Home » » Penggembala Tersesat

Penggembala Tersesat

Written By Amoe Hirata on Rabu, 02 Desember 2015 | 09.41

                 “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi, melainkan sebagai penggembala domba.”(Hr. Bukhari, Ibnu Majah, dan Baihaqi). Sebelum diutus menjadi nabi, setiap dari mereka ditempa menjadi pemimpin dengan cara menggembala domba.
            Dalam kidung Sunan Kalijaga, ada lagu yang berjudul, “Lir Ilir”. Salah satu bait lagunya demikian: Cah angon, cah angon. Sebagai gambaran serupa tentang idiom kepemimpinan.
            Nabi Muhammad sendiri, sejak usia tiga tahun di lembah Bani Sa`ad, dan ketika berusia sepuluh tahun(membantu ekonomi Abu Thalab), sudah menjadi penggembala domba penduduk Makkah.
            Yang menjadi pertanyaan kemudian, mengapa penggembala dianalogikan sebagai pemimpin. Lalu, mengapa dipilih domba secara khusus?
            Al-Hafidz Ibnu Hajar al-`Asqalani dalam Fath al-Bari menyebutkan: “Hikmah diilhaminya para nabi menggembala kambing sebelum diutus menjadi nabi karena(supaya mereka pengalaman sebelum mengurus umat), jika mereka bisa bersabar dalam menggembala, mengumpulkan setelah berpencar di tempat penggembalaan, memindahnya dari satu tempat ke tempat lain, menjaganya dari musuh seperti binatang buas dan pencuri, mengetahui perbedaan karakter dan kebiasaan berpencarnya meski lemah, dan butuhnya kambing pada penjagaan.”
“Dengan demikian mereka terbiasa sabar atas kondisi umat, mengetahui karakter dan tingkatan akalnya, lalu menindak dengan tegas yang keras kepala, bersikap lembut dengan orang lemah, dan menjaganya dengan baik. Dengan terbiasa menggembala sejak dini, maka akan memudahkan beban mereka. Karena telah terbiasa dengan bertahap menggembala kambing.”
            “Secara khusus, kambing dipilih karena (beberapa alasan): sebagai hewan yang paling lemah dibanding lainnya, lebih banyak tercerai berai daripada unta dan sapi(karena unta dan sapi mudah dikontrol dengan tali sebagaimana adat yang biasa terjadi). Meski kambing sangat mudah terpencar-pencar, namun paling cepat patuh dari pada selainnya.”(Fath al-Barai, Ibnu Hajar, 7/99).
            Sebagai catatan penting, gembalaan di sini adalah ghanam(domba, kibas), bukan kambing. Biasanya kibas digembala dengan jumlah banyak. Hanya orang-orang yang sabar, ulet, tekun, dan lebut yang mampu menggembalanya.
            Sekiranya para pemimpin dipilih berdasarkan kualifikasi pengalamannya sejak kecil dalam hal menggembala, maka tak akan sukar dalam memimpin rakyat. Sayangnya, sekarang yang menjadi acuan sebagai pemimpin adalah uang, popularalitas media, kemitraan dan hal wadak lain, meski sejatinya tak memenuhi syarat sebagai pemimpin.
            Maka jangan heran jika terjadi kekacauan di sana-sini. Yang sebenarnya penggembala ternyata butuh digembala, sedangkan yang digembala merasa sebagai penggembala. Penggembala mengembek, domba pun menyabda. Pemimpin seperti ini, tak ubahnya sebagai PENGGEMBALA TERSESAT.

Wallahu a`lam.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan