Home » » Bayang-bayang Cinta

Bayang-bayang Cinta

Written By Amoe Hirata on Minggu, 18 Maret 2012 | 10.36


           Sore hari di desa Mambang Legi langit begitu cerah, awan dan mega seoalah malu-malu menampakkan dirinya. Sekawanan burung merpati terbang kompak dengan gaya khasnya. Angin semilir menampapakkan rasa persahabatannya. Terlihat hanya kebahagiaan yang tercermin dalam suasana sore itu.
            Sore ini, Aji Kurniawan bersama keluarga akan melamar Puspita Sari.  Aji begitu bahagia mendapat calon istri seperti Puspita. Dari segala sisi sangat pas dengan kriterianya. Ia sangat bersyukur kepada Allah telah menganugerahkannya calon istri yang cantik dan shalihah.
            Sampailah rombongan di rumah pak Ahmad Sunardi. Banyak keluarga dari pihak Bapak Ahmad Sunardi yang turut serta mengiring acara lamaran itu. Di dalam kamarnya Puspita hanya duduk-duduk di depan kaca kamar tidurnya. Tatapanya kosong. Meskipun raga di dalam kamar tapi jiwanya terbang tiggi dalam istana lamunan. Agaknya, bayang-bayang cinta Dino masih tak bisa lepas dari alam pikirnya. Hatinya seakan tak mau melepaskan bayang-bayangnya.
            Melihat Puspita berpagut tangan di pipi, bengong dan menatap kaca, uminya Hani'am segera menegurnya. Puspita! Ada apa toh kok kayak murung gitu? Bukan malah seneng? Kamu tidak bahagia ya? Oooh tidak ko Mi, Puspita hanya merasa sedikit gugup karena ini merupakan hari pertama aku bertunangan. Hanya itu yang di sampaikan oleh Puspita kepada Uminya. Dalam hatiia membatin:" Astaghfirullah....ampuni hamba-Mu ini ya Allah yang masih belum bisa melupakan Dino, hati ini begitu rapuh, kuatkanlah hamba untuk menghadapi kenyataan ini".
Acara berlangsung dengan lancar. Dalam acara itu Arjuna berjanji akan menikahi Puspita setelah menyelesaikan progam S2-nya di Madinah. Semua pihak dari masing-masing keluarga telah sepakat. Diberikanlah cincin pertunangan itu oleh Ibu Intan Sartika Ibu dari AjiKurniawan.
            Selepas acara pertunangan, diam-diam Puspita berunding dengan abah uminya. Bah...bagaimana kalau sela-sela waktu menunggu mas Aji ini Puspita gunakan untuk ikut tahfidz al-Quran di pondok al-Karimah....pernikahan Puspita kan masih setahun lagi dalam waktu segitu kanal-hamdulillah jika Puspita bisa menghafal seluruh al-Quran. Tanpa banyak bicara pak Ahmad langsung menyetujui ide itu. Dari dulu ia bercita-cita ingin mempunyai anak yang hafal al-Qur'an.
            Di sebrang desa Mambang Legi sekitar dua kilho meter tepatnya di desa Jembar Sari sedang diadakan acara selamatan pelepasan kepergian Dino. Tidak seperti hari-hari yang lalu Dino sekarang nampak lebih ceria. Ia telah membulatkan tekad untuk melanjutkan studinya ke Jerman. Ia sadar bahwa Puspita sudah dilamar orang. Di samping itu yang membuat dia semakin mantap ialah ia teringat pesan mendiang Ibunya:" Nak apapun yang kamu inginkan akan kamu dapatkan jika memang itu di takdirkan Allah. Tapi, jika tidak Allah ijinkan maka meskipun kamu kerahkan segenap tenagamu hingga habis kamu tidak akan pernah mendapatkanya".
Sebelum berangkat Dino mengirim pesan kePuspita:" Assalamualaikum...Maafkan aku yang lancang menyapamu....aku hanya mengucapkan selamat atas pertunangan mu semoga kamu bahagia....aku juga pamit kepadamu...Aku mau lanjut studi ke Jerman...doakan semoga jalanku sukses....aku tahu sekarang jarak memisahkan kita...tapi aku hanya percaya pada takdir cinta yang ditetapkan Allah...Bila takdir cinta itu ternyata untukku maka kamu akan menjadi cintaku. Percayalah akan hal itu....Wassalamualaikum.

            Mendapat sms dari Dino Puspita merasa sangat terharuh dan sedih.....ia tidak membalas sms Dino....karena jemari tanganya sudah tidak mampu lagi untuk menuliskan pesan kepadanya...ia tidak tega...betapa malangnya si Dino dia telah kehilangan kedua cintanya yaitu Bapak al-Kindi danPuspita. Dalam hati ia hanya bisa berdoa...sukseskanlah mas Dino ya Rabb....Bilatakdir cintaku adalah bersamanya maka kokohkanlah cinta itu hingga waktu tiba. 
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan