Perkembangan
media yang demikian pesat, pada galibnya cendrung dibuat memecah belah umat. Mereka
di-bully sedemikian rupa oleh
pihak yang memusuhinya; bahkan, sesama
Muslim pun -lantaran beda paham-, sering memanfaatkan kecanggihannya untuk saling mengklaim sesat.
Bagaimana
sebenarnya peran media di zaman Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam,
sehingga sebagai Muslim kita bisa berkontribusi positif
untuk umat? Tulisan ini akan mencoba menguraikannya berdasar sirah
nabawiah.
Pada
zaman Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam, salah satu media yang
paling berpengaruh di masyarakat ialah: sya`ir. Bahkan, beliau memiliki pakar
dalam bidang ini, seperti: Abdullah bin Rawahah, Ka`ab bin Malik
dan Hassan bin Tsabit.
Dalam
sirah nabawiah, media sya`ir digunakan umat Islam untuk: Pertama,
pendorong semangat umat. Ketika menggali parit –sebagai persiapan perang
Ahzab(5 H)-, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam mendendangkan
sya`ir: “Ya Allah tidak ada kehidupan[sejati], melainkan kehidupan akhirat,
maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin.” Dalam kondisi lapar, panas seperti
itu, sya`ir yang disenandungkan beliau mempu membangkitkan semangat sahabat.
Kedua, menampilkan izzah umat. Saat Fath Makkah, di
saf depan Abdullah bin Rawahah menyenandungkan sya`ir di hadapan para kafir
Qurays. Terbukti, izzah umat menjadi terangkat.
Ketiga, membela
agama Islam. Ketika umat Islam dijelek-jelekkan oleh penyair kafir Qurays –pada
pertempuran Badar dan Uhud- seperti: Hubairah bin Abi Wahab, Abdullah bin
Za`bari, dan Dhirar bin al-Khattab. Dengan sigap Abdullah bin Rawahah, Ka`ab
bin Malik dan Hasan bin Tsabit berdiri di garda depan membela Islam dan
meluruskan anggapan miring mereka.
Keempat, sebagai
sarana perekat umat. Ketika Islam disudutkan dengan berbagai fitnah melalui
media sya`ir, para penya`ir nabi bukan saja meluruskan, tapi merekankan umat
supaya tak berpecah belah akibat pengaruh mereka.
Kelima, untuk
menjawab syubhat buatan musuh. Propaganda kafir melalui syubhat-syubhat yang
dibuat untuk menghancurkan citra Islam dan Muslim, mampu dijawab dengan baik
dengan media sya`ir yang dikuasai.
Jadi, media pada zaman
nabi digunakan untuk hal yang positif. Ia digunakan untuk pendorong semangat,
menunjukkan izzah, membela agama Islam, perekat umat, dan meluruskan syubhat.
Sebaliknya -pada zaman
itu, bahkan sepanjang zaman-, orang kafir menggunakan media untuk hiburan,
memecah belah, memfitnah, menjelek-jelekkan, bahkan menghancurkan yang haq.
Mereka menggunakan media untuk hal-hal negatif.
Masalahnya sekarang, media
yang ada, sudah berperan (digunakan secara) efektif untuk menebar hal-hal
positif sebagaimana di zaman nabi? Masing-masing dari umat Islam, seyogyanya
mengevaluasi diri di tengah godaan media yang semakin canggih, dan rawan
diselewengkan.
Wallahu a`lam bi al-Shawab.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !