Home » » Rumput Hijau Tetangga

Rumput Hijau Tetangga

Written By Amoe Hirata on Senin, 10 Oktober 2016 | 13.47

“Kok rumput tetangga terlihat lebih hijau ya pak?” Tanya ibu Upi kepada suaminya
“Ah, masa sih bu?” Pak Karman melirik ke halaman tetangga sebelah selatan rumahnya sebentar kemudian melanjutkan aktivitasnya membaca koran.
            “Sama-sama rumput bu,” selorohnya

            “Ih Si Bapak, perasaan ibu udah rajin ngerawat halaman kita bahkan koleksi tanaman hias kita lebih banyak dari punyanya, tapi.......,”
            “Tapi apa toh bu? Bapak liat sama-sama hijau kok tidak ada yang beda cuma sedikit, “
            “Sedikit apa pak?” potong Bu Upi
            “Ibu sedikit lebay, wong rumput saja dibanding-bandingkan?” Ibu Upi manyun, pak Karman segera masuk ke dalam rumah. Melihat reaksi istrinya, Pak Karman khawatir kena damprat.

***
Tidak dipungkiri bahwa banyak dari kita yang acapkali membandingkan apa yang orang lain miliki dengan apa yang ada pada diri kita, entah itu harta-kedudukan-sampai pasangan kita. Diri kita sering kali mudah terpengaruh dengan apa yang kita lihat, contohnya aktivitas kita di dunia maya seperti facebook, instagram, twitter dan jejaring sosial lainnya tentang kehidupan orang lain, tentang apa yang orang lain post di account nya dan terpampang di beranda kita.
Hari ini kita mungkin melihat seseorang yang kita kenal tengah asik ‘berbagi kebahagiaan’ dengan mempertontonkan kehidupan harmonisnya bersama pasangan dan anak-anaknya, membagikan foto liburannya keluar negeri, sampai pada memposting apa yang ia makan (yang mungkin belum pernah kita makan sebelumnya). Kemudian kita mulai membandingkan ‘kebahagiaan’ orang itu dengan apa yang kita rasakan saat melihatnya, kita sama sekali tidak merasa ikut bahagia bahkan malah bertanya pada diri sendiri sudah kita bahagia dengan kehidupan kita seperti halnya mereka ‘terlihat’ bahagia dengan kehidupannya?  
Kita seringkali mengadili diri kita sendiri bahwa orang lain terlihat serba lebih, lebih bahagia, lebih kaya, lebih cantik, lebih pintar dan kelebihan lainnya sehingga semakin lama semakin menipis rasa syukur pada diri kita atas setiap nikmat yang telah Allah berikan untuk kita. Kita sering lupa bahwa setiap orang mempunyai kebahagiaannya masing-masing atau mungkin saja apa yang dipertunjukan orang lain itu yang kita anggap ‘kebahagiaan’ adalah kebohongan yang dibuat-buat.
Penting untuk kita adanya sebuah pengendalian diri dan tidak mudah menunjukan segala aktivitas kita terutama pada hal-hal yang kita anggap luar biasa atau moment tertentu untuk kita bagikan entah itu berupa status maupun foto serta video di jejaring sosial. Tidak ada yang salah dengan niat kita ‘berbagi kebahagian’ namun sekali lagi penting untuk kita menjaga diri kita dari perasaan orang lain yang jangan-jangan kitalah yang memumpuk sifat iri dan dengki orang lain sehingga sebagaimana kita ketahui bersama bahwa hal tersebut juga dapat berdampak buruk pula pada diri kita pada kehidupan kita.
Ada sebuah kisah dimana ada seorang perempuan sebut saja namanya Annisa. Annisa telah berusia cukup matang untuk waktunya menikah namun apa daya jodohnya tak kunjung datang jua. Annisa nyaris putus asa melihat teman-teman seusianya sibuk mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Sedangkan ia masih dalam kesendirian dan harap-harap cemas dikatakan perawan tua. Annisa cukup aktive di facebook dengan seringnya ia mempost kata-kata mutiara sampai kutipan-kutipan ceramah, dan disela-sela itu hatinya merasa teriiris melihat hampir setiap teman yang ia kenal gencar bahkan seolah saling berlomba membagikan aktivitas rumah tangga dan foto-foto lucu buah hatinya. Annisa sadar  mungkin ia yang salah terlalu ‘baper’ bawa perasaan tetapi apa daya ia hanya perempuan yang memang selalu bermain dengan perasaan.  Sedangkan banyak orang saat ini yang hampir-hampir tak pernah peduli pada perasaan orang lain, dan hanya sibuk menunjukan kebahagiaan yang ia rasa dan merasa tak ada yang salah hanya menunjukan segala aktivitasnya di ruang terbuka.

Sifat iri memang mudah memasuki siapa saja apalagi kita yang sering kali lupa pada perasaan orang lain saat tak sengaja mempertontonkan kebahagiaan yang kita rasakan, tidak kah kita tahu bahwa Nabi Muhammad saw pernah menyampaikan; “Jauhilah oleh kalian sifat dengki (Iri hati), sebab sesungguhnya dengki itu dapat memakan (menghabiskan) kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar” (HR. Abu dawud). [By: Mesti Kristia Farah]
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan