PADA salah satu acara workshop yang bertema: “Sukses Dunia-Akhirat” yang dilakoni
Sarikhuluk di desa Melati, ada seorang tukang becak bertanya: “To the point saja
ya Cak. Apa kunci kesuksesan menurut njenengan?”
“Sebelum
aku menjawab, memang apa arti sukses menurutmu?” tanya Sarikhuluk kepada tukang
becak yang bernama Panji itu. “Sederhana sih Cak. Kalau sandang,
pangan, papan sudah terpenuhi lan (dan) bisa menjalankan ibadah
secara benar, maka itu sukses menurutku,” jawabnya dengan mimik polos.
“Jawabanmu
bagus. Istilah sandang, pangan, papan berikut urutannya merupakan skala
prioritas yang keren. Sandang melambangkan martabat dan harga diri seseorang.
Kalau orang diberi makanan dan rumah dengan syarat ke mana-mana harus
telanjang, maka –kalau masih normal- dia pasti tidak mau. Nabi Adam dan Hawa
saja menunjukkan rasa malu ketika pakaiannya tersiingkap semuanya lantaran
memakan buah dari pohon terlarang.”
Setelah
minum kopi sejenak, Sarikhuluk melanjutkan, “Kemudian pangan (makan).
Setelah harga diri dan martabatnya terpenuhi, hal yang mendasar yang dibutuhkan
manusia adalah pangan (makan dan minum). Kalau orang kelaparan, diberi
pilihan mau milih mana antara makanan dengan rumah, maka dia akan milih makan
terlebih dahulu. Adapun papan adalah gambaran tentang tempat tinggal
layak huni.”
“Selanjutnya,
setelah kebutuhan itu terpenuhi, Panji juga mengukur kesuksesannya dengan ibadah
secara benar. Ini sebenarnya sudah taktis dan sesuai dengan juklak (petunjuk
pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis) Allah yang menciptakan
hamba-Nya hanya untuk beribadah. Hanya saja, penting digaris bawahi di sini, jangan
sampai, ibadah hanya berkutat pada ibadah mahdhah saja, sedangkan ibadah
muamalah ditinggalkan. Kalau ini yang dijalankan, maka layak kamu disebut
sukses.”
“Lha
itu `kan hanya mengomentari dan menguraikan pengertian sukses menurutku
Cak. Lalu kunci sukses menurut sampean apa?” desak Panji. “Sabar toh
Nji. Aku bertanya kepadamu tentang kesuksesan itu tujuannya agar bisa
menjangkau arah kesuksesan menurut kamu itu sudah benar atau belum. Sebab,
konsepsi seseorang terhadap kata, sangat berpengaruh kepada perilaku.”
“Kalau
kunci kesuksesan menurutku, sederhananya 5C saja untuk sementara,” jawab Sarikhuluk.
“Apa itu 5C?” tanya Poniman yang duduk bersebelahan dengan Panji. “5C adalah
akronim (singkatan) dari: cahaya, cinta, cita, cimpung dan cipta.” “Penjelasannya
bagaimana Cak?”
Pertama: Cahaya.
“Orang
bisa disebut sukses sejak awal jika dia memiliki cahaya. Al-Qur`an
membahasakannya dengan istilah nur. Cahaya bisa disebut hudan (petunjuk,
nilai, atau pedoman hidup) sebagai rambu-rambu untuk mengarungi kehidupan. Bagi
umat Islam, tentu cahaya utama dalam kehidupan ini adalah petunjuk Allah dan
Rasul-Nya yang termanifestasi dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah. Di samping itu
juga ulama sebagai pewaris para nabi dan rasul juga bisa menjadi cahaya yang
membimbing kita ke arah yang benar.”
Kedua: Cinta.
“Cinta
adalah kata kunci kesuksesan kedua. Dasar Allah menciptakan makhluk berupa
manusia itu apa coba kalau dasarnya bukan cinta. Ketika Allah memerintah hambanya
untuk mengikuti Rasul-Nya, dasarnya juga cintah kepada Allah (QS. Ali Imran [3]
: 31). Makanya Nji, kalau orang sudah punya pedoman jelas kemudian didasari
oleh rasa cinta, maka insyaallah akan sukses.”
Ketiga: Cita.
“Betapapun
cahaya dan cinta sangat penting kedudukannya, orang harus memiliki cita-cita
yang jelas. Goal dari kesuksesan perlu dikonkritkan sejak awal. Orang sukses
itu biasanya sudah memiliki visi dan misi yang jelas sejak awal. Kalau memimjam
urutan Al-Qur`an, kamu bisa sukses menjadi an-Nas (manusia) kalau sudah al-Fatihah
terlebih dahulu. Dalam Al-Fatihah kan sudah disebutkan pointer-pointer utama
yang memetakan cita-cita manusia secara jelas. Bahwa hidup pada intinya adalah
untuk sukses menghadapi yaumiddin (Hari Pembalasan).”
Keempat: Cimpung.
“Setelah
cahaya, cinta, cita oke, maka perlu ada cimpung atau berkecimpung. Artinya
perlu ada gerak dan aksi nyata untuk mewujudkannya. Kalau tidak ada aksi, maka
hanya akan menguap menjadi sekadar wacana langit yang tidak membumi. Bisakah
kamu –secara normal- mendapat uang kalau sekadar bergantung pada mengetahui
rambu-rambu perbecakan, cinta becak, dan punya cita tinggi dari becak? Ya mana
mungkin, kecuali diberi orang. Berkecimpung ini sangat penting dalam mewujudkan
kesuksesan dan bisa menghindarkan kita dari NATO (no action talk only)
kasarane gak gelem nyambot gawe tapi kakean cocot.”
Kelima : Cipta.
“Okelah
orang sudah punya cahaya, cinta, cita, cimpung, tapi hidup ini kan bukan hanya
untuk diri sendiri. Perlu ada cipta (karya) yang ditinggalkan untuk
kemaslahatan pribadi dan orang lain. Kalau gajah meninggalkan gading, maka
manusia meninggalkan karya cipta. Makanya orang yang kreatif itu sangat dekat
dengan kesuksesan.”
“Kamu
bisa dikatakan sukses dalam dunia perbecakan misalnya bisa menciptakan hal baru
dari yang lain. Misalnya: becak nyaman dengan spesifikasi pelayanan prima (lemah
lembut, supel, sopan kepada pelanggan), di samping itu tempatnya lebih luas
daripada becak biasa, empuk, diberi fasilitas AC di dalamnya, dan bisa juga
ditambahkan salon kecil untuk mendengar murattal atau musik. Nah, kreasi
semacam itu akan membuatmu menjadi tukang becak sukses. Wallahu a’lam,”
pungkas Sarikhuluk.
Si
Panji senyum-senyum saja mendengar jawaban Sarikhuluk. Tapi diam-diam dia
membatin, “Kalau aku sukses, ngapain juga jadi “tukang becak istiqamah”
hingga sekarang. Baju banyak yang bekas, makan seadanya, rumah masih ngontrak,
ibadah bolong-bolong, apa lagi ditambah 5C, abeh abeh kanak, poseng
tang chetak (pusing kepala saya). Tapi apa salahnya mencoba.”
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !