Home » » Ramadhan "Karbidan".

Ramadhan "Karbidan".

Written By Amoe Hirata on Minggu, 05 September 2010 | 00.28

Melihat judul di atas mungkin kita akan bertanya-tanya. Apa maksudnya? Ramadhan kok Karbidan? Emang apa hubungan Ramadhan dengan karbida? Baiklah biar tidak terlalu panjang akan dijelaskan pada pembahasan berikut.

"Ramadhan" berarti bulan yang dipilih untuk menjalankan ritual puasa. Sedang "Karbidan" berarti:"1. Hasil mengarbida(ttg buah). 2. Belum saatnya ditampilkan dsb ; belum tarafnya. "Karbidan" sendiri berasal dari kata "Karbida":" dalam istilah kimia berarti: Senyawa biner antara karbon dan zat kapur. Bentuk kata kerjanya ialah Mengarbida yang berarti:"Menghangatkan dengan gas karbit(tt buah-buahan)supaya lebih cepat matang".

Inti dari mengarbida ialah mematangkan sesuatu sebelum watunya matang. Bila digabungkan antara Ramadhan dan Karbida berarti:" Ramadhan yang matang melalui proses secara tidak alamiah". Pesan yang ditangkap dalam tulisan ini ialah sedikit menyoal fenomena Ramadhan yang terkadang tidak sejalan dengan tujuan yang diangkat olehnya. Dalam hal ini sebenarnya bukan mempermasalahkan Ramdhan itu sendiri, tetapi lebih kepada yang menjalankan Ramdhan, yang dalam hal ini adalah orang-orang yang menjalankan ibadah puasa.

Banyak orang mengira bahwa Ramadhan sebagai ajang penghapusan dosa, momen untuk meraup pahala sebanyak-banyaknya, saat untuk bertaubat menebus segala khilaf dan dosa yang pernah dilakukan, sehingga dimaksudkan nanti setelah keluar bulan Ramadhan akan menjadi suci bersih dari dosa bak bayi yang baru dilahirkan.

Gaya berpikir semacam ini melahirkan insan-insan pragmatis yang hanya bekerja jika ada keuntungan bagi diri pribadi. Apa benar setelah puasa anda akan bersih dari dosa? Emangnya Ramadhan 'pabrik penghapus dosa', yang dibuat secara praktis untuk menghapus dosa anda hanya dalam sebulan. Apa benar setelah puasa akan meraup pahala sebesar-besarnya ? Memangnya Ramadhan 'pabrik pahala'? , yang memproduksi pahala bagi siapa saja yang memasukinya sehingga dimaksudkan nanti akan mendapat gaji pokok berupa surga.

Pertanyaan tersebut bukan dimaksudkan untuk meragukan kemuliaan dan keagungan Ramadhan sebagai bulan yang suci, karena secara otomatis memang legalitas keagungan dan kemulianya sudah tercatat dalam nash-nash dengan begitu jelasnya . Ia dimaksudkan untuk merombak kembali gaya berpikir pragmatis dalam diri orang berpuasa.

Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia yang dipilih oleh Allah untuk menjalankan ibadah puasa sebagai sarana untuk mendidik pelakunya agar mencapai hasil maksimal yaitu "Taqwa". Pancaran hikmah dari takwa ini melahirkan sikap kepedulian dan solidaritas sosial, tidak egois dan individualistis. Pada akhirnya takwa ini akan menciptakan hubungan yang serasi dan harmonis antara manusia dengan Allah(hubungan vertikal), manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam( hubungan horizontal).

Dengan demikian Ramadhan bukanlah sekedar ajang untuk menghapus dosa dan meraup pahala saja yang kembalinya hanya pada diri pribadi saja. Lebih dari itu, puasa sebagai kesadaran untuk menciptakan hubungan yang harmonis baik dengan Allah, manusia maupun alam. Nah, untuk meluluskan tujuan besar tadi dibutuhkan yang namanya bahan bakar "ikhlas" supaya kita sampai pada tujuan sejati yaitu "takwa". Masalah surga dan penghapusan dosa itu adalah murni rahmat Allah, karena pada dasarnya kita masuk surga bukan karena amalan banyak kita, sebanyak apapun amalan yang kita kerah masih belum cukup layak untuk membuat kita masuk surga, karena surga murni rahmat Allah.

Maka jangan terlalu PD bila anda melakukan banyak amalan di bulan Ramadhan khususnya maka seketika itu anda dijamin masuk surga atau bahkan dihapuskan dosanya. Proses menuju itu terus berlangsung hingga ajal kita menjemput (tidak hanya pada bulan Ramadhan) di situlah nanti letak final kelayakan kita, bila berakhir dengan bagus insyaAllah mendapat hasil bagus jika tidak maka itu merupakan bencana bagi kita.

Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah beramal dan terus beramal dengan penuh ikhlas untuk mencapai derajat "takwa" yang semoga saja dapat mencucurkan rahmat Allah berupa ampunan dan surganya. Bila tujuan-tujuan individual dan muatan-muatan pragmatis duniawi yang mendominasi alam pikir kita dalam setiap amal kita pada bulan suci ini maka Ramadhan yang kita jalani hanyalah bernilai 'karbidan', yang matang bukan melalui proses alamia yang dititahkan ilahi tetapi melalui ambisi-ambisi individual kita yang menghalangi proses alamiah tadi sehingga kematangan yang kita ciptakan itu masih diragukan dan sudah pasti berkualitas jelek.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan