Al-Qur`an yang berfungsi sebagai hudan(petunjuk), sejak lebih dari 14 abad silam,
telah menggambarkan tipologi perempuan dengan sangat gamblang. Di dalamnya ada dua tipe wanita yang bisa
dijadikan teladan bagi setiap muslimah: Pertama, wanita shalihah. Kedua, wanita
thalihah atau suu`(rusak dan berperangai jelek). Berikut
ini akan dijelaskan rinciannya:
PERTAMA: TELADAN PEREMPUAN SHALIHAH
Saat Masih Kecil
Jika anda masih kecil, anda bisa melihat sosok
Maryam. Cirinya: menjaga kehormatan
diri,
rajin ibadah(QS, Al-Anbiya[21]:
91) dan QS. At-Tahrim[66]: 12), dekat dengan Tuhan, dan sopan kepada orang tua(QS. Ali Imaran[3]: 37). Sejak kecil diasuh dengan pendidikan rabbani.
Memiliki ibu yang shalihah dan pengasuh yang shalih(Nabi Zakariyah).
Saat Gadis/Remaja
Bila anda gadis, bisa belajar dari
Maryam yang menjaga kesucian diri, rajin beribadah, taat, dan menjaga diri dari
yang bukan mahramnya(QS, Al-Anbiya[21]: 91) dan QS. At-Tahrim[66]: 12). Sampai-sampai ketika
malaikat datang berwujud seorang laki-laki, maka dia segera berlindung kepada
Allah(QS. Maryam[19]: 18).
Dari kedua putri Nabi Syu`aib bisa dijadikan teladan bagi para gadis.
Karakternya: Pertama, berbakti kepada
orang tua. Saat orang tuanya sudah
tua renta, mereka berdua berinisiatif membantunya dengan cara menggembalakan
kambing. Kalau bahasa sekarang mungkin, seperti wanita yang bekerja di luar
karena kondisi darurat untuk membantu keluarga.
Kedua, menjaga kehormatan
diri dengan memelihara sifat malu
dan tidak tebar pesona. Meski niat
membantu kedua orang tua, keduanya tetap mampu menjaga kehormatan diri. Saat
hendak memberi minum gembalaan, keduanya tidak bergumul dengan penggembala
laki-laki dan menunggu mereka selesai baru kemudian memberi minum gemblaannya.
Saat Musa menawarkan bantuan, keduanya tidak tebar pesona, malah menunjukkan
sikap malu, dan menjelaskan kondisi riil keluarganya. Bahkan, memberikan upah
kepada Nabi Musa. Berdasarkan perintah ayahnya.
Ketiga, cerdas memilih
pasangan(QS. Al-Qashah[28): 23-26). Di kemudian hari, ternyata salah satu dari
putri Nabi Syu`aib ini menjadi istri Musa. Mereka sangat pintar menunjukkan
kriteria orang yang bisa diandalkan dalam mengemban tugas, baik sebagai
pegawai, mau pun seorang suami. Ada dua kriteria penting yang direkomendasikan
kepada Syu`aib:
1. Kuat(dalam tafsir dijelaskan bahwa penutup sumur yang digunakan untuk
memberi minum air gembalaan, itu hanya bisa diangkat oleh beberapa orang,
sedangkan Musa bisa mengangkatnya sendiri).
2. Amanah, tepercaya(saat Musa mengikuti kedua anak Syu`aib, dia
berjalan duluan di depan mereka, bukan membelakangi mereka, di sinilah letak
amanahnya. Tidak menggunakan kesempatan dalam kesempitan)
Saat Menjadi Saudari Perempuan
Kita bisa belajar dari kisah saudari Musa yang taat pada ibunya dan
sangat sayang kepada adiknya. Saat Musa dihanyutkan, dia ikuti terus
perjalanannya hingga merasa sudah tenang ketika Musa diadopsi oleh Fir`aun.
Bahkan, pada akhirnya dengan kecerdikannya, ia mampu mengembalikan adiknya
kepada ibunya sebagai ibu susunya. Saudari demikian, bukan hanya sayang adik,
tapi juga perhatian kepada nasib adiknya(QS. Thaha[20] 40 dan QS.
Al-Qashah[28]: 11-13).
Saat Menjadi Istri
Sebalumnya perlu diterangkan bahwa
ciri istri yang terbaik adalah memiliki kriteria berikut: qanitat(rajin
melakukan ketaatan), taaibah(gemar bertaubat jika melakukan kesalahan), `aabidaat(gemar
beribadah), dan saa`ihaat(gemar berhijrah dari kejelekan menuju
kebaikan)(QS. At-Tahrim[66]: 5).
Kita bisa
mengambil contoh sosok Hawa. Sebagai istri, ia menjalankan perannya dengan baik
serta menjadi penentram suami(QS. Al-A`raf[7]: 189]). Mendukung suami, dan
memiliki misi melahirkan generasi shalih(QS. Al-A`raf[7]: 189]). Ketika
melakukan kesalahan, segera mengakui dan cepat bertaubat(QS. Al-A`raf[7]: 23). Terakhir, mengorientasikan biduk
rumah tangganya untuk kepentingan akhirat. Mereka sangat mengerti bahwa:
manusia yang berorientasi akhirat, taat dan mengikuti petunjuk Tuhannya, maka
tidak akan merasa takut, dan sedih(QS. Al-Baqarah[2]: 38), bahkan tidak akan
tersesat dan celaka(QS. Thoha[20]: 123).
Kadang
ada masa di mana Allah belum mengaruniai keturunan, dari kisah istri Nabi
Ibrahim, perempuan bisa belajar kepada ketegarannya, selalu otimis terhadap
rahmatNya dan tidak pernah putus asa(QS. Hud[11]: 71-73; QS. Al-Hijr[15]: 53-56
dan QS. Ad-Dzariyat[51]: 29). Di sisi lain, kita bisa belajar darinya tentang
cara menghormati tamu dengan sebaik-baiknya(QS. Ad-Dzariyat[51]: 26). Ketika
ada tamu, langsung disembelihkan domba kemudian dihidangkan setelah masak.
Dari
istri Nabi Muhammad, setiap muslimah bisa belajar tentang: hidup zuhud,
menghendaki Allah dan RasulNya, muhsinat(gemar berbuat baik), menjaga
kesucian diri, rajin beribadah dan taat kepada Allah dan Rasulnya, beramal
shalih, bertakwa, menjaga etika, menjalankan tugas rumah dengan baik, tidak
berbusana tabarruj seperti trend jahiliah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, dajin mengingat dan membaca al-Qur`an(QS. Al-Ahzab[33]: 28-34).
Ketika
menjadi istri shalihah, tetapi dianugerahi suami yang tidak shalih, jahat, maka
bisa menjadikan Asiah binti Muzahim sebagai teladannya. Meski suami kafir, dia
tidak ikut kafir. Ia beriman bersama Musa(anak angkatnya). Optimis terhadap
Tuhannya, serta bermimpi dibangunkan rumah di surga(Qs. At-Tahrim[66]: 11).
Merupakan contoh dari seorang istri yang gigih memegang kebenaran, meski
dihalang-halangi oleh suami.
Saat Menjadi Ibu
Ibu yang baik adalah yang selalu
mendoakan kebaikan kepada anaknya. Sebagaimana istri Imran(QS. Ali Imran[3]:
35). Sebelum melahirkan, dia sudah memohon agar dikaruniai anak shalih, di
samping itu akan dipersembahkan untuk kepentingan agama. Hawa pun demikian, ia
juga berdoa agar dikaruniai anak yang shalih(QS. Al-A`raf[7]: 189]).
Kita
bisa belajar kepada ibu Musa bagaimana rasa kasih sayang(dengan memberikan asi
yang cukup), ketegaran dan kesabarannya dalam mendidik anak, sampai-sampai dia
rela anaknya dihanyutkan ke sungai agar selamat, walau pun rasa keibuaannya
sangat tidak tega(QS. Al-Qashas[28]: 7-13), pada akhirnya anaknya dikembalikan,
dan menjadi penentram jiwanya.
Selain itu, Maryam
binti Imran juga bisa dijadikan teladan sebagai seorang ibu. Ia mendidik anaknya
secara baik. Ia bisa menjadi contoh bagi anaknya. Memiliki sifat qaanitah(QS.
At-Tahrim[66]: 12) dan shiddiqah(QS.
Al-Ma`idah[5]: 75). Isa `alaihis salam adalah bukti rill bagaimana ia
mampu menjadi ibu yang sukses bagi anaknya. Beliau sukses mendidik Isa menjadi anak yang berbakti
kepada orang tua, berperangai lembut tidak kasar, rajin ibadah, dan senantiasa
membawa kedamaian dalam hidupnya(QS. Maryam[19]: 31-33).
Saat Menjadi
Wanita Karir
Jika anda wanita karir yang menjadi
kepala, maka anda bisa meniru Bilqis, dalam menjalankan roda kepemimpinan(QS. An-Naml[27]: 23). Dalam menjalankan kepemimpinannya, ia tidak
menggunakan sistem otoriter, tapi selalu
mengedepankan musyawarah(QS. An-Naml[27]: 29) dengan para pejabatnya. Ia juga
memiliki pengalaman dan keilmuan yang cukup memadai(QS. An-Naml[27]: 34),
peduli dengan nasib rakyatnya sehingga melakukan langkah-langkah penyelamatan
jika dirasa ada sesuatu yang membahayakan(QS. An-Naml[27]: 35).
Di
sisi lain, sebagai seorang ratu, dia juga sangat hati-hati dalam bersikap dan
tidak gampang mengklaim(QS. An-Naml[27]: 42). Lebih istimewa lagi, ia tak
segan-segan mengakui kesalahan dan segera menerima kebenaran jika dirinya
memang salah(QS. An-Naml[27]: 44).
KEDUA : TELADAN PEREMPUAN THALIHAH
Saat Menjadi Istri
Perempuan ga baik pun juga ada
contohnya. Pertama, Istri Abu Lahab. Tipe wanita pedengki, penebar fitnah, dan
enggan menerima kebenaran. Kerjaannya selalu menebar api dendam dan permusuhan(QS.
Al-Lahab[111]; 4-5).
Para istri pembangkang diwakili oleh
istri Nabi Luth dan Nuh(QS. At-Tahrim[66] 10. Mereka hidup di dalam bahtera
rumah tangga orang shalih, namun menyia-nyiakannya. Kehidupan mereka bagaikan
ayam yang mati di lumbung padi. Sifat dasarnya adalah mengkhianati suami.
Saat Menjadi Istri
Pejabat
Jika anda perempuan yang menjadi
istri pejabat, terbiasa dalam hidup glamour suka kehidupan bersolsialita, suka
ngrumpi(QS. Yusuf[12]: 30), suka brondong(QS. Yusuf[12]: 23) lalu berusaha
bermaksiat dan mendapatkannya dan rentan selingkuh, maka istri Aziz jangan
sampai dijadikan contoh. Yang bisa dijadikan contoh darinya adalah: mengakuai
kesalahan dan bertaubat kepada Allah(QS. Yusuf[12]: 51-53). Wallahu a`lam bi
al-Shawaab.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !