Dr. Majid Al-Kilani mengatakan dalam bukunya (Hakadza
dhahara jīlu shalāhuddin wa hakadza ‘ādat al-Qusd), di
dunia Barat jika orang merasa gagal, maka dia melakukan bunuh diri (istilahnya:
intahara nafsan). Sedangkan dalam tubuh umat Islam, jika merasa gagal tidak
melakukan bunuh diri, tapi membunuh fungsi sosial (istilahnya: intahara
ijtima’iyyan).
Dari Surah Al-Isra ayat satu, ada hubungan erat
antara Masjid Haram (Mekah) dengan Masjid Aqsha (Palestina). Masjid Haram sebagai
tempat untuk pembersihan diri dan sebagai agen of chages (dari ritual
hajinya). Tidak mengherankan jika dulu, pahlawan-pahlawan muslim itu di
antatanya lahir setelah menunaikan ibadah haji dan studi keilmuan di Mekah.
Tatkala kembali ke negerinya, mereka mampu menjadi agen perubahan.
Sedangkan Aqsha adalah negeri ribath
(perjuangan). Karenanya begitu pentingnya perkara ini, rasul ingin
menggabungkan Mekah dan Palestina. Kesadaran ini juga berlangsung di Masa Umar.
Saat Palestina dibebaskan di masanya, beliau sampai turun langsung ke Palestina
untuk menyaksikan dan menerimanya.
Ketika masjid al-Haram dan al-Aqsha tidak harmoni,
maka peradaban Islam tidak efektif. Bisa dilihat pada zaman sekarang ketika
al-Aqsha dijajah, terbukti kekuatan internal umat sedang lemah dan
terpecahbelah, bahkan belum ada sosok sekaliber Nuruddin atau Shalahuddin yang
sadar akan masalah ini.
Pelaku pembebasan generasi awal: Umar bin Khattab,
Abu Ubaidah bin al-Jarah, Amru bin Ash, Muadz bin Jabal, Abu Darda’ dll.
Semuanya berkomitmen untuk membebaskan al-Aqsha. Tidak berlebihan jika Syam
adalah tanah perjuangan yang juga diupayakan sebagai basisnya.
Pada kesempatan yang sama Ustadz Asep Sobari Lc,
juga berbica fiqih Pembebasan. Beliau berangkan dari firman Allah subhanahu
wata’ala:
إِلَّا تَنفِرُواْ
يُعَذِّبۡكُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا وَيَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ وَلَا
تَضُرُّوهُ شَيۡٔٗاۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ٣٩
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah
menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang
lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Taubah [9]: 39).
Jika
tidak mau menjadi generasi pejuang Islam, maka akan diganti (dimusnahkan).
Tentu tidak harus musnah fisik –sebagaimana umat terdahulu-, tapi bisa berupa
hidup lama tapi tidak berperan apa-apa. Umar panjang, tapi tidak berkontribusi
apa-apa. Adanya serasa tiada. Berkat perjuangan mereka –para sahabat-
negeri-negeri yang dibebaskan sampai sekarang memeluk Islam.
Penting juga dicatat mengenai alasan pembebasan pada masa
Nuruddin dan Shalahuddin: Pertama, realisasi misi ishlah dan tajdid
(perbaikan dan pembaruan). Pada waktu itu ada masalah internal umat yang perlu
diperbaiki. Di samping itu ada masalah eksternal berupa musuh yang dominan. Kedua,
pemahaman mendalam terhadap misi peradaban Islam dan posisi strategis Syam dalam pertahanan
(titik persamaan). Kalau Syam lemah, muslim pincang. Orang Barat pun sampai
sekarang sangat perhatian terhadap masalah ini.
Ketiga, mengembalikan kedaulatan
dan wibawah negeri Islam dengan merebut kembali wilayah yang lepas ke tengan musuh. Uqbah bin Nafi` misalnya
ketika Qairawan sudah dibebasakan, menjadi negeri Islam, maka selamanya menjadi
negeri Islam. Bila direbut musuh maka harus dibebaskan.
Sedangkan pelaku pembebasan generasi kedua bisa
dijelaskan dengan poin-poin berikut. Pertama, generasi inisiator ishlah
dan tajdid, tahap ide, pemikiran dan pendidikan adalah Imam Ghazali dll.
Kiprah beliau ini begitu strategis dalam menggelorakan semangat perjuangan.
Kedua, generasi penggerak
perubahan, tahap organisasi dan mobilisasi. Sosok sekaliber Abdul Qadir
Jailani, Adi bin Musafir, dll, menjadi mobilisator perjuangan. Ketiga, generasi
pembebasan wilayah Islam, gerakan politik, pemerintahan dan jihad militer.
Tersebutlah eksekutor legendaris dalam sejarah semacam Nuruddin Zanki,
Shalahuddin Al-Ayyubi, al-Qadhi al-Fadhil.
Intinya, semangat, ruh, orientasi mereka sedari awal
memang diperuntukkan –selain mencari ridha Allah dan mengangkat izzah Islam- ia
juga dikonsentrasikan untuk membebaskan al-Aqsha supaya terjadi keseimbangan
dalam peradaban umat Islam.
Acara ini kemudian dipungkasi dengan beberapa tanya-jawab
kemudian ditutup tepat setelah azan Ashar.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !