Contoh huruf Pegon dalam Kitab Tafsir Surah Al-Baqarah Juz II |
Ngaji huruf Pegon
ini biasanya dijadwal seminggu sekali, dan diajarkan bakda shalat Maghrib.
Pernah juga suatu saat diajarkan pada sore hari seusai shalat Ashar. Terkhusus
Cak. Am, metode dalam pengajaran terkesan keras, sehingga tak segan-segan
memberi sanksi kepada para murid jika tidak disiplin.
Aku merasa beruntung
pernah merasakan secara langsung belajar huruf Pegon (huruf Arab Melayu, huruf Jawi) karena bila dilihat dari
sejarah perjuangan umat Islam Indonesia, huruf ini menduduki peran yang cukup
strategis menjaga bahasa persatuan, kominikasi perniagaan, bahkan dalam
memelihara bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia.
Sejak masuknya niagawan
Arab pada abad ketujuh masehi, bahasa yang digunakan oleh penduduk nusantara
untuk berkomunikasi adalah bahasa melayu. Penulisannya pun unik yaitu dengan
menggunakan huruf Arab. Pada
perkembangannya, tulisan Pegon ini degunakan oleh kalangan santri
dalam pendidikan pesantren.
Kitab tafsir bahasa jawa Al-Ibriz
yang dikarang K.H. Bisri Musthafa misalnya, menggunakan huruf Arab Pegon. KH.
Hasyim Asy`ari, pada banyak tulisannya memakai huruf Arab Pegon (Fajar
Kebangunan Ulama; Biografi K.H. Hasyim Asy’ari, Lathiful Khuluq, 85). Bahkan, secarik kertas
berisi fatwa jihad –menurut Riadi Ngasiran, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin
Indonesia Pengurus Cabang NU Kota Surbaya - yang diberikan Pendiri NU ini
kepada Bung Tomo, menggunakan huruf Arab Pegon (Majalah Tempo, 9-15 November
2015, Bung Tomo, Penerima Ijazah Sang Kiai, hal. 58).
Lebih dari itu, bahasa
Melayu yang ditulis dengan Arab Pegon ini digunakan sebagai bahasa diplomatik
atau penghubung antar-sultan atau raja di nusantara. Bahkan, Titik Pudjiastuti
dalam buku Perang, Dagang, Persahabatan Surat-Surat Sultan Banten (hal.
17) menyebutkan bahwa surat yang dikirim oleh Raja Banten ke Inggris kala itu
menggunakan huruf Arab Pegon berbahasa melayu.
Huruf Pegon ini pada
awalnya digunakan untuk menulis bahasa melayu. Dahulu, sebelum dihapus oleh
Prof. Prijono (seawaktu menjadi Menteri PDK) di sekolah ada pelajaran Huruf
Arab Melayu untuk kelas bahasa, sebagai dasar untuk membaca naskah melayu lama.
Bahkan, dalam uang logam Pangeran Diponegoro pun terdapat tulisan Arab Melayu (Pegon).
Berkat jasa ulama dan para
niagawan muslimlah huruf Pegon ini pernah diperhitungkan dalam perjalanan
sejarah Indonesia. Melalui huruf ini, mereka menjaga pelestarian bahasa melayu.
Tercatat, sekitar 40 kekuasaan politik Islam (kesultanan) menggunakan bahasa
ini sebagai bahasa politik dan diplomatik (Ahmad Mansur Surya Negara, Api
Sejarah I, 528).
Ketika masuk ke Pesantren
Bangil, aku bertemu kembali tulisan Pegon. Waktu itu buku yang menggunakan
huruf Pegon adalah karya Ustadz. Ahmad Hassan yang berupa: Kitab Al-Tashrif
dan Tajwid. Al-Hamdulillah, aku tidak mengalami kesulitan menelaahnya karena di
surau Al-Mahfudz huruf ini sudah dipelajari.
Kehadiran huruf Pegon
dalam lembaran sejarah umat Islam Indonesia menunjukkan betapa eratnya hubungan
mereka dengan bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu umat Islam di dunia kala
itu. Huruf-huruf Ar ab yang digunakan untuk menulis bahaya Melayu ini lebih
dulu ada di Indonesia dibandingkan huruf latin yang datang belakangan. Namun
ironisnya, huruf Pegon nyaris lenyap dari pusaran sejarah kehidupan manusia
modern, kecuali mungkin hanya di pesantren yang masih menyimpan tradisi
bersejarah ini.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !