Home » » Nilai Pemuda dalam Sejarah Nabi Muhammad.

Nilai Pemuda dalam Sejarah Nabi Muhammad.

Written By Amoe Hirata on Minggu, 05 September 2010 | 00.41

Ada fenomena sangat menarik dari dua anak sahabat nabi Shalllahu `alaihi wassalam. Suatu ketika, kedua anak itu mendengar Abu Jahal menghina Rasulullah shalllahu `alaihi wassllam masing-masing dari kedua anak itu tidak bisa sabar sedikitpun melihat kelakuan Abu Jahal yang mencaci maki nabi, lalu keduanya bertekad untuk mendatangi Abu Jahal dengan maksud membunuhnya.

Abdurrahman bin `Auf mengisahkan:" ketika aku berada pada barisan perang Badar aku menoleh, ternyata di samping kiri dan kananku ada dua orang pemuda yang umurnya masih belia, aku merasa khawatir dengan keamanan mereka berdua, tiba-tiba salah satu dari keduanya berbisik kepadaku:" Wahai paman!tunjukkan kepadaku mana yang namanya Abu Jahal. Aku jawab:"Keponakanku! Apa yang akan kamu lakukan denganya? Ia menjawab:" Saya di kabari bahwa dia menghina Rasulullah, demi Allah jika aku melihatnya, bayang-bayang ku dan bayanganya tidak akan terpisah hingga siapa diantara kami yang terlebih dahulu mati".

Aku sangat kagum mendengar jawaban tadi(ujar Abdurrahman). Ia melanjutkan: Pemuda yang satunya mengerdipkan matanya kepadaku lalu berkata padaku seperti yang dikatakan pemuda tadi, tidak lama kemudian aku melihat Abu Jahal mengitari orang. Wahai pemuda kamu lihat orang itu, nah itulah orang yang kalian cari(tunjuk Abdurrahman). Dengan segera keduanya mendatangi Abu Jahal beserta pedangnya lalu keduanya menebas Abu Jahal hingga ia mati.

Kemudian keduanya pergi menemui Rasulullah Shallallhu alaihi wasslam lalu Rasul bertanya:"Siapakah diantara kalian berdua yang terlebih dahulu membunuhnya? Keduanya menjawab:" Sayalah yang membunuhnya". Rasul bertanya:" Apakah pedang kalian dalam waktu yang bersamaan mengenainya?" Tidak(jawab mereka) Lalu Rasulullah melihat kedua pedang mereka dan berkata:" Kedua pedang itu telah membunuhnya". Sedang Rasul menetapkan bahwa yang menewaskan Abu Jahal ialah pedang Mu`adz bin `Amr bin al-Jamuh. Kedua pemuda tadi bernama: Muadz bin ‘Amr bin Jamuh dan Mu`awwidz bin `Afra`.

Ibnu Ishaq berkata:" Mu`adz bin `Amr bin al-Jamuh berkata: "Aku mendengar kaum musyrik sedang mengawal Abu Jahal, sedang Abu Jahal ketika itu berada pada pohon yang rindang atau pohon yang tidak dapat di tembus karena di jaga ketat oleh tombak-tombak dan pedang-pedang kaum musyrik untuk melindungi Abu Jahal. Kaum musyrik berkata:" Jagalah benar-benar Abu al-Hakam(Abu Jahal)".

Muadz melanjutkan:" Ketika aku mendengar mereka aku jadikan ia dalam fokus dan incaranku, ketika memungkinkanku sampai kepadanya maka aku angkat pedang lalu aku memotong kakinya dalam sekali tebasan-- hingga pertengahan betisnya—sampai terpisah dari badanya, lalu anaknya Ikrimah bin Abi Jahal memukulku dan menampik kedua tanganku lalu aku berpagutan dengan kulitnya , cukup melelahkan perang denganya, sungguh aku telah berperang seharian, dan aku membuatnya mundur dariku, ketika ia menyakitiku aku letakan kedua kakiku di atasnya, kemudian aku injak-injak hingga aku mencampakkanya,.

Kemudian datanglah Mu`awwid bin Afra` ke Abu Jahal sedang kakinya sudah buntung, lalu ia memukulnya hingga ia memastikan Abu Jahal telah mati baru ia meninggalkanya dan ada busa pada Abu Jahal, setelah itu Mu`awwid terus berperang hingga ia syahid".

Demi Allah fenomena menarik diatas dapat dijadikan sebagai rujukan bagi tiap mukmin untuk bertanya kembali:" Bagaimana aku bisa mendidik anakku supaya mirip dengan perangai pemuda tadi?" Jawabanya ialah:" Kita sangat memerlukan pendidikan yang menanamkan kepada setiap anak untuk cinta kepada Allah dan Rasul-Nya agar anak tumbuh dengan baik dan berkah sedang ia cinta kepada Allah dengan cinta yang dapat menghalanginya berbuat maksiat dan bertekad untuk selalu taat kepada-Nya dan mengarahkan cita-citanya untuk menolong agama ini".

Sebagaimana kita juga sangat butuh mengaitkan anak dengan panutan dan guru awal yaitu Muhammad bin Abdillah….yang merupakan suri tauladan bagi siapa saja yang menginginkan panutan. Allah berfirman:" Sungguh pada Rasulullah itu ada suritauladan yang bagus untuk kalian bagi siapa saja yang mengharap Allah dan hari akhir dan banyaak berdzikir kepada Allah"(al-Ahzab:21).

Maka alangkah baiknya jika hari-hari yang sedang berlalu ini kita isi untuk mengajar anak-anak sunnah-sunnah Rasulullah supaya menjadi generasi yang alim dengan sunnah…..membenci segala macam bid`ah….menapaktilasi qudwah nabi Muhammad Shallahu alaihi wassalam.

Kita juga sangat perlu mendorong anak-anak untuk menghafal al-Quran dan mengamalkanya . Kemenangan datang disela-sela interaksi dengan setiap ayat-ayat al-Qur`an yang merupakan manhaj hidup hakiki dimana para sahabat nabi hidup dalam bayang-bayangnya dan terdidik dalam bayang-bayang al-Quran bahkan air mata dan darah mereka bercampur dengan setiap huruf-huruf al-Quran.

Adalah Sa`ad bin Abi Waqash Radhiyallahu `anhu dalam satu peperangan melawan Persia ketika melalui setiap tenda-tenda kaum muslimin pada malam hari ia mendengar mereka membaca al-Quran. Kemudian ia berkomentar:" Dari sinilah datangnya kemenangan". Dan ketika ia melewati tenda yang lain sedang penghuninya tidur dan tidak membaca al-Quran, lalu ia berkomentar:" Dari sinilah datangnya kekalahan".

Ibu Sufyan As-Tsauri berkata kepadanya ketika ia masih kecil:'' Wahai ananda, setiap kali engkau belajar satu ayat maka sandingkan jiwamu kepadanya jika rasa takutmu bertambah dengan mengetahuinya maka itu bagus bagimu jika tidak maka ia hanya akan menjadi bencana bagimu".

Sebagian salaf shalih pernah berkata:" Kita mengajarkan anak-anak kita sejarah nabi dan peperanganya sebagaimana juga kita ajarkan surah-surah dari al-Qur`an. Maka dari itu hendaknya kita mendidik anak-anak kita dengan pendidikan pemimpin bukan pendidikan budak. Kemudian hari mereka akan menjadi khalifah dimana Allah menyatukan barisan umat islam melaluianya dan mengembalikan kesucian-kesucia-Nya yang terampas.

Ini semua dimaksudkan sebagai suatu cara untuk mendorong umat agar melahirkan generasi yang mengenal Allah dan mencintai-Nya lalu Allah menolong Islam melalui mereka dan memuliakan kaum muslim di setiap tempat melalui mereka sebagaimana Dia menolong Islam dengan sahabat-sahabat Rasul beserta anak-anak mereka yang terdidik dengan pendidikan al-Qur`an dan As-Sunnah.

(Di sarikan dari kitab Ashabu al-Rasul Shallalahu alaihi wassallam yang disusun oleh Mahmud al-Mashri.)

Epilog:

-Pemuda mempunya nilai yang sangat berharga. Ia merupakan aset umat. Bila kita pandai mengolah dan mendayagunakanya untuk kepentingan umat maka kesuksesan akan kita raih. Coba kita bayangkan ketika itu usia Mu`adz masih empat belas tahun sedang Mu`awwidz masih tiga belas tahun, dalam usianya yang masih muda ia mampu menunjukkan loyalitasnya kepada Islam. Tidak tanggung-tanggung walau harus mengorbankan nyawanya ia tidak peduli. Memang usia masih muda tapi peranya sungguh luar biasa. Ini bisa di jadikan pelajaran bagi para pemuda.

-Cerita diatas bukan untuk melegalkan pemuda untuk berperang secara brutal. Pelajaran yang di ambil ialah nilai pemuda yang mampu menunjukkan kontribusinya bagi kepentingan agama, walaupun perjuanganya dapat membahayakan nyawanya sendiri.Intinya, mashlahat yang selalu ia dadikan acuan dalam setiap aksi-aksinya, bukan kerusakan. Setiap perbuatanya berangkat dari rasa cinta bagi kemaslahatan umat.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan