Home » » Jangan Su`udzan Pada Tuhan!

Jangan Su`udzan Pada Tuhan!

Written By Amoe Hirata on Jumat, 04 September 2015 | 15.22

            Di Kebun Binatang Surabaya Markemul mendapat pengalaman berharga. Tanpa direncanakan jauh-jauh hari, ia bisa bertemu sosok yang selama ini dicari, yaitu: Sarikhuluk yang selalu membuatnya terinspirasi.
Ceritanya, ketika ia sedang dirundung kesedihan, ia didatangi kawan lamanya, Matsol(nama aslinya: Muhammad Sholih). Ia pun curhat masalah pribadi. Tanpa dinyana, ia diajak Matsol janjian di hari Ahad. Di bangunan bertingkat, yang Matsol sebut: MENARA.
            Di tempat janjian, Markemul melihat sosok misterius. Dalam hati ia berseloroh, “Mungkin ini Sarikhuluk.” Tapi, batang hidung Matsol belum jua kelihatan. Ia pun memberanikan diri untuk memulai: “Kenalkan saya Markemul!” sapanya pada sosok asing dihadapannya. “Kalau njenenengan sendiri siapa?” tanyanya kembali. “Saya adalah misi diutusnya Nabi Muhammad.” Jawab orang itu. Markemul pun tambah puyeng kepalanya. Baru kali ini ia menjumpai orang rada aneh macam itu. Ditanya nama, kok jawabnya ga to the point. Malah ngalor-ngidul.
“Lho maksudnya apa Pak?” “Lha, kamu ini gimana, tugas diutusnya nabi Muhammad itu apa Mul?” “Emmmm, untuk menyempurnakan akhlak.” Jawab Markemul tambah bingung. “Tepat! Namaku ‘sedarah’ dengan akhlak. Namaku: SARIKHULUK.” Kagetlah Markemul, rupanya yang sedang dihadapannya adalah orang yang selama ini ia cari.
Masyaallah La Quwwata Illa Billah, Oalah Cak Cak, sampean toh ini. Aku ga nyangka bisa dipertemukan dalam momen seindah ini.” Komentar Markemul menunjukkan mimik bahagia.  “Kata siapa indah? Apa yang kamu maksud dengan keindahan? Apa kamu pikir aku sedang dalam sikond indah?” Markemul tambah bingung. Setiap ngomong kayaknya salah. “Tidak ada yang namanya momen indah atau buruk. Yang membuat indah atau buruk adalah cara pandangmu. Keburukan akan menjadi indah kalau kamu memandang bahwa itu ujian kelulusan dari Allah. Keindahan justru akan menjadi keburukan jika melenakanmu dari mengingat Allah.”
“Aduh, kenak lagi!” Markemul melenguh dalam hati. Belum sempat ia bertanya sesuatu ia pun diberondong banyak nasihat-nasihat menusuk ke jantung pertahanannya. “Mul, kamu ini sudah beribada bertahun-tahun. Tapi kok belum naik kelas ya?” “Maksudnya apa Cak?” “Lho, masih nanya lagi. Kamu ga sadar kalau setiap hari kamu beribadah, tapi berkualitas sampah.” “Lho, kok sampah. Kok tau? Emang sampean ini malaikat Cak?”
“Goblok!. Kalau aku malaikat pastinya sudah aku cabut nyawamu.” Mendengar itu Markemul agak ngeri. Ia mulai merenung: kok gambaran Sarikhuluk jadi sangar begitu. Belum selesai ia berfikir, dentuman kata-kata orang asing itu keluar bak air bah. “Mul, kamu ini apa. Percaya sama Sang Pencipta, tapi hobi buruk sangka; suka ibadah, tapi rajin berbuat salah; senang beramal, tapi suka membual.” “Aduh buyung. Tambah mumet kepalaku.” Keluhnya dalam hati.
“Tunggu, tunggu Cak maksud sampean apa?” “Lha kamu ga sadar ya. Selama ini kamu suudzan sama Tuhan. Wong suudzan sama manusia aja ga boleh apalagi sama Tuhan. Gara-gara belum dikasih momongan anak selama tujuh tahun nikah, diam-diam dalam hati kamu mulai ragu. Mempertanyakan, menyoal rahmat Tuhan. Kamu ingat ketika sendiri, kemudian nyeletuk: ‘Gimana ya, kadang aku heran. Teman-teman yang nakalnya bukan main, malah guampang punya anak. Lha aku, sudah shalat setiap hari kok gak punya-punya anak?’. Pernahklan kamu ngomong kayak gitu. Kamu pikir, masalah anak itu berkaitan dengan rajin atau tidaknya ibadah. Ingat blok, itu murni karunia Allah!”.
Markemul tambah kaget, dalam hati ia bertanya, “Darimana Cak Sarikhuluk tau. Gendeng tenan wong iki(orang ini).” “Heh, kamu ini dikasih tau mala ngatain aku gendeng!”. Kata-kata Sarikhuluk men-skak mati dirinya.  Ia menjadi lemas-kuyu. Ternyati orang itu mengetahui isi hatinya. Belum habis rasa lemasnya, ia kemudian diberondong lagi dengan beberapa pernyataan: “Kamu tahu, Nabi Zakariya? Sampai tua renta baru dikaruniai anak, ga sampek su`udzan sama Tuhan, lha kamu ini apa? Baru tujuh tahun, sudah kayak berkurun-kurun. Kamu tahu Ibrahim dan Sarah, berpuluh-puluh tahun ga dikaruniai anak, tapi ga pernah gugat Allah, tapi kamu ini malah buruk sangka!”
“Ingat! Allah tau yang terbaik buat kamu. Yang kamu inginkan belum tentu baik. Tapi yang Allah tentukan, pasti terbaik. Kamu ingat ga sih, kisah Khidir yang membunuh anak kecil? Dia dibunuh lantaran di masa depan ia akan menjadi anak durhaka. Lha, apa kamu mau, diberi anak kemudian nanti mencelakakanmu. Ingat Allah Maha Tau terhadap urusanmu. Tugasmu itu Cuma menanam, masalah panen urusan Tuhan. Mulai sekarang rubah cara pandangmu. Bahagia itu, ialah: ketika kehendakmu dan kehendak Tuhan berkelindan. Kamu dikasih susah kek, dikasih senang kek, tetap enjoy aja lantaran sudah keputusan Yang di Atas.”
“Kamu `kan hafal betul hadits qudsi, ‘Saya bersama persangkaan hambaku’. Kalau kamu su`udzan, pasti cerminan buruk akan memantul dalam kehidupanmu. Bersangka baik pada Allah akan menjadi energi positif yang mencahayai hatimu yang sedang gulita. Sedangkan berburuk sangka padaNya, akan menjadikannya energi negatif, yang bisa melenyapkan cahaya dari cakrawala hatimu!” Tanpa sadar, Markemul berkaca-kaca. Ia merasa bersalah. Apa yang dibilang Sarikhuluk mengenai dirinya 100 % benar adanya. Pingin rasanya ia lekas bersimpuh dihadapan Tuhan.

Dalam kondisi seperti itu, ada yang memanggilnya dari belakang, “Mul, Mul, Mul!” “Lho, kamu Matsol?” “Iya, udah lama tah di sini? Nih kenalkan: Sarikhuluk?” Tiba-tiba hati Markemul kaget, seolah detak jantungnya berhenti. Ia pun menoleh ke belakang. Ternyata tidak ada orang. Ia berujar, “Lha, tadi Cak Sarikhuluk mana ya? Jangan, jangaaan,,,,” hatinya pun menjadi dag dig dug der. “Kalau yang bersama Matsol adalah Sarikhuluk asli, lalu yang ngobrol tadi itu siapa. Apa KW Sarikhuluk dari bangsa jin?” dengusnya. Tapi, semua yang dikatakan Sarikhuluk KW misterius itu anehnya 100% benar adanya. Ia bingung, tapi beruntung. Bingung karena penasaran dengan sosok yang ngobrol dengannya. Beruntung karena mendapat nasihat yang tak disangka-sangka.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan