Home » » Peran Media dalam Sirah Nabawiah

Peran Media dalam Sirah Nabawiah

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 12 Desember 2015 | 20.19

           Perkembangan media yang demikian pesat, pada galibnya cendrung dibuat memecah belah umat. Mereka di-bully sedemikian rupa oleh pihak yang memusuhinya; bahkan, sesama Muslim pun -lantaran beda paham-, sering memanfaatkan kecanggihannya  untuk saling mengklaim sesat.
            Bagaimana sebenarnya peran media di zaman Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam, sehingga sebagai Muslim kita bisa berkontribusi positif  untuk umat? Tulisan ini akan mencoba menguraikannya berdasar sirah nabawiah.
            Pada zaman Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam, salah satu media yang paling berpengaruh di masyarakat ialah: sya`ir. Bahkan, beliau memiliki pakar dalam bidang ini, seperti: Abdullah bin Rawahah, Ka`ab bin Malik dan Hassan bin Tsabit.
            Dalam sirah nabawiah, media sya`ir digunakan umat Islam untuk: Pertama, pendorong semangat umat. Ketika menggali parit –sebagai persiapan perang Ahzab(5 H)-, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam mendendangkan sya`ir: “Ya Allah tidak ada kehidupan[sejati], melainkan kehidupan akhirat, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin.” Dalam kondisi lapar, panas seperti itu, sya`ir yang disenandungkan beliau mempu membangkitkan semangat sahabat.
Kedua, menampilkan izzah umat. Saat Fath Makkah, di saf depan Abdullah bin Rawahah menyenandungkan sya`ir di hadapan para kafir Qurays. Terbukti, izzah umat menjadi terangkat.
            Ketiga, membela agama Islam. Ketika umat Islam dijelek-jelekkan oleh penyair kafir Qurays –pada pertempuran Badar dan Uhud- seperti: Hubairah bin Abi Wahab, Abdullah bin Za`bari, dan Dhirar bin al-Khattab. Dengan sigap Abdullah bin Rawahah, Ka`ab bin Malik dan Hasan bin Tsabit berdiri di garda depan membela Islam dan meluruskan anggapan miring mereka.
            Keempat, sebagai sarana perekat umat. Ketika Islam disudutkan dengan berbagai fitnah melalui media sya`ir, para penya`ir nabi bukan saja meluruskan, tapi merekankan umat supaya tak berpecah belah akibat pengaruh mereka.
            Kelima, untuk menjawab syubhat buatan musuh. Propaganda kafir melalui syubhat-syubhat yang dibuat untuk menghancurkan citra Islam dan Muslim, mampu dijawab dengan baik dengan media sya`ir yang dikuasai.
            Jadi, media pada zaman nabi digunakan untuk hal yang positif. Ia digunakan untuk pendorong semangat, menunjukkan izzah, membela agama Islam, perekat umat, dan meluruskan syubhat.
            Sebaliknya -pada zaman itu, bahkan sepanjang zaman-, orang kafir menggunakan media untuk hiburan, memecah belah, memfitnah, menjelek-jelekkan, bahkan menghancurkan yang haq. Mereka menggunakan media untuk hal-hal negatif.
            Masalahnya sekarang, media yang ada, sudah berperan (digunakan secara) efektif untuk menebar hal-hal positif sebagaimana di zaman nabi? Masing-masing dari umat Islam, seyogyanya mengevaluasi diri di tengah godaan media yang semakin canggih, dan rawan diselewengkan.

Wallahu a`lam bi al-Shawab.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan