia yang semu; takmau terlena dengan dunia yang fana. Ia begitu mencintai kehidupan yang lebih kekal bersama Rasulullah di akhirat daripada dunia yang sungguh terbatas. Karena itulah ketika Rasulullah meninggal, hati Qotada serasa tersobek-sobek menahan kesedihan kekasih yang sudah kembali pada kekekalan.
            Abu Qatadah hidup dalam perjuang menuju keabadian. Hingga usianya sampai tujuh puluh tahun dia tetap konsisten berjuang, berjihad dengan jiwa dan harta. Di mendapat keuntungan yang besar karena disamping dijuluki sebagai kavaleri terbaik ia juga sering mendapat doa langsung dari Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam diantara doa yang diabadikan sejarah itu ialah: Ya Allah berkatilah untuknya wajah dan rambutnya. Doa Rasul benar-benar dikabulkan. Abu Qatadah Sang Kavaleri ulung itu ketika meninggal diusianya yang ketujuh puluh tahun meninggalkan bekas wajah yang berbinar dan berseri-seri menggambarkan kebahagiaan.
Imam Ad-Dzahabi dalam kita monumentalnya siyaru A`laam an-Nubalaa menulis didalamnya: “Abu Qatadah meninggal pada usia 70 tahun, sedangkan wajahnya seakan-akan masih 15 tahun”. Subhaanallah bukan hanya keabadian yang telah ia raih menuju keridhaan-Nya, diakhir hidupnyapun wajahnya terlihat sangat muda dan berseri-seri. Ia tak perlu repot dan sibuk merawat wajah dengan biaya yang sedemikian tinggi layaknya kebanyakan orang sekarang yang sibuk merawat wajah supaya awet muda dan terlihat muda abadi. Kekekalan yang dia raih bukan terbatas pada kekekalan wadag materil, ia melampaui semua itu, lebih memilih kehidupan yang lebih hakiki daripada yang fana dan tak abadi. Justru karena kebenaran dan kelurusan dalam mempersepsikan kekekalan yang abadi menuju ridha ilahi, di akhir hidupnya dikarunia wajah yang seolah awet muda hingga 15 tahun. Dengan tetap  fokus pada kekekalan abadi menuju ridha ilahi, kita akan dikaruniai sebagian keawetan yang tidak pernah disangka-sangka. Entah itu wajah yang awet muda; kesalihan keluarga; nama yang kan senantiasa dikenang dan lain sebagainya. Wallahu a`lam bis shawab semoga kita bisa meneladani pelajaran berharga ini.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan