Home » » Usia ABG Tapi Jasa Gede

Usia ABG Tapi Jasa Gede

Written By Amoe Hirata on Selasa, 07 November 2017 | 18.53

“Ayah!” panggil Evan kepada orangtunya yang bernama Wibowo. “Iya Van, ada apa?” “Maaf sebelumnya, Evan ingin curhat sama ayah, di sekolah, Evan sering dianggap kurang gaul, kutu buku, cupu, culun, kudet dll deh pokoknya. Bagi mereka, gaul itu, khususnya di zaman digital kaya’ sekarang ini, harus punya gadget teranyar, main browsing-browsing-an, ngetweet, facebook-an, instagram-man dan semacamnyalah emboh (ga tau) namanya apa.”

            “Jangankan anak ABG Van, orang tua aja pada maen begituan. Bangun tidur yang diingat bukan doa, bukan shalat, tapi langsung nyari HP barangkali ada update terbaru atau apalah namanya. Tiada hari tanpa gadget. Saat bangun tidur hingga tidur kembali alat itu tak pernah berpisah. Kamu tak didik dengan pendidikan ketat bukan berarti menghalangi pergaulanmu. Kamu juga masih ayah izini buka HP sesuai dengan kebutuhan, bahkan permainan-permainan lain yang sekiranya pas dengan usiamu ayah juga mengijinkan,” timpal ayahnya meyakinkan.
            “Jadi Evan harus bagaimana menghadapi teman-teman?” “Jangan terbawa arus. Jadilah dirimu sendiri. Kamu bisa bergaul dengan mereka, tapi jangan ikut arus mereka. Ketika bergaul, jangan sampai terwarnai, justru kamu yang mewarnai mereka. Kamu perlu ingat, di usiamu yang masih ABG, tapi prestasimu gede. Coba bandingkan dengan teman-temanmu, di usiamu yang ke 14 tahun segudang prestasi sudah kamu raih. Meski di sekolah umum, kamu bisa hafal al-Qur`an, langganan ringking 1, aktif di organisasi dll. Ayah cerita ini bukan untuk sombong atau berbangga diri, cuma jangan sampai baper kalau dikatain teman kaya’ gitu.”

            “Mau tah ayah ceritakan bagaimana ABG di zaman sahabat?” tukas Wibowo kepada anaknya. “Mau Yah, barangkali bisa jadi inspirasi buat Evan dan nanti akan aku bagikan pada teman-teman.” “Kamu pernah dengar ga sahabat yang bernama ‘Umair bin Abi Waqas?” “Belum Yah. Yang Evan pernah dengar justru Sa’ad bin Abi Waqash.” “Ooo, itu kakanya ‘Umair Van.”
            “Emangnya apa yang menarik dari sosok Umair Yah? Oh ya, sebelum itu aku ingin tau nama lengkapnya!” “Oke, pelan-pelan akan ayah ceritakan.  Nama lengkapnya, ‘Umair bin Abi Waqash bin Uhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab al-Qurasyi al-Zuhri. ABG usia 16 tahun ini adalah adik kandung Sa'ad bin Abi Waqash. Ibunya bernama Hamnah binti Abi Sufyan bin Umayyah bin Abdusy Syams. Pemuda ini termasuk di antara remaja yang pertama kali masuk Islam. Ia berislam berkat dakwah Abu Bakar RA.”
            “Yang menarik dari sosok pemuda brilian ini adalah passion, hobi, kecendrungannya dibangingkan ABG lain pada masanya,” jawab Wibowo yang segera mendapat respon dari Evan. “Apa Yah keunikannya?” “Di usianya yang masih 16 tahun (kalau sekarang mungkin masih SMA kelas 2), ia berambisi melampau pemuda sebayanya. Ia ingin gugur syahid di jalan Allah.”
            Mendengar itu Evan geleng-geleng kepala. Sejauh prestasi yang ia dapat, tidak pernah terlintas untuk gugur di gelanggang jihad. “Teruskan ceritanya Yah!” “Oke, Ayah mau minum sebentar,” dari mimik wajahnya Evan sangat antusias mendengarkannya. Ayahnya pun melanjutkan, “karena tekadnya kuat, meski baru 16 tahu, akhirnya dia menemukan momentumnya. Pada waktu itu akan digulirkan Perang Badar Kubrah. Umair pun berkeinginan keras untuk berpartisipasi di dalamnya.”
            “Bersamaan dengan itu, hatinya berdebar-debar. Rasa khawatir tiba-tiba menggelayuti jiwanya. Di usia yang sangat muda itu (mungkin ABG sekarang lagi asyik-asyiknya pacaran atau memainkan gadget-nya), apakah dirinya akan mendapat izin dengan mudah dari Rasulullah SAW? Ia pun punya ide. Supaya ia bisa tetap ikut berjihad di medan perang, maka ia akan pergi secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui Rasulullah SAW.”
            “Saat pasukan beranjak berangkat, rupanya gelagatnya yang mencurigakan  cepat diketahui oleh kakak kandungnya, Saad bin Abi Waqash. Terjadilah pembicaraan yang sangat intim dan mengharukan antara keduanya. Kemudian Sa'ad meminta izin kepada Rasulullah SAW. Kekhawatiran Umair benar-benar terjadi. Ia ditolak ikut berjihad lantaran usianya yang masih sangat muda. Ia sangat sedih, karena cita-citanya tak segera terwujud. Kondisi demikian membuat matanya berkaca-kaca.”
            “Akhirnya ditolak Yah?” tanya Evan penasaran. “Umair tidak putus asa. Di sela-sela menangis, rupanya Rasulullah melihat kesungguhan dan ketulusan Umair, pada akhirnya Rasulullah SAW pun mengijinkannya. Dengan girang akhirnya ia pergi berjuang. Takdir syahid pun digapainya. Ia meninggal di tangan gembong Qurasy 'Amru bin Abi Wud Al-'Amiri di usia yang masih tergolong ABG.”
            “Ada lagi ga ya cerita lain yang berkaitan?” “Ooh, masih banyak. Sebagai contoh, ada sosok Mu’adz bin Amru bin Jamuh dan Mu’awwid bin Afra yang ketika perang Badar usianya masih 13/14 tahun. Bahkan di luar bidang itu, ada anak-anak muda tapi jasanya begitu besar. Kamu tau Zaid, di usianya yang masih ABG sudah menguasai banyak bahasa asing sehingga dijadikan penulis wahyu. Pemuda lain seperti Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Ibnu Umar, Abdullah bin Amru bin Ash’ adalah sosok ABG yang berjasa besar dalam bidang keilmuan.”

            “Intinya Van, kamu jangan pernah minder dikatain apapun oleh temanmu. Justru kamu ajak mereka; warnai mereka. Usia potensial seperti itu, jika bener-bener dimanfaatin kaya’ sahabat nabi, wah dahsyat efeknya. Terakhir Van, kamu tau berapa usia Muhammad Al-Fatih ketika menaklukkan Konstantinopel yang baru bisa ditundukkan 8 abad?” “Belum tau Yah,” jawabnya. “Usianya baru 23 tahun, dan pada usia 20-an sudah diamanahi menjadi pemimpin. Selain itu, Usamah bin Zaid RA baru berusia 18 ketika diutus berjihad ke negeri Syam,” mendengar jawaban Ayahnya, Evan kembali menatap masa ABG-nya dengan tatapan optimis.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan