Home » » Tertawa dalam Derita

Tertawa dalam Derita

Written By Amoe Hirata on Rabu, 17 Januari 2018 | 14.27

"Salah satu kelebihan orang Desa Jumeneng," kata Sarikhuluk membeberkan pada tamu dari Arab, "adalah kemampuan mereka dalam mengolah derita menjadi tawa.'

"Ma ajmala wa ma arwa'a hadza! (betapa indah dan menariknya ini!" kata Aiman salah seorang sahabat Sarikhuluk yang ahli dalam bidang bahasa Arab.

"Bagaimana tidak. Ada pemuda yang sudah tahu bayaran tidak jelas, masa depan juga tak begitu cerah, bahkan habis ditolak cewek berkali-kali dan baru kemalingan, tapi dengan sangat mantap berniat menikah dengan modal "lillahi ta'ala". Dia yakin bahwa dengan menikah, akan menjemput anugerah. Sambil cengengesan"

"Ada juga yang habis kebanjiran, banyak barang yang hanyut, eh masih sempat ketawa, sembari mengatakan dengan ringan, 'ini lebih baik dan perlu disyukuri daripada iman yang hanyut.' Banyangkan! Majnun apa bukan?" Aiman geleng-geleng kepala mendengar cerita Sarikhuluk.

"Si Mamat, anak Bu Sainem penjual jamu, baru bangkrut gara-gara dagang batu akik, ketika ketemu aku, dia malah senyum sembari mengatakan, 'Cak! Asal hatiku gak membatu, Allah pasti kasih jalan untuk kembali maju.'"

"Bahkan," tambah Sarikhuluk, "orang nomer satu Indonesia dalam Orde Lama (Soekarno) juga sempat berhumor di saat situasi yang ktiris atau tertekan. Sebagai contoh, saat beliau menjadi tahanan Soeharto, suatu saat Guntur berkunjung membesuknya. Dimulailah obrolan hangat dan cair di antara bapak dan anak."

"Ketika ditanya oleh Guntur kenapa Bung Karno hanya di dalam rumah tidak jalan-jalan keluar, maka Soekarno menjawab malas karena hanya boleh ngomong dengan komandan dan tidak boleh bertemu dengan yang lain."

"Kemudian Soekarno, berkata kepada Guntur, "Makanya kau harus tahu, di saat sekarang ini, Bapak kentut pun sudah dianggap berpolitik oleh Orde Baru! Hebat ndak kentut Bapakmu ini? Hehehe.' Akhirnya keduanya secara sepontan terbahak-bahak."

"Jadi," kata Sarikhuluk, "jangan pernah membuat derita warga Jumeneng. Karena derita akan disulap jadi tawa. 'Kan rugi toh, sudah menderita tapi manyun dan serius melulu, malah jadi tambah sumpek. Bayangkan! Bagaimana jika warga Jumeneng sedang bahagia!"

Aiman berkomentar singkat tapi padat, "Aku jadi agak bingung, itu manusia majenun apa bahlul?"

"Lho, jangan salah, itu merupakan 'tathbiq 'amali' dari hadit nabi loh. Orang mukmin itu, kalau ditimpa derita, dia bersabar. Ketika bahagia, dia bersyukur. Nah, warga Jumeneng pernah bilang, 'Emang kalau pas lagi susah dihadapi dengan syukur dan humor ga boleh Cak, biar ga tambah susah?' Majenun kan pertanyaan mereka hehehe, Tapi dahsyat."
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan