Home » » Panjang Tangan

Panjang Tangan

Written By Amoe Hirata on Minggu, 01 Mei 2016 | 07.00

            Di pinggiran sungai Jumeneng, Sarikhuluk sedang janjian tadabburan dengan para sahabatnya. “Kira-kira apa ya maksud Cak Sarikhuluk, kok tempat tadabburannya sekarang di sungai?” Tanya Paidin keheranan. “Bagiku ga perlu dipertanyakan, karena Sarikhuluk selalu mengajarkan di mana pun dan kapan pun semangat tadabbur harus digalakkan untuk menjaga ruhani seseorang agar tetap menyala-nyala atau selalu online dengan Tuhan.” Sahut Badrudin.
            Semilir angin Dhuha sayup-sayup menerpa wajah sahabat Sarikhuluk. Dalam iringan gemercik air bening nan sejuk, lantunan suara Sarikhuluk mulai merasuk pada gendang telinga mereka, “Rek, coba rentangkan tangan kalian di atas sungai. Siapa di antara kalian yang paling panjang tangannya?” Tanyanya, yang membuat para sahabatnya penasaran. “Ya jelas Paino lah yang terpanjang, baru kemudian Sarikhuluk.” Celetuk Paijo.
            “Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling panjang tangannya.” Pernyataan Sarikhuluk selanjutnya yang menuai tanda tanya besar di dalam benak sahabatnya. “Cak, kok bisa “Panjang Tangan” dibilang yang terbaik, apa hubungannya coba? Setahuku istilah “panjang tangan” dalam KBBI artinya: suka mencuri atau senang mencopet. Jadi menurutku pernyataan sampaean di samping tidak benar, juga terlalu dipaksakan” Sanggah Zaenal Abidin, Guru Bahasa Indonesia di SMA Jumeneng.
            “Itulah yang menjadi kelemahan dialog selama ini,” Sarikhuluk mencoba menjelaskan, “Selama ini kan kalau orang dialog itu mesti dilihat dari sudut pandang keilmuan pribadi kemudian menghukumi seseorang dengan kaca mata keilmuan pribadi sehingga yang ada nanti bukan titik temu, tapi arena tinju. Hehehe. Mestinya sebelum kamu menyampaikan statemen, tanya dulu dong padaku apa yang dimaksud dengan ‘panjang tangan’ bila dihubungkan dengan orang terbaik.”
            “Aku sudah mewanti-wanti sejak dulu, seburuk apa pun kata yang kamu dengar, peristiwa yang kamu lihat, jangan sampai itu membuatmu tergeser dari rill keadilan. Bahkan pada sesuatu yang kamu anggap negatif pun selalu ada nilai positifnya. Ada jarak yang sangat tajam, antara anggapan dengan pemahaman, apalagi hakikat. Kalau tarafmu masih ilmu yaqin, ya jangan sekonyong-konyong merasa sudah `ainul yaqin, apa lagi haqqul yaqin.” Imbuhnya.
            Syahidan ikut nimbrung dialog, “Terus maksud panjenengan itu apa dengan istilah ‘Tangan Panjang’?” “Nah, ini baru benar. Tanya dan klarifikasi terlebih dahulu sebelum menghukumi sesuatu. “Panjang Tangan” yang aku maksud, sebenarnya terinspirasi dengan istilah Kanjeng Nabi Muhammad menjelang wafat.”
            “Ibunda Aisyah meriwayatkan bahwa: suatu saat sebagian istri nabi bertanya kepada beliau, ‘Siapakah di antara kami yang paling cepat menyusulmu?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling panjang tangannya di antara kalian.” Ketika diukur ternyata yang paling panjang tangannya adalah Saudah binti Zam`ah. Ketika tahu bahwa istri yang pertama mati adalah Zainab, maka kami mengerti bahwa yang dimaksud panjang tangan adalah gemar bersedekah.’”

            “Jadi, maksudku dengan istilah panjang tangan ya itu tadi. Gemar  bersedekah. Kalau berzakat ga heran wong meamang diwajibkan. Lah kalau sedekah kan keluar dari kesadaran nuraninya, meskipun sifatnya hanya dianjurkan tapi dia tetap gemar bersedakah. Coba bayangkan jika penduduk Indonesia  yang jumlahnya sekita 200 juta gemar bersedekah. Aku kira permasalahan ekonomi akan teratasi. Makalah jadilah orang yang panjang tangan, tentunya dengan pengertian positif’.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan