“Untung
mertua gue udah mati. Jadi gak ribet deh.” “Istighfar
Re!” Ami menepuk pundak Rere, sedikit mengagetkan dan membuat Rere segera
berujar Astagfirullah.
“Maksud
gue gak sekasar itu. Abis ngedenger ceritanya si Wilda dan mertuanya kaya serem
banget,” Kata Rere membela. Wajah Wilda berubah masam dan Rere segera meminta
maaf sekiranya ucapannya yang keceplosan itu tidak berkenan di hati Wilda.
Pagi
menjelang siang hari ini mereka sedang duduk-duduk santai di pelataran TK. Matahari
menunggu buah hati mereka selesai belajar. Dan sebagaimana ketika ibu-ibu
sedang kumpul ada sajalah yang mereka bicarakan. Dimulai dari Wilda yang
mengeluhkan kondisi dirinya yang selalu diatur oleh sang ibu mertua.
“Tapi
emang bener serem sih, bayangin aja udah 5 tahun gue nikah dari urusan gue
masak apa hari ini buat suami sama anak gue mertua selalu ngatur. Itu baru
urusan dapur belum lagi kalau gue lagi ada masalah sama Mas Pram, Mama mertua
lebih ikut campur lagi dan pastinya lebih ngebela anaknya ketimbang gue.”
“Mungkin
ini udah saatnya lo pisah rumah sama mertua Wil, kalian juga kan harus mandiri
dalam membangun keluarga,” saran Rere.
“Itu dia Re, masalahnya suami gue
gak mau dan kita udah sering ribut ngebahas hal ini sampai cape sendiri! Di satu
sisi gue juga sih berat ninggalin mertua yang seorang janda tua selain
Mas Pram, anak-anaknya yang lain tinggalnya di luar kota dan di rumah segede
itu masa mama sendiri. Tapi di sisi lain gue gak tahan dengan sikapnya yang
suka ngatur!”
“Waduh
gue gak tahu lagi deh harus ngomong apa Wil secara suami gue udah yatim
piatu dan otomatis gue gak punya mertua. Orangtua gue pun tinggal jauh, suami
gue juga gak pernah punya masalah sama mertuanya selama setiap tahun kita rajin
mudik ke Palimanan.hehe” Kata Rere yang merasa tidak punya saran lagi yang bisa
ia berikan kepada Wilda. Ami yang bergantian berujar sekedar berbagi pengalaman
yang mungkin bisa menjadi saran,
“Kalau gue sih bukannya gak pernah
punya masalah sama mertua walaupun gak tinggal satu rumah tapi rumah gue sama
mertua kan berdekatan, sebelahan malah. Yang namanya rumah tangga kan pasti ada
aja ujian dan cobaannya termasuk dari mertua. Yang jelas gue anggap mereka
orang tua gue, orang tua kandung gue dengan begitu setiap kali ada
ketersinggungan diantara gue dan mertua gue inget deh kalau sebagaimana namanya
orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita pasti ada aja dunk
kesel-keselnya, marah-marahnya, sampai rasanya gimana gitu... gak tahan kalau
gak marah! Nah dengan begitu sih gue ngerasa setiap masalah clear dengan
sendirinya, gak ampe dibawa ke ati. Atau kalau ada masalah misalnya gue sama
suami lagi ribut-ribut gede sampai kedengeran keluar terus mertua masuk maka
suami otomatis bakalan ngomong sama orangtuanya untuk gak ikut campur kedalam
masalah kita, tentunya selama masih kita bisa selesaikan berdua. ”
“Nah untuk masalah lo Wil,
gue rasa lo harus lebih sabar ngadapin mertua secara beliau juga udah
tua banget kan dan sebagaimana kita tahulah tingkah orang-orang tua yang dengan
ketuaannya itu selalu ingin dituakan. Sebelumnya maaf nih yaa, setahu gue juga
kan lo yatim-piatu jadi menurut gue jangan sampai lo kehilangan pintu surga.”
“Maksud lo pintu surga Mi ?” tanya
Rere penasaran
“Ya kan mertua adalah orang tua
kita, salah satu pintu surga kan berbakti kepada orangtua. Ini sebenarnya momen
penting untuk lo dan suami ber-biruwalidain (berbakti kepada kedua
orangtua). Wil, banyakin sabar, kasih perhatian lebih besar lagi, kali-kali
kasih surprise manis, ajak dia jalan-jalan, pokoknya berusaha untuk buat
mereka bahagia. Dengan begitu gue yakin insyaallah rumah tangga kita akan
berkah kalau kita benar-benar menganggap mertua adalah orangtua kita.”
“Gue setuju sama Ami, lo pasti bisa
lebih sabar ngadepin mertua lo Wil.” Sergah Rere sambil menunjuk ke arah pintu
di mana anak-anak telah usai sekolah.
***
Satu hal yang sering kali kita
lupakan sebagai seorang menantu yaitu ketika mertua memilih kita untuk menjadi
menantunya, itu karena sebagai orang tua mereka berharap menjadikan kita
sebagai anak mereka, anak yang memang bukan terlahir dari rahim mereka tapi
tumbuh dari cinta. Maka jadilah anak bagi mertua kita, anak yang taat kepada perintah
Allah untuk berbuat baik kepada mereka, sebagaimana firman Alllah : “Dan
Kami mewajibkan kepada manusia agar (berbuat) baik kepada kedua orang tuanya.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau
tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya, Hanya
kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut:8)
Dan bila suatu hari ada sesuatu hal
yang tidak kita sukai dari mertua kita maka diomongkan saja, tidak usah ragu
apalagi disimpan sampai kebawa-bawa perasaan (Baper). Mereka orang tua kita
maka percayalah dengan kasih sayang yang tulus mereka akan mengerti kita
layaknya orangtua yang selalu mengerti tangis anaknya ketika bayi di waktu
malam. Tapi bila ada di antara kita yang masih belum dapat menyatukan hati
dengan mertua sehingga sering ada perselisihan bahkan merasa tak berdaya atau
terdzolimi maka ingatlah firman Allah SWT ; “Balaslah keburukan bukan
dengan kebaikan, tapi dengan yang terbaik. Kamu yang tadinya berseteru seperti
musuh itu tiba-tiba menjadi saudara yang
saling menyayangi dan saling melindungi.” (QS. Fushshilat[41]: 34).
[By: Mestifaarah]
[By: Mestifaarah]
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !