Home » » Bersama Islam, Anda Tentram

Bersama Islam, Anda Tentram

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 07 Mei 2016 | 07.16

AKIBAT stigma Barat terhadap Islam melalui berbagai media terkait terorisme yang amat gencar di dunia(sejak meletusnya gedung WTC 11/9/2001), Islam sebagai agama –sampai saat ini- bercitra negatif.
Di Indonesia pun fakta memilukan tersebut tak dapat dipungkiri.
Melihat fenomena itu, Sarikhuluk rasanya ingin tertawa sendiri. Lha, piye, agama Islam kok mau disumbat dan dihambat? Bagaimana bisa? Ini persis seperti orang pongah  bin jemawa, yang tak ingin berpisah dari malam, kemudian berusaha menghalangi cahaya sang surya menuju bumi.
            Penduduk desa Jumeneng –yang mayoritas Islam- dengan kekayaan agama dan budayanya, di satu sisi juga ingin tertawa masal. Pasalnya, desa yang dikenal karena kerukunannya itu, adalah gambaran konkrit bagaimana Muslim ketika menjadi mayoritas mampu mengayomi, membangun hubungan yang elegan dan harmonis dengan pemeluk agama lain.
            Sarikhuluk jadi ingin menyegarkan kembali memorinya tentang sejarah masa kejayaan Islam. Islam yang dibawa Nabi Muhammad mampu menjadi soko guru peradaban dunia. Ketika jaya, sebagaimana yang terjadi di masa nabi(ketika di Madinah), al-Khulafa al-Rasyidun, Umawi(sebagaimana di Andalusia), Abbasi, bahkan Utsmani, pemeluk agama lain –seperti Yahudi, Kristen dll- mampu hidup rukun berdampingan.
Ketika menjadi mayoritas, kedamaian dan kesajahteraanlah yang diretas. Ia ibarat semburat cahaya langit, yang tak bisa dihalangi oleh orang yang berhati kelam penuh penyakit.
Di sepanjang sejarah, ketika islam dihambat, justru bertambah kuat. Saat laju perkembangan Islam berusaha dipasung, Islam semakin bertumbuh besar dan agung.
Betapa tidak, dari segi penamaan saja, Islam sudah mengandung kesejukan.
Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islāman yang artinya: damai, selamat dan sejahtera. “Agama mana coba, yang sedari awal memiliki nama menyejukkan seperti Islam?” tanya Sarikhuluk di hadapan teman-temannya saat berada di Pendopo Al-Ikhlash.
             “Lha pada kenyataannya di Indonesia, koruptor, penipu, penjahat, penjarah, dan lain sebagainya kok kebanyakan orang Islam ya Cak? Berarti Islam ga sejuk dong?” sanggah Slamet Samanhudi.
            “Mbok jangan digeneralisir gitu Met. Iku (itu) namanya logika ‘gebyah uyah’(dipukul rata). Mirip dengan ucapan, “Slamet itu gimana, namanya aja slamet, tapi kok membuat orang celaka terus ya. Berarti bukan slamet, tapi mumet, hahaha.”
            “Agama Islam selalu mengajarkan kebaikan. Kalau ada pemeluk yang salah, tidak bisa menyalahkan Islam. Emang yang rentan salah pemeluk apa agamanya? Makanya, aku sarankan kaji lagi deh, Islam. Barangkali pengetahuan keislaman kita selama ini sudah berpolusi.
            “Islam itu menyayangi, bukan membenci. Membuat tentram, bukan mengancam. Menjadi rahmat, bukan laknat. Bijaksana, bukan aniaya. Petunjuk, bukan pengutuk. Mencerahkan, bukan mengelamkan. Toleran, bukan tiran ”

            “Pada tahun ketujuh hijriah, ada ungkapan cinta yang disampaikan nabi melalui ‘risalah suci’ kepada raja-raja di muka bumi: ASLIM TASLAM. Hanya dua kata, namun syarat makna: Masuklah Islam! Niscaya, kamu akan damai, selamat, tentram dan sejahtera. Sudahkah kita berislam dengan sebenarnya?” pungkasnya. 
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan