Home » » Tipologi Perempuan Ala al-Qur`an

Tipologi Perempuan Ala al-Qur`an

Written By Amoe Hirata on Senin, 23 Mei 2016 | 13.48


            Al-Qur`an yang berfungsi sebagai hudan(petunjuk), sejak lebih dari 14 abad silam, telah menggambarkan  tipologi perempuan dengan sangat gamblang. Di dalamnya ada dua tipe wanita yang bisa dijadikan teladan bagi setiap muslimah: Pertama, wanita shalihah. Kedua, wanita thalihah atau suu`(rusak dan berperangai jelek). Berikut ini akan dijelaskan rinciannya:

PERTAMA: TELADAN PEREMPUAN SHALIHAH

Saat Masih Kecil
            Jika anda masih kecil, anda bisa melihat sosok Maryam. Cirinya: menjaga kehormatan diri, rajin ibadah(QS, Al-Anbiya[21]: 91) dan QS. At-Tahrim[66]: 12), dekat dengan Tuhan, dan sopan kepada orang tua(QS. Ali Imaran[3]: 37). Sejak kecil diasuh dengan pendidikan rabbani. Memiliki ibu yang shalihah dan pengasuh yang shalih(Nabi Zakariyah).

Saat Gadis/Remaja
            Bila anda gadis, bisa belajar dari Maryam yang menjaga kesucian diri, rajin beribadah, taat, dan menjaga diri dari yang bukan mahramnya(QS, Al-Anbiya[21]: 91) dan QS. At-Tahrim[66]: 12). Sampai-sampai ketika malaikat datang berwujud seorang laki-laki, maka dia segera berlindung kepada Allah(QS. Maryam[19]: 18).
Dari kedua putri Nabi Syu`aib bisa dijadikan teladan bagi para gadis. Karakternya: Pertama, berbakti kepada orang tua. Saat orang tuanya sudah tua renta, mereka berdua berinisiatif membantunya dengan cara menggembalakan kambing. Kalau bahasa sekarang mungkin, seperti wanita yang bekerja di luar karena kondisi darurat untuk membantu keluarga.
Kedua, menjaga kehormatan diri dengan memelihara sifat malu dan tidak tebar pesona.  Meski niat membantu kedua orang tua, keduanya tetap mampu menjaga kehormatan diri. Saat hendak memberi minum gembalaan, keduanya tidak bergumul dengan penggembala laki-laki dan menunggu mereka selesai baru kemudian memberi minum gemblaannya. Saat Musa menawarkan bantuan, keduanya tidak tebar pesona, malah menunjukkan sikap malu, dan menjelaskan kondisi riil keluarganya. Bahkan, memberikan upah kepada Nabi Musa. Berdasarkan perintah ayahnya.
Ketiga, cerdas memilih pasangan(QS. Al-Qashah[28): 23-26). Di kemudian hari, ternyata salah satu dari putri Nabi Syu`aib ini menjadi istri Musa. Mereka sangat pintar menunjukkan kriteria orang yang bisa diandalkan dalam mengemban tugas, baik sebagai pegawai, mau pun seorang suami. Ada dua kriteria penting yang direkomendasikan kepada Syu`aib:
1. Kuat(dalam tafsir dijelaskan bahwa penutup sumur yang digunakan untuk memberi minum air gembalaan, itu hanya bisa diangkat oleh beberapa orang, sedangkan Musa bisa mengangkatnya sendiri).
2. Amanah, tepercaya(saat Musa mengikuti kedua anak Syu`aib, dia berjalan duluan di depan mereka, bukan membelakangi mereka, di sinilah letak amanahnya. Tidak menggunakan kesempatan dalam kesempitan)
           
            Saat Menjadi Saudari Perempuan
Kita bisa belajar dari kisah saudari Musa yang taat pada ibunya dan sangat sayang kepada adiknya. Saat Musa dihanyutkan, dia ikuti terus perjalanannya hingga merasa sudah tenang ketika Musa diadopsi oleh Fir`aun. Bahkan, pada akhirnya dengan kecerdikannya, ia mampu mengembalikan adiknya kepada ibunya sebagai ibu susunya. Saudari demikian, bukan hanya sayang adik, tapi juga perhatian kepada nasib adiknya(QS. Thaha[20] 40 dan QS. Al-Qashah[28]: 11-13).

Saat Menjadi Istri
            Sebalumnya perlu diterangkan bahwa ciri istri yang terbaik adalah memiliki kriteria berikut: qanitat(rajin melakukan ketaatan), taaibah(gemar bertaubat jika melakukan kesalahan), `aabidaat(gemar beribadah), dan saa`ihaat(gemar berhijrah dari kejelekan menuju kebaikan)(QS. At-Tahrim[66]: 5).
Kita bisa mengambil contoh sosok Hawa. Sebagai istri, ia menjalankan perannya dengan baik serta menjadi penentram suami(QS. Al-A`raf[7]: 189]). Mendukung suami, dan memiliki misi melahirkan generasi shalih(QS. Al-A`raf[7]: 189]). Ketika melakukan kesalahan, segera mengakui dan cepat bertaubat(QS. Al-A`raf[7]: 23). Terakhir, mengorientasikan biduk rumah tangganya untuk kepentingan akhirat. Mereka sangat mengerti bahwa: manusia yang berorientasi akhirat, taat dan mengikuti petunjuk Tuhannya, maka tidak akan merasa takut, dan sedih(QS. Al-Baqarah[2]: 38), bahkan tidak akan tersesat dan celaka(QS. Thoha[20]: 123).
Kadang ada masa di mana Allah belum mengaruniai keturunan, dari kisah istri Nabi Ibrahim, perempuan bisa belajar kepada ketegarannya, selalu otimis terhadap rahmatNya dan tidak pernah putus asa(QS. Hud[11]: 71-73; QS. Al-Hijr[15]: 53-56 dan QS. Ad-Dzariyat[51]: 29). Di sisi lain, kita bisa belajar darinya tentang cara menghormati tamu dengan sebaik-baiknya(QS. Ad-Dzariyat[51]: 26). Ketika ada tamu, langsung disembelihkan domba kemudian dihidangkan setelah masak.
Dari istri Nabi Muhammad, setiap muslimah bisa belajar tentang: hidup zuhud, menghendaki Allah dan RasulNya, muhsinat(gemar berbuat baik), menjaga kesucian diri, rajin beribadah dan taat kepada Allah dan Rasulnya, beramal shalih, bertakwa, menjaga etika, menjalankan tugas rumah dengan baik, tidak berbusana tabarruj seperti trend jahiliah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dajin mengingat dan membaca al-Qur`an(QS. Al-Ahzab[33]: 28-34).
Ketika menjadi istri shalihah, tetapi dianugerahi suami yang tidak shalih, jahat, maka bisa menjadikan Asiah binti Muzahim sebagai teladannya. Meski suami kafir, dia tidak ikut kafir. Ia beriman bersama Musa(anak angkatnya). Optimis terhadap Tuhannya, serta bermimpi dibangunkan rumah di surga(Qs. At-Tahrim[66]: 11). Merupakan contoh dari seorang istri yang gigih memegang kebenaran, meski dihalang-halangi oleh suami.


Saat Menjadi Ibu
            Ibu yang baik adalah yang selalu mendoakan kebaikan kepada anaknya. Sebagaimana istri Imran(QS. Ali Imran[3]: 35). Sebelum melahirkan, dia sudah memohon agar dikaruniai anak shalih, di samping itu akan dipersembahkan untuk kepentingan agama. Hawa pun demikian, ia juga berdoa agar dikaruniai anak yang shalih(QS. Al-A`raf[7]: 189]).
            Kita bisa belajar kepada ibu Musa bagaimana rasa kasih sayang(dengan memberikan asi yang cukup), ketegaran dan kesabarannya dalam mendidik anak, sampai-sampai dia rela anaknya dihanyutkan ke sungai agar selamat, walau pun rasa keibuaannya sangat tidak tega(QS. Al-Qashas[28]: 7-13), pada akhirnya anaknya dikembalikan, dan menjadi penentram jiwanya.
Selain itu, Maryam binti Imran juga bisa dijadikan teladan sebagai seorang ibu. Ia mendidik anaknya secara baik. Ia bisa menjadi contoh bagi anaknya. Memiliki sifat qaanitah(QS. At-Tahrim[66]: 12) dan shiddiqah(QS. Al-Ma`idah[5]: 75). Isa `alaihis salam adalah bukti rill bagaimana ia mampu menjadi ibu yang sukses bagi anaknya. Beliau sukses mendidik Isa menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, berperangai lembut tidak kasar, rajin ibadah, dan senantiasa membawa kedamaian dalam hidupnya(QS. Maryam[19]: 31-33).

Saat Menjadi Wanita Karir
            Jika anda wanita karir yang menjadi kepala, maka anda bisa meniru Bilqis, dalam menjalankan roda kepemimpinan(QS. An-Naml[27]: 23). Dalam menjalankan kepemimpinannya, ia tidak menggunakan sistem otoriter, tapi selalu mengedepankan musyawarah(QS. An-Naml[27]: 29) dengan para pejabatnya. Ia juga memiliki pengalaman dan keilmuan yang cukup memadai(QS. An-Naml[27]: 34), peduli dengan nasib rakyatnya sehingga melakukan langkah-langkah penyelamatan jika dirasa ada sesuatu yang membahayakan(QS. An-Naml[27]: 35).
            Di sisi lain, sebagai seorang ratu, dia juga sangat hati-hati dalam bersikap dan tidak gampang mengklaim(QS. An-Naml[27]: 42). Lebih istimewa lagi, ia tak segan-segan mengakui kesalahan dan segera menerima kebenaran jika dirinya memang salah(QS. An-Naml[27]: 44).


KEDUA          : TELADAN PEREMPUAN THALIHAH

Saat Menjadi Istri
            Perempuan ga baik pun juga ada contohnya. Pertama, Istri Abu Lahab. Tipe wanita pedengki, penebar fitnah, dan enggan menerima kebenaran. Kerjaannya selalu menebar api dendam dan permusuhan(QS. Al-Lahab[111]; 4-5).
            Para istri pembangkang diwakili oleh istri Nabi Luth dan Nuh(QS. At-Tahrim[66] 10. Mereka hidup di dalam bahtera rumah tangga orang shalih, namun menyia-nyiakannya. Kehidupan mereka bagaikan ayam yang mati di lumbung padi. Sifat dasarnya adalah mengkhianati suami.

Saat Menjadi Istri Pejabat

            Jika anda perempuan yang menjadi istri pejabat, terbiasa dalam hidup glamour suka kehidupan bersolsialita, suka ngrumpi(QS. Yusuf[12]: 30), suka brondong(QS. Yusuf[12]: 23) lalu berusaha bermaksiat dan mendapatkannya dan rentan selingkuh, maka istri Aziz jangan sampai dijadikan contoh. Yang bisa dijadikan contoh darinya adalah: mengakuai kesalahan dan bertaubat kepada Allah(QS. Yusuf[12]: 51-53). Wallahu a`lam bi al-Shawaab.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan