Pada Jum’at yg penuh berkah, akan jadi saksi sejarah, bagi siapa saja yg
menista kitab suci. Umat Islam Indonesia, bersama-sama demo damai memprotes
penista.
Melalui Al-Maidah lima satu, Allah akan buat sosok pongah jadi tahu. Akibat
kata-kata tak terjaga, kesombongan hanya mengundang bahaya.
Inilah akibat ketika hati tak beriman, tapi lancang memaknai Quran. Mulutmu
haraimaumu, kata jorok kan menderamu.
Kata-kata jorok, bersumber dari hati berborok, kata bersih bersumber dr
hati jernih . Jangan mempolitisir kitab suci, untuk memenuhi target pilgub DKI.
Allah Maha Tahu, yang sombong pasti berlalu, yang rendah hati pasti melaju.
Para pembela penista tidak terima, junjungannya kan dipidana.
Fitnah-fitnah pun dilancarkan, aksi damai dituduh berbiaya milyaran. Aksi
damai dianggap radikal, penista Quran dibilang normal.
KTP tertulis Islam, tapi bela Quran tak diupayakan. Kemana ghirah yang kau
punya, ketika Quran dinista? Dimana iman
bersemayam, ketika kepada penista kamu bungkam? Tidakkah hati sakit, ketika
kitab sucimu diungkit? Hanya penguasa
bandit, yg suka berkelit.
Silakan minta maaf, karena kami pemaaf, tapi hukum berjalan tetap. Tak ada
yang kebal hukum, yg salah harus dihukum. Hukum harus tegas, tidak tajam ke
bawah tumpul ke atas.
Peristiwa monomental ini, akan menjadi pelajaran bagi siapa saja yg menista
kitab suci.
Ada beberapa pantun yang cocok menggambarkan peristiwa ini: “Buah semangka
buah rambutan, penista agama harus ditahan.” “Pergi ke istana negara jalan kaki, penista
agama harus diadili.”
Banyak yg berusaha menggembosi, aksi damai dengan rasa dengki. Ingatlah! Yg
haq pasti menang, yang bathil pasti terbuang.
Baru satu ayat yang dinista, ratusan ribu umat Islam bisa marah seketika. Menista
satu ayat Quran, bagai membangunkan tidur sang macan.
Inilah akibat dari hati tak beriman, tapi lancang memaknai Quran. Bagaimana
jika, yang dinista adalah semua ayat, maka nasibmu bisa tamat.
Indonesia negeri damai, jangan dibiarkan rusuh hanya karena seorang lalai. Umat
Islam sangat toleran, tapi jika keyakinan mereka diusik, sedikit pun tak kan
dibiarkan.
Ada pantun lagi: “Naik odong-odong di kampung Rambutan, hanya orang tukang
bohong yang suka menistakan.”
Jadikan hari bela quran, sebagai momentum persatuan. Tidak mungkin ratusan
ribu orang datang, kalau hanya karena lembaran uang.
Bagaimana engkau akan selamat di akhirat, ketika Quran dinista tak ada yg
diperbuat? Siapa saja yg menista quran, tak layak jadi
panutan.
Kalau engkau tidak setuju dengan aksi damai, lalu dengan apa kau junjung negeri ini. Hidup
ini pilihan, mau membela Quran atau mendukung penistaan.
Kalau hari ini kamu diam ketika Quran dinista, kedepan akan lebih banyak
meremehkan. Kamu mau hidup mulia membela Quran, atau hidup hina menista Quran?
Jangan sia-siakan, momentum langka membela Quran. Ada pantun: “Menikmati
ketan sambil menenggak teh moci, bagi penista Quran layak dibui.”
Ini adalah saat yang tepat, untuk menjadikan Quran sebagai syafaat. Nyalakan
Quran dalam hatimu, maka kegelapan akan menjauhimu. Quran adalah pembeda:
antara mu’min, fasiq, fajir, munafiq dan kafir. Lalu di mana posisimu? Jika
kelak di akhirat mau dibela Qur`an, maka sekarang belalah Qur`an.
Kami ke sini bukan untuk mencari materi, kami sangat tersinggung jika Qur`an
dinodai. Sangat lucu jika mengaku beragama Islam, tapi ketika Qur`an dinista
hanya diam.
Membela Qur`an ketika dinistakan, adalah bentuk riil tadabbur Qur`an di
lapangan. Jika ingin lebih dekat dengan Qur`an, maka jangan diam ketika Qur`an
dinistakan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !