Home » » Memaknai Idul Adha

Memaknai Idul Adha

Written By Amoe Hirata on Selasa, 16 November 2010 | 05.32

Bagai putaran roda, sampailah kita pada titik putaran yang sama.Hari besar Islam itu kembali berulang.Gegap-gempita dan rasa takdzim menyebar ke seantero alam islami. Manifestasi dari hari besar itu di ramaikan dengan lantunan takbir,shalat dan penyembelihan hewan.Dialah yang biasa disebut hari raya `idul Adha.

Idul Adha arti asalnya kembali menyembelih sembelihan pada waktu duha. Kemudian ia menjadi istilah mankul syar`i yang merupakan ritual hari raya yang diselenggarakan pada tanggal sepuluh Dzulhijja. Ia merupakan sebuah syi`ar yang dicontohkan bapak para nabi; Ibrahim, ketika menyembelih anaknya; Ismail, berdasarkan titah Allah ta`la.

Ditilik dari sisi bahasa, `Idul Adha mengandung makna yang luas dan dalam. `Id yang berasal dari kata `Aada Ya`uudu `Audan berarti kembali. Kata `id, menggambarkan pengulangan dan penyegaran yang mengandung kebahagiaan. Seolah-olah mengindikasikan kembali pada perasaan senang yang sudah menjadi kebiasaan. Adha merupakan bentuk plural dari kata dhahiyyah yang artinya sembelihan di waktu duha(waktu setelah matahari terbit hingga menjelang dzuhur). waktu duha mengambarkan kesegaran, semangat dan produktifitas; waktu ini biasa digunakan orang pada umumnya untuk bekerja, sekolah dsb. Adha juga mengandung nilai pengorbanan yang dilakukan untuk melaksanakan titah zat yang menempati posisi sangat penting dari spritualitas manusia yang diiringi dengan rasa cinta. Dengan demikian pendekatan bahasa mengesankan kata `idul adha sebagai upaya penyegaran kembali kepada kebahagiaan yang sudah biasa didapat dengan mengorbankan sesuatu demi pengejawantahan rasa cinta kepada zat yang dianggap mutlak dalam benak manusia.

Melihat kedalaman makna yang terkandung dari nilai bahasa tadi kiranya amat tidak pas dan layak jika hari raya `idul adha hanya berperan dan dipraktekan sebatas sebagai formalitas. Kebahagian, kemesraan dan kesenangan didalamnya melebihi unsur materi. Ia bersifat menyeluruh; komprehensif. Pengorbanan yang dikerahkan melampau bentuk material. Rasa cinta yang merupakan motif asasi bukan bersifat parsial tapi universal yang mengantarkan kepada kesejatian cinta.`Idul adha mengajarkan kepada kita solidaritas dan kepedulian sosial.

`Idul adha' mengajarkan kita pengokohan hubungan antara sesama mahluk dan Tuhan dengan landasan cinta. Tetapi untuk merealisasikan cinta itu harus diiringi dengan pengorbanan. Semakin besar pengorbanan yang dipersembahkan, semakin berkualitas pula cinta yang dipantulkan.


Sejauh ini seberapa pandai kita memaknai kata `idul adha? Apa sekedar formalitas? kesenangan yg personal belaka? Atau seledar ritual yg tidak memiliki pengaruh sosial? Alangkah baiknya kita berkaca dengan cermin "kejujuran" sudahkah wajah "`idul adha" kita benar-benar menggambarkan pantulan kebahagiaan, kemesraan dan cinta sejati?.   
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan