Pertama kali bertatap muka dengan sosok
karismatik ini, saat menjadi peserta PKU (Program Kaderisasi Ulama) Gontor
2014/2015. Waktu itu beliau menekankan pentingnya mengetahui positioning kita
dalam gerakan dakwah. Sadar posisi akan membantu para dai mendakwahkan Islam
secara tepat dan proporsional sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Pada kesempatan itu juga, beliau
memupuk semangat kami agar bangga dengan status sebagai muslim. Lebih dari itu, juga bangga menjadi muslim
yang berprofesi sebagai dai. Akan lebih baik lagi jika bisa menjadi dai yang
‘alim. Karenanya, tidak boleh malu sama sekali di hadapan dunia.
Beliau sendiri lebih memosisikan diri sebagai “Guru Ngaji”. Mungkin bagi
sementara orang, terdengar sederhana posisi tersebut. Padahal, merujuk kepada
hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ini adalah
salah satu profesi terbaik, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari
al-Qur’an serta mengajarkannya.” (HR. Bukhari, Muslim).
Ada cerita menarik yang disampaikan beliau kala itu. Ada teman sealumni
mengundangnya memberi tausiyah di tempatnya bekerja di salah satu perbankan
tersohor. Singkat cerita, saat menyampaikan petuah, beliau sempat mengucapkan
terima kasih kepada temannya atas undangannya dengan sebuatan ustadz. Rupanya
si teman malu, seisi ruangan tertawa sambil nyeletuk, “O, kamu ustadz
toh,”. Ia malu, karena selama ini menyembunyikan identitasnya. Mungkin
identitas santri dianggapnya memalukan. Pasca acara ia mendatangi beliau dan
berkomentar, “Akhi antum telah berhasil mempermalukan saya di hadapan
teman-teman saya.”
Semua omongannya didengar dengan baik. Setelah selesai, dengan penuh izzah
beliau membentaknya dengan nada keras, “Masuk ke dalam, duduk di dalam mobil!”
Masuklah dia dengan terpaksa ke mobil. Beliau pun menasihatinya dengan penuh
karisma bahwa profesi guru ngaji bukanlah profesi kacangan. Karena mengajarkan
al-Qur`an adalah sebaik-baik profesi. “Jangan pernah malu menjadi guru ngaji!”
pungkasnya.
Setelah itu keduanya berpamitan. Selang beberapa lama tidak bertemu, akhirnya
dia dalam sambungan telepon mengucapkan terima kasih dan sekarang sudah merasa
PD dan menjadi ustadz di lingkungan kerjanya. Sekarang dia dipercaya menjadi
pemimpin bank syari’ah yang baru dibuat. Teman-temannya pun mengapreasi dan
menghormati kedudukannya sebagai ustadz. Dari sini bisa diketahui bahwa beliau
fokus menjadi guru ngaji yang mengajarkan orang bisa membaca al-Qur’an secara
benar.
Tidak berlebihan jika, dalam Surah Al-Baqarah [2] ayat 121, membaca al-Qur’an
dengan sebenar-benarnya, adalah salah satu indikator keimanan seseorang. Lebih
khusus, cara beirnteraksi dengan al-Qur’an yang benar adalah dengan metode
tadabbur. Dalam Al-Qur`an sendiri kata ini disebut sebanyak empat kali.
Sedangkan tafsir hanya satu kali.
Dari sinilah bisa diketahui mengapa beliau memilih brand tadabbur sebagai ciri
khas setiap dakwahnya. Tak tanggung-tanggung, untuk mendalami kata tadabbur ini
beliau sampai menghabiskan waktu 17 tahun.
Perlu diketahui, tadabbur yang dibawa beliau adalah sebuah metode yang
disarikan dari al-Qur’an, di mana cara berinteraksi dengannya menuntut
perenungan, pengertian, pemahaman, analisa mendalam bahkan sampai pada taraf
aplikasi.
Langkah tadabbur ini dianalogikan sebagai orang yang mencari mutiara ke dasar
samudra. Dengan demikian dia harus menyelam, dan menyiapkan segala kebutuhan
perjalanan hingga sukses mendapatkan mutiara.
Kesan singkat yang diperoleh ketika berjumpa beliau dalam ruang ujian pasca
sarjana UNIDA Gontor saat itu ialah berparas menarik, karismatik, cerdas, kaya
narasi, mampu menggerakkan, visioner, selalu optimis dan penuh izzah.
Beliau bernama Ustadz. Bachtiar Nasir, Sang Guru Ngaji. Lahir di Jakarta 26
Juni 1967. Santri jebolan Gontor yang pernah mengabdi di Darul Huffadzh
Tuju-Tuju, Bone, Sulawesi Selatan (1990). Beliau juga tercatat sebagai alumni
Madinah Islamic University di Arab Saudi (1994).
Sejak tahun 2008, beliau mendirikan pusat dakwah Ar-Rahman Qur’anic Learning
(AQL) Islamic Center [yang membawahi unit seperti SOA (Spirit Of Aqsha),
SafariQu, KKI, AQL Pustaka, AQL Peduli dll] sebuah lembaga yang menggawangi
dakwah tadabburnya. Lembaga lain yang beliau asuh seperti Ar-Rahman Qur’anic
College (AQC) dan AQL Islamic School (AQLIS). Semua ini menunjukkan begitu
banyak cabang garapan dan perhatian dakwahnya.
Dalam kancah nasional, beliau adalah Ketua Seluruh Alumni Madinah di
Indonesia. Beliau juga tercatat sebagai SEKJEN MIUMI (Majlis Intelektual
Ulama Muda Indonesia). Tak hanya itu, ayah tiga anak ini merupakan pengurus
pusat MUI (Majlis Ulama Indonesia) dan Muhammadiyah. Di samping itu juga
menjadi Ketua Pusat Tadabbur Al-Qur`an Indonesia.
Di dunia internasional beliau juga menjadi tokoh penting dalam Ikatan Dai
Se-Asia Tenggara; menjadi anggota Pusat Tadabbur internasional; dan juga aktif
memberikan bantuan-bantuan kemanusiaan diberbagai belahan negeri muslim yang
kesusahan.
Buah pena yang telah diterbitkan di antaranya: Tadabbur Al-Qur’an: Panduan
Hidup Bersama Al-Qur’an; Anda Bertanya Kami Menjawab; Masuk Surga Sekeluarga
dan Menyelami Mutiara Wahyu.
Selain tadabbur, beliau juga dikenal sebagai tokoh yang secara konsisten
merekatkan dan menyatukan umat. Organisasi bertaraf nasional seperti MIUMI
menjadi bukti riil bahwa beliau sangat bekerja keras untuk mewujudkan persatuan
umat Islam.
Pada akhir tahun 2016, bertepatan dengan mencuatnya kasus penistaan agama yang
dilakukan Basuki Cahaya Purnama (Ahok), gerakan beliau semakin teruji dengan
menjabat sebagai Ketua GNPF-MUI (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama
Indonesia) bersama Habib Rizieq Syihab, Ust. Zaitun Rasmin, Ust. Misbahul Anam
dan lainnya.
Keterlibatannya dalam aksi bela Islam pada 411 dan 212 atau bahkan jauh
sebelumnya, semakin membuktikan bahwa brand tadabbur yang dibawanya selama ini
bukan sekadar kajian teoritik akademik yang hanya berkutat pada wacana, tapi
sudah memasuki babak aplikatif yang mengarah menuju peradaban Al-Qur’an.
Akankah ciri khas tadabbur yang dibawanya mampu mengantarkannya menuju
kesuksesan dalam gerakan membela Islam ini? Tak usah mencari-cari jawaban. Semua
sudah diatur oleh Allah. Hanya saja, sebagai penutup, simak baik-baik narasi
yang sering digaungkannya berikut, “Jangan berikan sisa untuk Islam! Jangan
berhentih berjuang sebelum lelah.” Orang yang memberikan untuk Islam yang
terbaik, dan berjuang secara maksimal apa Allah subhanahu wata’ala tega
membuatnya gagal? Wallahu a’lam.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !