SIANG hari, dari lubang
kecil tembok kayu triplek kos-kosan, keluarlah satu tikus untuk mengais rezeki di dalamnya. Agak geli juga
rasanya. Aku kejar, aku gertak, nyalinya pun ciut kemudian dengan terbirit-birit memasuki lubang kecil yang dibuatnya.
Aku tak mau kalah. Pasca
peristiwa pe-lobangan dan pem-bolongan, dengan segera aku mencari tutup sekenanya untuk ditempel
kemudian dipadu dengan solatip. Ketemulah kardus bekas, dan al-hamdulillah
lobang kecil itu bisa diatasi dengan secepatnya.
Selang beberapa hari,
terdengar suara aneh. “Kresek, kresek, kresek,” rupanya tikus berupaya
melobangi lagi. Ku ketoklah tembok sembari mengusir dengan suara, “hus, hus,
hus,” nampaknya lumayan manjur dan suara pun hilang seketika.
Dini hari menjelang shalat
tahajjud tiba-tiba aku terperanjat dengan adanya lubang yang lebih besar.
Ternyata, ia belum kapok juga. Barang-barang di dalam pun terlihat berantakan,
sedang tikus tidak diketahui rimbanya ke mana.
Ku tembel lagi dengan
metode yang sama. Begitu lagi dan terus berulang. Sampai pada kali ketiga, aku
ambil papan triplek aku tutup lubang itu dengannya sembari disolatip, ditindih
kardus berisi sembako dan batu. Walhasil, tikus tak bisa masuk lagi ke kosan.
Sudah begitu, ia tak patah
arang. Suara-suara yang mengganggu telinga terdengar kembali dengan ritme yang sedemikian
intens dan agak keras. Rupanya si tikus berusaha melubangi papan triplek lain.
Satu hal yang bisa diambil
pelajaran darinya: kegigihan dalam berusaha. Dia tidak akan berhenti, sebelum
target benar-benar bisa dicapai. Maka tidak mengherankan jika, bendungan Ma’rib,
aset ekonomi utama di Yaman dahulu kala bisa jebol karena ulah tikus cowok yang
dilihat langsung oleh ‘Amru bin ‘Amir. (baca: Sirah Ibnu Hisyam, I/13).
Ya karena mereka memiliki kegigihan luar biasa.
Ini mengambil sisi
positifnya lo. Terlepas dari kebanyakan orang yang menilainya sebagai hewan
rakus, tamak, apa saja dimakan, bahkan dijadikan simbol koruptor, tapi tetap
saja ada hal positif yang bisa diambil darinya, contoh kecilnya tadi: kegigihan
dalam menggapai cita. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !