BILA gundah gulana, kesedihan pada suatu saat menimpa, kira-kira apa yang akan
dilakukan? Larut dalam kesedihan, atau bangkit membangun kembali kegembiraan?
Pada
suatu hari, Ibnu Mas`ud diajari nabi tips untuk menanggulangi gundah gulana dan
kesedihan. Sahabat yang terkenal karena kemahirannya dalam bidang Al-Qur`an ini
membagikan doa yang diajarkan nabi untuk mengatasinya.
Sabda nabi, “Tidaklah seorang hamba pun, jika
ditimpa kesusahan atau kesedihan,” apa yang kira-kira harus dilakukan? Tiada
lain adalah berdoa. Doa apa kiranya yang mampu mengatasi kesusahan dan
kesedihan?
Ibnu
Mas`ud pun melanjutkan riwayatnya, “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambamu,
anak hambamu, dan anak hamba sahaya perempuanmu.” Sebuah pengakuan mulia di
hadapan Allah, bahwa diri ini adalah sekadar hamba, maka tidak ada yang perlu
disombongkan, apalagi tinggi hati.
Merasuk lebih ke dalam, doanya
semakin intim, “Ubun-ubunku (berada) dalam (genggaman) tangan-Mu,” Ya.
Sejatinya aku hanya hamba dhaif, lemah tiada berdaya. Dengan pancaran rahmat-Mu
yang tiada terbatas, ubun-ubun ini bisa merasakan ilham. Jika ubun-ubun ini cendrung
berdusta dan rajin berbuat salah, maka melalui “tangan”-Mu, bimbinglah aku.
Selanjutnya
adalah pengakuan, “Hukum-Mu kan selalu berlangsung. Ketetetapanmu, selalu
adil.” Hukum yang tak mengenal pilih kasih, ketetapan yang tak tebang pilih.
Dalam irama itu, hukum dan keadilan Allah selalu mengharmoni. Maka sangat
pantas, meminta hukum dan keadilan hanya pada-Nya, ketika hukum-hukum manusia
sudah menjadi zalim dan lalim.
Setelah
pemanasan dengan mukaddimah yang sangat laik bagi seorang hamba, tibalah
saatnya permohonan, “Tuhan, aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang Engkau
miliki dan Engkau buat sendiri, yang ada di dalam Kitab Suci, maupun yang
Engkau ajarkan sendiri kepada salah satu makhluk-Mu” yaitu al-asma al-husna,
nama-nama yang tak sekadar indah, tapi nama-nama yang sangat indah tiada tara.
Sebuah permohonan apik dan tepat
melalui perantara semua asma-Nya yang begitu sangat indah dan memesona.
Keindahan apalagi yang mau disebut hamba dalam lantunan doanya, selain
asma-Nya(baik yang disebutkan dalam Al-Qur`an maupun yang diajarkan kepada
salah satu hamba-Nya)?
Bukan
hanya itu “Aku juga memohon dengan ilmu yang hanya Engkau ketahui sendiri dalam
ilmu ghaib yang Engkau miliki.” Ilmu-ilmu kami sejatinya kecil. Bagai sebutir
debu di tengah padang sahara. Seperti setetes air, di hamparan luas samudera.
Maka dengan penuh kerendahan hati memohon dengan ilmu-Mu yang tak terbatas,
adalah keniscayaan yang hamba tidak akan pernah bisa lepas.
Kemudian,
setelah pemanasah yang cukup, barulah kemudian butiran mutiara-mutiara doa
dihaturkan.
Doa pertama berbunyi: “(Aku
memohon kepada-Mu) agar menjadikan Al-Qur`an, sebagai musim semi hatiku.”
Sungguh indah kata-kata dalam rangkaian doa ini.
Kata-kata
ini diajarkan Rasul kepada umatnya bukan sekadar berhenti pada keindahannya,
tapi ada kandungan mendalam yang perlu direnungi bersama. Al-Qur`an adalah
musim semi bagi hati para hamba.
Jika
hatimu kering kerontang, tandus dan gersang, oleh banyak kejahilan yang
mengelamkan, oleh kemaksiatan yang membuatnya bertumpuk noda-noda hitam, maka
basuhlah dengan air hujan Al-Qur`an.
Ketika
kau sirami hatimu yang keras dengan hujan Al-Qur`an, hatimu akan menjadi hidup
kembali. Musim kemarau hati berubah menjadi musim semi. Hati menjadi bertumbuh,
hijau, sejuk, segar, tentram, dan menawan hati. Hanya dengan Al-Qur`an, pesona
hatimu bak musim semi. Maka semikanlah dengan Al-Qur`an.
Permohonan
kedua, tak kalah indah, “(Aku mohon kepada-Mu) agar menjadikan Al-Qur`an sebaga
cahaya dadaku.” Ya. Cahaya yang menerangi kekelaman demi kekelaman yang selama
ini menyelimuti dada. Cahaya yang melenyapkan segala kegelapan yang menawan jiwa-jiwa
hamba. Cahaya yang melapangkan dada di tengah sempitnya
dunia fana.
Cahaya
itu bersumber dari Al-Qur`an. Cahaya yang dibahasakan dengan sangat indah lagi
menawan, “Wahai manusia telah datang kepadamu burhan(keterangan) dari
Tuhanmu, dan Aku turunkan kepadamu cahaya yang menerangi.”(QS. An-Nisa[4]:
174). Funsinya jelas, yaitu: “Kami jadikan ia cahaya sebagai lentera petunjuk
bagi hamba yang Kami kehendaki. Sesungguhnya kamu akan terbimbing ke jalan yang
mustaqim.”(QS. Asy-Syura[42]: 52).
Ketika
cahaya Al-Qur`an tersulut di dada hamba, maka ia menjadi lapang, luas, dan
penuh ketentraman. Tak gampang marah jika dicaci, selalu mudah memaafkan jika
ada yang berbuat salah kepadanya. Demikianlah ketika Al-Qur`an menjadi cahaya
di dada manusia.
Permintaan
ketiga, “(Aku memohon kepada-Mu) agar menjadikan Al-Qur`an sebagai penyirna
kesedihan.” Dengan Al-Qur`an hamba tidak perlu sedih, karena “Tuhan bersama
kita.”(QS. At-Taubah[9]: 40). Itulah kata-kata Rasulullah yang diabadikan
Al-Qur`an untuk menenangkan sahabat kesayangannya.
Keyakinan
itulah yang membuat ibu Musa menghanyutkan bayinya di tengah sungai nil, akibat
raja tiran Fir`aun yang hendak membunuh bayi laki-laki yang masih hidup, hingga
kesedihannya kemudian lenyap ketika Tuhan menenangkannya bahwa Musa akan
kembali kepada pangkuannya. Gundah gulana pun akhirnya sirna(QS. Thaha[20]: 40
dan Al-Qashas[28]: 13). Bersama Al-Qur`an, kesedihan menjadi ringan.
Permohonan
keempat tak kalah mengharukan, “(Aku memohon kepada-Mu agar menjadikan
Al-Qur`an sebagai pelenyap kesusahanku,” Sebesar apa pun kesusahan yang engkau
alami, akan menjadi hilang di hadapan Al-Qur`an.
Nabi
melanjutkan wejangannya kepada Ibnu Mas`ud, “Jika engka melantunkan doa tadi,
maka Allah akan melenyapkan kesusahanmu, dan membuat kesedihan menjadi
kegembiraan.”
Para
sahabat bertanya dengan penuh sopan santu, “Wahai Rasulullah, apakah kami harus
mempelajari doa tersebut?” Beliau menjawab, “Ya. Orang yang mendengarnya harus
mempelajarinya.”(HR. Abu Ya`la al-Maushili, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Abi Syaibah,
Ibnu Hibban, dan Thabrani).
Akhirnya,
jadikan Al-Qur`an musim semi hatimu, cahaya dadamu, penyirna kesedihanmu, dan
peredam kesusahanmu. Reguklah keindahannya, tancapkan kandungannya dalam
cakrawala batin dan terapkan isinya pada semesta hidupmu. Wallahu a`lam bi
al-Shawab.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !