Home » » AL-MUJAHIRIN & AL-MUHAJIRIN

AL-MUJAHIRIN & AL-MUHAJIRIN

Written By Amoe Hirata on Kamis, 16 Juli 2015 | 14.14

            Di saat orang pada sibuk menyiapkan jajan untuk malam hari raya `Idul Fitri, Sarikhuluk malah terlihat tepekur seorang diri di belakang rumah, tepatnya di samping kolam ikan lele. Dari aura wajahnya terlihat rasa cemas, khawatir, was-was, bahkan panik berkepanjangan. Tak biasanya ia begitu.
Markoden dari kejauhan nyeletuk pada teman-teman yang berada di pendopo Al-Ikhlash, “Ah, jangan ketipu kalian dengan gaya Sarikhuluk. Kadang-kadang Ia begitu hanya acting saja supaya bisa mendalami penghayatan sekaligus menimbulkan penasaran.” “Lho, acting gimana toh, wong tatapannya kosong gitu.” Sahut Paimen tak terima. “Biar ga penasaran, kita samperin aja sama-sama!” ajak Supi`i. Mereka pun akhirnya sepakat menuju Tokoh Ora Usum yang lagi menyendiri.
            “Assalamu`alaikum Cak!” sapa mereka serentak. “Wa`alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh..,” jawabnya datar. “Wonten nopo Cak(ada apa Cak) kok terlihat kusut masai gitu?” tanya Pardi memecah kesunyian. “Jadi begini Rek, semalem aku pas klesetan(tiduran) sambil mendengan radio, aku dengar satu hadits dari penceramah yang baru aku ingat. Dulu aku pernah mendengarnya ketika masih ngaji di langgar Al-Hikam, waktu umur tujuh tahun. Arti haditsnya seperti ini kurang –lebih, ‘Setiap umatku akan diampuni, kecuali MUJAHIRIN. Yang dimaksud dengan MUJAHIR ialah seorang mengamalkan (kemaksiatan) di malam hari, kemudian ketika pagi ia berkata: ‘Hai si Fulan tadi malam aku mengamalkan ini dan ini.(Hr. Bukhari Muslim).”
            “Kata kunci MUJAHIR ialah orang yang blak-blakan berbuat maksiat di depan orang banyak, bahkan bangga dengan kemaksiatannya. Iblis yang dianggap dedengkot mbahe pembangkang saja ga pernah nantang Allah lha orang MUJAHIR kesannya nantang. Seolah-olah ngomong, ‘Yen aku nglakoni ngene, kowe kate lapo’(Kalau aku melakukan ini kamu mau apa?)’”. “Emang ada tah orang kayak gitu Cak?” tanya Parman. “Lho  gimana, kamu ga update berita tah? Jum`at 26 Juni 2015 dilegalkan perkawinan sesama jenis di Amerika. Jauh sebelum itu Belanda dan Belgia sudah melegalkannya. Bahkan Gereja Anglikan(November: 2003) mengangkat Gene Robinson (seorang homoseks) sebagai Uskup. Sebenarnya yang mengkhawatirkan bukan itu, tapi orang-orang Indonesia banyak terpengaruh.”
            “Suara.com-Kamis 16 Juni 2015- misalnya, menyitir perkataan Aktivis hak-hak LGBT(Lesbian, Gay, biseksual, dan Transgender) Dede Oetomo bahwa jumlah gay di Indonesia mencapai ratusan ribu. Bahkan ada yang memperkirakan 3 persen penduduk Indonesia adalah kaum LGBT. Nah jumlah ini sangat memprihatinkan di tengah-tengah penduduk Indonesia yang mayoritas Muslim. Belum lagi pihak-pihak lain yang mengatasnamakan pembaruan dan modernisasi, mengusung ide-ide khas Barat yang merusak pikiran umat, seperti: liberalisme, relativisme, humanisme, pluralisme, feminisme(yang berusaha diperujuangkan melalui RUU KKG), dan lain sebagainya. Semua ide itu jika diterima untuk membaca Islam, maka apa yang dianggap saru, tabu, maksiat oleh agama akan menjadi relativ. Akibatnya orang dengan leluasa melakukan maksiat dengan terang-terangan tanpa merasa dosa.”
            “Kita tentu ingat, bukankah kaum Nabi Luth, dengan terang-terangan melakukan hubungan sesama jenis, padahal sudah diingatkan olehnya. Akibatnya, mereka mendapat adzab yang merata(kecuali Nabi Luth dan pengikutnya). Akhu khawatir kalau kita tidak melakukan apa-apa, akan terjadi sabda nabi, ‘Tidaklah suatu kaum pun yang di dalamnya dilakukan banyak kemaksiatan, padahal mereka sebenarnya kuat dan mampu, tapi tidak mengubahnya, melainkan akan Allah ratakan adzab, sanksi, `iqab bagi  mereka’(Hr. Ibnu Majah). Adalagi hadits, ‘Apabila orang-orang melihat orang yang bertindak dzalim kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut’ (Hr. Abu Daud, Turmudzi). Intinya, kalau kita diam saja, kita akan kena getahnya.”
            “Lalu apa yang harus kita lakukan Cak?” tanya Paidin. “Simak betul-betul sabda nabi. Ternyata ada kosakata yang ‘kebetulan’ mirip tapi hanya ada pembalikan kata saja, yaitu kata MUHAJIR (ini bisa dijadikan tonggak kesadaran). Nabi bersabda: “Yang dinamakan MUHAJIR adalah orang yang pindah dari apa yang dilarang Allah, termasuk kesalahan dan dosa” (Hr. Bukhari, Abu Daud, Nasa`i, dan Ibnu Majah). Kata kunci MUHAJIR ialah, pindah dari keburukan menuju kebaikan, dari kesalahan menuju pertaubatan. Lawan dari MUJAHIR, yang terang-terangan berbuat salah. Langkah konkritnya. Pertama, penyadaran. Masyarakat harus disadarkan akan bahayanya melalui media apapun.  Penyadaran utama terkait masalah makna kata. Sebab, banyak sekali kata-kata yang diselundupkan ke dalam bahasa kita padahal maknanya sangat destruktif.”
            “Kedua, cultur counter (perlawanan yang bersifat kebudayaan) dan pemikiran. Di tengah derasnya arus globlalisasi, liberalisasi, westernisasi, kita harus mempunyai kegiatan kebudayaan yang mampu mengarahkan animo masyarakat. Kebudayaan dilawan dengan kebudayaan, pemikiran dilawan dengan pemikiran. Memang ini pekerjaan sangat berat, tapi bisa kita upayakan, minimal di desa Jumeneng ini. Apa yang dilakukan Nabi Nuh, misalnya –meskipun bagi kebanyakan orang dianggap gila atau ora usum- karena membangun perahu di saat kemarau, adalah bentuk counter budaya yang diilhami Tuhan.  Ketika kita bekerja, mungkin banyak yang mencibir atau menghina. Biarkan saja, kita tetap bekerja dalam diam dan sunyi. Mari kita siapkan perahu-perahu kebudayaan, untuk menghadapi banjir besar yang diakibatkan oleh budaya Barat yang merusak.”
            “Terakhir, pokoknya tetap bergerak dan terus bergerak. Mari kita selamatkan, keluarga, masyarakat, bahkan bangsa kita dari penjajahan yang tidak kentara dan supradahsyat ini. Fokus kita bukan pada hasil, tapi pada usaha yang berkesinambungan. Kalian tentu tau, Allah tak melihat pada hasil usaha tapi lihat pada usaha. Selama ini –tanpa harus pamer- di desa Jumeneng sudah dilakukan upaya-upaya seperti itu. Apa yang disebut oleh Al-Attas mengenai konsep ISLAMISASI ilmu pengetahuan kontemporer, misalnya, sudah dipraktikkan dan dielaborasi oleh kawan-kawan desa Jumeneng sesuai dengan tingkat kebutuhan mereka sebagai upaya untuk mendetoksifikasi segala pemahaman nyeleneh dari Barat. Kita bukan anti Barat, tapi menyaring mana yang baik dan mana yang buruk. Ada ungkapan menarik dari orang pedalaman di Jawa Tengah: Arab digarap, Barat diruwat dan Jowo digowo. Semua diambil manfaatnya selama dalam koridor Islam yang rahmatan lil `alamin.”
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan