Home » » “Fathimah Az-Zahraa" Wanita Agung nan Rendah Hati

“Fathimah Az-Zahraa" Wanita Agung nan Rendah Hati

Written By Amoe Hirata on Kamis, 05 Maret 2015 | 09.32

Pada momen kali ini kita akan membaca biografi wanita yang agung nan rendah hati. Keagungan bukan semata ada pada dirinya; kedua orang tuanya juga sangat agung; suaminya sangat agung; demikian pula anak-anak dan saudara-sadaranya juga agung. Bagaimana tidak? Bapaknya, Muhammad Sang Nabi. Ibunya, Khadijah, wanita agung sepanjang masa. Suaminya, Ali pahlawan sekaligus prajurit agung dikalangan sahabat. Anaknya, Hasan dan Husain pemimpin/penghulu para pemuda di surga.
Meski agung dia tak mengagung diri; meski terpandang dia tak menyombong diri; meski mulia dia tak membangga diri; meski terhormat dia tak tinggi hati. Segala keagungan, keterpandangan, kemulian, keterhormatan yang ia miliki justru menjadikanya rendah hati, tidak sombong, dan hidup dengan sangat bersahaja. Sejak kecil sudah mendapatkan pendidikan yang luar biasa dari kedua orang tuanya yang tidak mungkin didapatkan oleh anak-anak kecil sebayanya. Bahkan semenjak Rasulullah diangkat menjadi nabi dan Rasul, dia turut serta membela dan mengalami penderitaan sebagaimana bapaknya dalam rangka menyebarkan dakwah Islam.
Dia merupakan wanita yang sangat bersahaja, sederhana, penyabar, mandiri,  pendiam, berkeyakinan dan berkemauan keras. Ini terbukti pada kisah-kisahnya semenjak kecil hingga ia menikah sampai meninggal dunia. Siapakah gerangan wanita agung yang akan kita kaji riwayatnya pada kesempatan kali ini? Dialah Fathimah binti Muhammad shallallahu `alaihi wassallam.

I.                   Nasab dan Profil:

Namanya Fathimah binti Muhammad bin Abdillah bin Hasyim bin Abdi Manaf. Dia merupakan anak perempuan Rasulullah Saw yang terkecil, ibunya bernama Khadijah - yang merupakan istri pertama Rasulullah dan pertama kali masuk Islam -. Dia termasuk di antara anak-anak yang pertama kali masuk Islam; tumbuh dan perkembang di rumah Nabi dan mendapat pendidikan langsung dari Nabi saw. Dia lahir pada hari Jum`at, tanggal 20 Jumadil Akhir, tahun ke lima sebelum kenabian/ketika Nabi saw berusia 35 tahun dan bertepatan dengan peristiwa penting berupa peletakan hajar aswad dimana Rasulullah mendapat gelar al-Amiin(yang dapat dipercaya) karena mampu menjadi problem solver(pemecah masalah) terhadap permasalahan itu. Khadijah sangat sayang sekali pada Fathimah, hanya dia satu-satunya anak Rasul yang sangat mirip dengan Rasulullah, dan dikemudian hari dari dialah keturunan Rasul berkembang.
Untuk menggambarkan bagaiman masa pertumbuhan Aisyah semasa kecil, mungkin hanya satu kata yang dapat mewakilinya yaitu al-Jiddu (sunguh-sungguh). Semasa hidupnya ia mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Ia mendapat bimbingan langsung dari Rasulullah, mendengar dan belajar langsung ayat-ayat al-Qur`an darinya. Bahkan dia turut merasakan penderitaan yang dialami Rasulullah, seperti ketika Rasulullah sedang shalat dilempar isi perut onta oleh `Uqbah bin Abi Mua`ith lalu dibuanglah oleh Fathimah dan ia merasa sedih yang luar biasa, demikian juga ia turut serta ketika umat Islam diboikot oleh orang kafir Quraiys selama tiga tahun hingga mengalami kesusahan yang luar biasa, bahkan peristiwa ini  berpengaruh pada kondisi fisiknya.
Fathimah menikah dengan Ali pada usia lima belas tahun, pada tahun ke dua hijriah, pada bulan Ramadhan dan baru digauli pada bulan Dzulhijjah. Rasulullah menikahkan Ali dengan Fathima berdasarkan perintah Allah, karena itu ketika Abu Bakar dan Umar hendak melamar Fathimah tidak diijinkan karena perintah-Nya untuk Ali. Mahar yang diberikan Ali pada waktu itu dari hasil menjual baju besinya sekitar 480 dirham, tapi Rasulullah memerintahkan supaya membaginya menjadi sepertiga mahar, kebutuhan perkawinan dan sepertiga lagi untuk baju. Dari hasil perkawinannya dengan Ali Fathimah memiliki 6 anak: Hasan(3 H), Husain(4 H), Muhsin(meninggal karena keguguran), Zainab(5 H), Umi Kultsum(7 H) dan Ruqayyah.
Kalau diperhatikan secara cermat melalui literatur-literatur sejarah kehidupan Fathimah dan Ali r.a. maka akan didapati model kehidupan rumah tangga yang sangat bersahaja, bahkan cendrung kekurangan. Suatu saat Ali pernah mendatangi Rasulullah menyampaikan perihal Fathimah yang tangannya sakit gara-gara mengaduk adonan makanan sendiri, karena itu Ali meminta Rasulullah memberinya pembantu agar bisa membantu Fathimah, namun permintaan itu ditolak Rasul karena Ia ingin anaknya meneladaninya, bahkan ketika Fathimah memakai perhiasan, disuruh rasul mencopotnya karena itu bisa menjadi api neraka di akhirat, akhirnya ia copot dan dijual untuk membebaskan budak. Cerita tersebut menggambarkan betapa Rasul sangat sayang padanya hingga menginginkan Fathimah meneladani setiap apa yang dilakukan Rasulullah, karena pada beberapa kesempatan Rasul bersabda, “Fathimah adalah bagian dariku, barangsiapa menyakitinya berarti menyakitiku”, ini mengindikasikan bahwa karena Fathimah bagian dari nabi maka tingkah lakunya harus seperti nabi.
Sepanjang kehidupannya Fathimah hanya sibuk di rumah menjadi istri shalihah, melainkan setelah Rasulullah wafat dia mulai sedikit bersentuhan dengan kehidupan luar dengan menanyakan harta warisan berupa tanah Fidak peninggalan Rasulullah di Khaibar, namun ketika Abu Bakar ditanya mengenai harta warisan itu, beliau menjawab bahwa Rasulullah bersabda, “Kami para nabi tidak mewariskan sesuatu, apa yang kami tinggalkan adalah sedekah” setelah beberapa waktu akhirnya Fathima ridhla dengan keputusan Abu Bakar.
Menjelang wafat, Fathimah mewasiatkan 3 hal pada Ali: 1. Ali disuruh menikah dengan Umaamah binti al-`Aash bin ar-Rabii`, 2. Membuat keranda/peti mati sebagaimana yang digambarkannya[yang dapat menutupnya dengan serapat mungkin sehingga tidak menampakkan auratnya], 3. Minta dikubur di Baqi` pada malam hari. Kemudian, beberapa bulan kemudian Fathimah wafat. Menurut pendapat yang paling kuat, Fathimah wafat pada hari Senin malam Selasa, bulan Ramadhan, tahun sebelas hijriah, ketika itu usianya duapuluh delapan tahun.

II.                Gelar/laqab          : Az-Zahraa[putih, berbinar]Al-Batuul[memutuskan diri untuk beribadah].

III.             Kunya                   Ummu Abiiha(Ummu Muhammad). Diberi kunya demikian karena pasca                                  meninggalnya Khadijah, Fathimahlah yang menggantikan peran Khadijah.

IV.             Ciri-ciri fisik/dan sifat-sifatnya:

1.      Berwajah cantik, dan sangat mirip Rasulullah.
2.      Berkulit coklat kekuningan. Warna kulitnya berubah akibat penyakit dan kesusahan hidup yang dialaminya.
3.      Berbadan kurus dan kecil[ini akibat pengaruh keikutsertaannya menjadi korban pemboikotan suku Qurays selama 3 tahun lamannya].
4.      Fisiknya lemah dan sering sakit.
5.      Sangat merasa mulia karena  mempunyai bapak Rasulullah. Karenanya, ia sangat senang sekali ketika anaknya yang pertama, Hasan wajahnya sangat mirip dengan Rasulullah.
6.      Berkemauan kuat.
7.      Sabar.
8.      Kuat dan taat beragama. Disamping mendapat mendidikan langsung dari rasul dia juga mewarisi sifat ini dari keluarga ibunya(khadijah) yang dikenal kuat dalam beragama.
9.      Sangat baik.
10.  Menjaga kehormatan diri.
11.  Qona`ah.
12.  Pandai bersyukur.
13.  Pendiam, sedikit bicara/ bicara seperlunya. Tidak akan ngomong sebelum ditanya.

V.                Keistimewaan      :

1.      Rasul menamakannya Fathimah karena mendapat ilham langsung dari Allah. Maknanya ialah anak ini tidak bakal masuk neraka/terhalang masuk neraka.
2.      Memiliki keyakinan dan iman yang kuat.
3.      Merupakan penghulu wanita umat Islam dan penghulu wanita di surga sebagaimana ibunya. Sebagaimana riwayat yang menjelaskan bahwa suatu ketika nabi didatangi Jibril, kemudian Jibril menyampaikan kabar kabar gembira bahwa Fathimah akan menjadi penghulu wanita di surga.
4.      Rasulullah sangat ghirah(tak rela) Fathima dimadu. Sewaktu Ali mau melamar anak Abu Jahal, Rasulullah tidak mengijinkannya, akhirnya Ali tidak jadi melamar, Rasulullah bersabda, “Fathimah adalah bagian dariku barang siapa menyakitinya berarti menyakitiku”.
5.      Sewaktu Rasulullah menjelang meninggal, hanya dia yang diberi rahasia yang membuat dia menangis kemudian tertawa.
6.      Bahasanya sangat baligh dan Fashih. Contohnya sebagai berikut ketika Nabi wafat Fathimah berujar:
 « يَا أَبَتَاه ، إِلَى جِبْرِيْل يَنْعَاهُ ، يَا أَبَتَاه ، مِنْ رَبّهِ مِا أَدْنَاهُ ، يا أبتاه ، جِنَانُ الْفِرْدَوْسِ مِأْوَاهُ ، يَا أَبَتَاه ، أَجَابَ رَبًّا دَعَاه »
7.      Rasulullah pernah mendoakan Fathimah dan keluarganya dengan doa demikian:
اللَّهُمَّ هؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِيْ وَخَاصَتِي اَذْهِبْ عَنْهُمْ الرِجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيْرًا
“Ya Allah mereka ini adalah keluargaku dan orang istimewaku, lenyapkanlah dari mereka kotoran dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya”.
8.      Anak yang paling mirip dengan Rasulullah baik akhlak maupun ciri fisiknya.
9.      Merupakan anak tercinta Rasulullah.
10.  `Afifah sangat menjaga kehormatan dirinya.
11.  Allah ridha terhadap apa yang Fathimah ridhai dan Allah murka terhadap apa yang Fathimah Murkai.
12.  Di antara bentuk kasih sayang Rasulullah padanya ialah setiap kali bertemu dengan Fathimah dirumah ia awali dengan ciuman kasih sayang.
13.  Ketika sedang berpergian orang akhir washiatnya  adalah pada Fathimah, adapun ketika kembali, setelah shalat di masjid, orang yang pertama kali dijumpai adalah Fathimah.
14.  Memiliki keluarga yang sangat shalih, agung dan sempurna. Bapaknya: Rasulullah(Nabi terbaik), ibunya: Khadijah(wanita terbaik), suaminya: Ali(Laki-laki agung dan shalih), anaknya: Hasan dan Husan(penghulu pemuda di surga).
15.  Memiliki lahjah(dialek) yang paling jujur setelah Rasulullah.
16.  Kehidupannya sangat bersahaja, bahkan cendrung kesusahan materi.
17.  Allah mengharamkan Fathimah beserta keturunanya masuk neraka.
18.  Sewaktu di padang mahsyar orang-orang diperintah menudukkan pandangan dari Fathimah hingga ia selesai lewat.
VI.             Pelajaran-pelajaran:

1.      Semakin besar dan agung kedudukan seseorang semakin besar pula ujian dan cobaannya.
2.      Keluarga yang baik akan sangat berpengaruh positif pada anak. Karena itu kita harus menciptakan rumah tangga yang baik supaya dapat membina generasi yang baik.
3.      Diantara ciri wanita shalihah ialah membela kebenaran meskipun usianya masih belia.
4.      Wanita shalihah adalah wanita yang `iffah bisa menjaga kehormatan diri.
5.      Wanita shalihah memiliki keyakinan dan keimanan yang kuat.
6.      Wanita shalih memiliki ciri khas zuhud dan bersahaja, tidak materialistis.
7.      Wanita shalihah kemauannya sangat kuat.
8.      Wanita shalihah pasti berakhlak mulia sebagaimana Fathimah seperti: sabar, syukur, qana`ah, ta`at, baik dsb.
9.      Meski berasal dari keturunan orang besar/agung tidak membuat wanita shalihah terlena, tapi membuat dia semakin komitmen dan sungguh-sungguh dalam menjalankan agama. Sebagaimana Fathimah, meskipun dia anak kandung Rasulullah, tidak serta merta menikmati fasilitas elit dari bapaknya tetapi yang ada malah merasakan penderitaan yang banyak dalam rangka memperjuangkan kebenaran Islam.
10.  Wanita shalihah adalah yang pandai bersyukur dan sabar terhadap kondisi kehidupan rumah tangga.
11.  Wanita shalihah adalah wanita yang sangat sayang pada orang tua.
12.  Tugas wanita shalihah yang terutama ialah menjaga, mendidik, memelihara anak dan menjadi penentram jiwa suami. Wanita shalihah tidak akan keluar rumah melainkan terpaksa dan ada kebutuhan mendesak.
13.  Wanita shalihah tidak berbicara melainkan ada keperluan. Tidak mengumbar pembicaraan dengan ngrumpi, ghibah dan lainnya yang tak bermanfaat.

VII.          Referensi:

1.      Nisaa` haula ar-Rasuul, karya Muhammad Burhan.
2.      Subulul Huda war Rasyad fi Sirati Khairil `Ibaad karya Muhammad bin Yusuf As-Shaalihi as-Syaami.
3.      Faathimah az-Zahraa` wal Faathimiyun, karya `Abbas Mahmu al-`Aqqad.
4.      Siyarul A`lam an-Nubala karya Imam Adz-Dzahabi
5.      Jaami`us Shahih Muslim, karya imam Muslim.
6.      Al-Jaami` as-Shahih sunan at-Tirmidzi, karya Imam Tirmidzi.
7.      Musnad Abu Dawud at-Thayalisi, karya Sulaiman bin Daud bin al-Jaarud
8.      Al-Mustadrak `ala as-Shahihaini, karya Muhammad bin Abdillah Abu Abdillah al-Hakim an-Naisaburi.
9.      Lisaanul `Arabi, karya ibnu Mandhur.

10.  Sunan an-Nasa`i al-Kubra, karya Ahmad bin Syua`ib Abu Abdir Rahman An-Nasa`i.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan