Home » » 5C; Kunci Sukses Ala Sarikhuluk

5C; Kunci Sukses Ala Sarikhuluk

Written By Amoe Hirata on Selasa, 07 Februari 2017 | 14.28


            PADA salah satu acara workshop yang bertema: “Sukses Dunia-Akhirat” yang dilakoni Sarikhuluk di desa Melati, ada seorang tukang becak bertanya: “To the point saja ya Cak. Apa kunci kesuksesan menurut njenengan?”

            “Sebelum aku menjawab, memang apa arti sukses menurutmu?” tanya Sarikhuluk kepada tukang becak yang bernama Panji itu. “Sederhana sih Cak. Kalau sandang, pangan, papan sudah terpenuhi lan (dan) bisa menjalankan ibadah secara benar, maka itu sukses menurutku,” jawabnya dengan mimik polos.
            “Jawabanmu bagus. Istilah sandang, pangan, papan berikut urutannya merupakan skala prioritas yang keren. Sandang melambangkan martabat dan harga diri seseorang. Kalau orang diberi makanan dan rumah dengan syarat ke mana-mana harus telanjang, maka –kalau masih normal- dia pasti tidak mau. Nabi Adam dan Hawa saja menunjukkan rasa malu ketika pakaiannya tersiingkap semuanya lantaran memakan buah dari pohon terlarang.”
            Setelah minum kopi sejenak, Sarikhuluk melanjutkan, “Kemudian pangan (makan). Setelah harga diri dan martabatnya terpenuhi, hal yang mendasar yang dibutuhkan manusia adalah pangan (makan dan minum). Kalau orang kelaparan, diberi pilihan mau milih mana antara makanan dengan rumah, maka dia akan milih makan terlebih dahulu. Adapun papan adalah gambaran tentang tempat tinggal layak huni.”
            “Selanjutnya, setelah kebutuhan itu terpenuhi, Panji juga mengukur kesuksesannya dengan ibadah secara benar. Ini sebenarnya sudah taktis dan sesuai dengan juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis) Allah yang menciptakan hamba-Nya hanya untuk beribadah. Hanya saja, penting digaris bawahi di sini, jangan sampai, ibadah hanya berkutat pada ibadah mahdhah saja, sedangkan ibadah muamalah ditinggalkan. Kalau ini yang dijalankan, maka layak kamu disebut sukses.”
            “Lha itu `kan hanya mengomentari dan menguraikan pengertian sukses menurutku Cak. Lalu kunci sukses menurut sampean apa?” desak Panji. “Sabar toh Nji. Aku bertanya kepadamu tentang kesuksesan itu tujuannya agar bisa menjangkau arah kesuksesan menurut kamu itu sudah benar atau belum. Sebab, konsepsi seseorang terhadap kata, sangat berpengaruh kepada perilaku.”
            “Kalau kunci kesuksesan menurutku, sederhananya 5C saja untuk sementara,” jawab Sarikhuluk. “Apa itu 5C?” tanya Poniman yang duduk bersebelahan dengan Panji. “5C adalah akronim (singkatan) dari: cahaya, cinta, cita, cimpung dan cipta.” “Penjelasannya bagaimana Cak?”
Pertama: Cahaya.
            “Orang bisa disebut sukses sejak awal jika dia memiliki cahaya. Al-Qur`an membahasakannya dengan istilah nur. Cahaya bisa disebut hudan (petunjuk, nilai, atau pedoman hidup) sebagai rambu-rambu untuk mengarungi kehidupan. Bagi umat Islam, tentu cahaya utama dalam kehidupan ini adalah petunjuk Allah dan Rasul-Nya yang termanifestasi dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah. Di samping itu juga ulama sebagai pewaris para nabi dan rasul juga bisa menjadi cahaya yang membimbing kita ke arah yang benar.”
Kedua: Cinta.
            “Cinta adalah kata kunci kesuksesan kedua. Dasar Allah menciptakan makhluk berupa manusia itu apa coba kalau dasarnya bukan cinta. Ketika Allah memerintah hambanya untuk mengikuti Rasul-Nya, dasarnya juga cintah kepada Allah (QS. Ali Imran [3] : 31). Makanya Nji, kalau orang sudah punya pedoman jelas kemudian didasari oleh rasa cinta, maka insyaallah akan sukses.”
Ketiga: Cita.
            “Betapapun cahaya dan cinta sangat penting kedudukannya, orang harus memiliki cita-cita yang jelas. Goal dari kesuksesan perlu dikonkritkan sejak awal. Orang sukses itu biasanya sudah memiliki visi dan misi yang jelas sejak awal. Kalau memimjam urutan Al-Qur`an, kamu bisa sukses menjadi an-Nas (manusia) kalau sudah al-Fatihah terlebih dahulu. Dalam Al-Fatihah kan sudah disebutkan pointer-pointer utama yang memetakan cita-cita manusia secara jelas. Bahwa hidup pada intinya adalah untuk sukses menghadapi yaumiddin (Hari Pembalasan).”
Keempat: Cimpung.
            “Setelah cahaya, cinta, cita oke, maka perlu ada cimpung atau berkecimpung. Artinya perlu ada gerak dan aksi nyata untuk mewujudkannya. Kalau tidak ada aksi, maka hanya akan menguap menjadi sekadar wacana langit yang tidak membumi. Bisakah kamu –secara normal- mendapat uang kalau sekadar bergantung pada mengetahui rambu-rambu perbecakan, cinta becak, dan punya cita tinggi dari becak? Ya mana mungkin, kecuali diberi orang. Berkecimpung ini sangat penting dalam mewujudkan kesuksesan dan bisa menghindarkan kita dari NATO (no action talk only) kasarane gak gelem nyambot gawe tapi kakean cocot.
Kelima : Cipta.
            “Okelah orang sudah punya cahaya, cinta, cita, cimpung, tapi hidup ini kan bukan hanya untuk diri sendiri. Perlu ada cipta (karya) yang ditinggalkan untuk kemaslahatan pribadi dan orang lain. Kalau gajah meninggalkan gading, maka manusia meninggalkan karya cipta. Makanya orang yang kreatif itu sangat dekat dengan kesuksesan.”
            “Kamu bisa dikatakan sukses dalam dunia perbecakan misalnya bisa menciptakan hal baru dari yang lain. Misalnya: becak nyaman dengan spesifikasi pelayanan prima (lemah lembut, supel, sopan kepada pelanggan), di samping itu tempatnya lebih luas daripada becak biasa, empuk, diberi fasilitas AC di dalamnya, dan bisa juga ditambahkan salon kecil untuk mendengar murattal atau musik. Nah, kreasi semacam itu akan membuatmu menjadi tukang becak sukses. Wallahu a’lam,” pungkas Sarikhuluk.
            Si Panji senyum-senyum saja mendengar jawaban Sarikhuluk. Tapi diam-diam dia membatin, “Kalau aku sukses, ngapain juga jadi “tukang becak istiqamah” hingga sekarang. Baju banyak yang bekas, makan seadanya, rumah masih ngontrak, ibadah bolong-bolong, apa lagi ditambah 5C, abeh abeh kanak, poseng tang chetak (pusing kepala saya). Tapi apa salahnya mencoba.”
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan