Home » , » Lupakan Mantan dan Tatap Masa Depan!

Lupakan Mantan dan Tatap Masa Depan!

Written By Amoe Hirata on Senin, 24 Oktober 2016 | 10.28

“MAY…!” Teriak Lili. Menggedor – gedor pintu.
“Tante, yakin May ada di dalam?” Tanya Lili membelalakkan matanya.
Tuh anak belum keluar sejak pagi tadi!” Jawab Tante Eni.
“Duh, kamu bikin Tante takut.” Tante Eni tambah gusar berujung panik.
Lho? Kok aku sih Tan,” Protes Lili. Tante Eni diam. Wajahnya berubah pucat bercampur cemas. Kemudian keduanya kompak menggebuk pintu kamar May.


“Kunci serep Tan?!” Lili tergesigap. Tante Eni langsung memutar ingatannya. Dimana ya?Tanyanya membantin, tak menunggu terlalu lama untuk mengingat!  kekhawatirannya pada putri sematawayangnya ini mendorongnya untuk bergerak cepat.  Pikirinnya sudah kalut tak karuan, jangan sampai anaknya kenapa – napa!. Sejurus kemudian, Tante Eni membawa beberapa kunci. Tangannya nampak gemetar memasukan salah satu kunci ke dalam lubang pintu. Lili pun tidak tinggal diam. Mengambil alih lalu memasukan kunci yang dirasa pas dengan lubang.

“MAAAY..!” Tante Eni berteriak lebih kencang dari Lili yang juga memangi – manggil May
ketika pintu terbuka. Lili langsung lari ke kamar mandi. Memastikan bahwa sahabatnya May
tidak menenggelamkan diri di Bethup kamar mandi atau melukai dirinya dengan pisau
cukur!YaTuhan. Tante Eni bersuara lantang, berteriak memanggil nama anaknya, Lili bersegera
menghapiri, dan mendapati Tante Eni berdiri kaku di depan tempat tidur dengan tatapan nanar.

Lili menutup mulutnya dengan tangan. Menahan suara keterkejutan keluar dari mulutnya! Lili
dan Tante Eni berjalan lunglai mendekati tempat tidur. Mendapati May terbujur di atas kasur.
“May!” Tante Eni menggoyang – giyangkan tubuh anaknya diiringi tangis yang hampir pecah. Begitupun Lili, bersuara lirih memenggil nama May.

“Ma!” Tante Eni terbelalak mendengar May memanggilnya
“Lili?” Lili melongo. Keduanya terkejut melihat May membuka mata, dan perlahan bangun dari tidurnya sambil melepaskan earphone di telinganya diiringi rasa ngantuk yang masih mendera.
###
“Itu mah berlebihan! Masa orang tidur dikira mati, Hahaha”
May terbahak – bahak, mendengar penuturan Lili serta melihat raut wajah sahabat di depannya ini berpeluh lemas serta rasa bersalah membias. Gara – gara panik yang berlebihan Tante Eni ikutansenewen!

“Untuk nyokap gue gak punya penyakit jantung! Bisa shock dia melihat anaknya bunuh diri! Haha” Tawanya belum juga reda padahal Lili sudah hampir gila dibuatnya.
“Lo sih! Tidur udah kaya mayat gak bergerak, gak denger lagi gue sama nyokap lo manggil ampe suara serak. Sakit kali lo ya denger musik kenceng – kenceng gitu! Gak sekalian aja lo deketinsoundsistem ke telinga lo !” Lili meruncingkan bibirnya. Manyun menahan kesel.

May bengun dari tempat tidur dan mendekati sahabatnya yang tengah berdiri menghadap jendela. Tiba – tiba May memeluk Lili kuat – kuat.
Hiks..Hiks…May sesegukan.
“Kenapa lagi nie?”
“Lili, gue emang sakit. Gue kira, gue udah gila sekarang. Semenjak Gio mutusin gue!”
Kan! Ini nih yang ngebuat Lili nyangka yang enggak – enggak. Sampai menduga sahabatnya ini akan bunuh diri. Sudah seminggu semenjak malam minggu pertama di bulan Januari,  Gio, cowok yang dipacari May sejak setahun lalu menghancurkan hatinya menjadi berkeping – keping. Membuat May berubah jadi ‘aneh’. Bermalam – malam May tidak bisa tidur. Rasa ngatuk seperti menghilang dari dirinya. Setiap malam, May menghubungi Lili. Curhat berjam – jam, mengeluh habis – habisan. Sampai sambungan telephone terputus tepat di setiap jam 4 subuh, May masih meratapi cintanya yang pupus sampai pagi. Dua hari ini May baru bisa tidur, itupun dengan bantuan musik rock dari earphone yang terus terpasang ketelinganya. Enehnya?

“May, udah dong! Jangan berlarut – larut kaya gini. Gio gak pantes lo nangisin terus. Pagi ini aja di Kampus gue ngeliat dia ketawa – tawa. Emang dia peduli gitu lo kaya gini? Kan enggak!” Lili membelai lembut rambut May yang tergerai panjang berantakan.
Huaaaaahhh…hiiks…hiiiks…

Lho kok makin kenceng nangisnya?”
“Kenapa sih dia mutusin gue tiba – tiba.?” May melepas pelukan Lili, mata bulatnya menjadi sipit dan sembab. Air mata mengalir deras seakan membentuk anak sungai di pipinya. Lagi – lagipertanyaan yang selalu sama yang didengar Lili seminggu ini. Terus saja diulang – ulangi May. Padahal May sudah tahu alasannya. Lili berusaha sabar mengahadapi sahabatnya ini,
“Kan dia udah bilang alesannya mutusin lo?”

“Dia cuma bilang kita udah gak cocok lagi, ttttteruuus… hiks..lebih baik disudahi aja hubungan ini… Huaaa..”  May menjatuhkan dirinya ke atas kasur lalu mendekapkan wajahnya pada bantal guling. Lili mendekati May, menarik wajahnya dan menatapnya lamat – lamat lalu berujar,
“Terus lo mau apa sekarang?” pertanyaan itu seakan menohok tajam ke jantung May, membuat gadis berhidung bengis ini terdiam seperti paku yang dipukul kayu. Pertanyaan itu, May ulangi lagi dan ditanyakan sendiri ke dalam hati, lalu hati itu berhenti sejenak dari ‘rasa sakit’.
###
“IKHLAS” May berujar mantap di depan kaca. Mematut dirinya , bergaya se-kece mungkin! dan berdandan ala kadarnya. Sore ini, Lili mengajaknya hang out ke mall Ambasador. Setelah mengurung diri sepekan ini, rasanya May benar – benar membutuhkan hiburan, sekedar belanja atau cuci mata. Maklum anak Jakarta, tempat andalannya Mall aja.

Lili, sahabat terbaik yang May miliki, selalu membersamainya dalam kebahagiaan maupun kegalauan. Sampai detik ini, tak pernah Lili mengeluh lelah menghadapi sikap cengeng May di saat kepediahannya patah hati. Lili selalu memotivasi. ‘Ikhlas’ kata Lili, sungguh mengena di hati May, seperti mantra yang menyulap kegelapan menjadi cahaya. Namun, Ikhlas itu memang tidak mudah, tapi akan jauh lebih sulit bila melupakan.

“Tidak akan bisa lupa! Kecuali lo amnesia.”
“Gue juga ngerasa semakin gue berusaha melupakan dia, semakin membuat gue tersiksa karena gak bisa!” sadar May.
Nah tuh tau!”

“Gue sebenernya males ke sini Li, lo tahu sendiri gue bukan anak gaul Jakarta! Kalau gak butek – butek banget, gue ogah ke sini. Apaligi…” May menggantung kalimatnya
“Apalagi apa?”

May terdiam. Matanya kembali mulai berkaca. Emang susah ngadapin orang putus cinta. “Yaudah gak usah dibahas. Makan yukh! Laper sama pegel nih!” Lili menggandeng May masuk ke restoran siap saji. Lili sibuk melihat daftar menu yang terpampang di dinding restoran.
“Gue, mau yang ini. Elo May?” Tanya Lili.

“Lo mau makan apa?” Lili mengulangi, namun tak ada jawaban dari May. Lili melemparkan padangannya dari menu makan ke wajah seseorang yang amat dia kenal. GIO? Begitupun May, tak berkedip sedikitpun melihat mantannya yang baru memutusinya seminggu lewat sehari itu bersama dengan seorang wanita, terlihat sangat mesra.

May serasa kembali digulung ombak kesedihan, bongkahan air mata meleleh di wajahnya. May berlari keluar restoran. Lili mengejarnya. Inilah alasan Lili mengajak May keliling Mall. Gio, sering banget nongkrong di sini. Lili ingin menunjukan kepada May, kelakuan mantannya itu! dan, SEE…!!!

“Mantan itu gak penting buat ditangisin!!!”
“Sampai kapanpun lo emang gak mungkin bisa ngelupain mantan, karena dia pernah menorehkan kenangan yang akan terus berbekas, baik kebahagiaan atau kesedihan. Berusaha melupakannya sama saja menanam kebencian yang akan berbuah busuk di hati, lo sendiri yang akan rugi!”
“Lebih baik ikhlas dan tatap masa depan, apalagi sudah terbukti bahwa dia bukan cowok yang pantes buat ngedapetin cewek cantik, baik, pinter dan shaleh-a, kaya lo!”

“Kalau kita ikhlas. Insya’allah kita akan mendapatkan pasangan hidup yang jauh lebih baik daripada cowok playboy macam dia!”
May hanya dapat terdiam, namun mencerna kata – kata Lili yang benar adanya. May teringat pertanyaan Lili kemarin “Terus lo mau apa sekarang?”
May, menghapus air matanya! Lalu berkata “ Gue mau Buang mantan pada tempatnya!”

***
(By: Mestifarah )
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan