Home » » Nasihat Untuk Para Penguasa

Nasihat Untuk Para Penguasa

Written By Amoe Hirata on Senin, 02 Maret 2015 | 08.01

Ayat Kajian: Q.s. Ali Imran: 26-27

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (27)
Arti Mufradat(Kosa Kata):
تُؤْتِي الْمُلْكَEngkau memberi kerajaan:
وَتَنْزِعُ الْمُلْكَDan Engkau cabut kerajaan:
وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُDan Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki:
وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُDan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki:
بِيَدِكَ الْخَيرDi tangan Engkaulah segala kebajikan:
تُولِجُ Memasukkan:
تُخْرِجُMengeluarkan:
بِغَيْرِ حِسَابٍTanpa Perhitungan(batas):
Arti Ayat:

Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu(26) Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)(27)".


Sababu al-Nuzūl(Sebab Turunnya):

أَخْرَجَ ابْنُ أَبِيْ حَاتِمِ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ : ذُكَرَ لَنَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم سَأَلَ رَبَّهُ أَنْ يَجْعَلَ مُلْكَ الرُّوْمِ وَفَارِس فِي أُمَّتِهِ فَأَنْزَلَ اللهُ : { قل اللهم مالك الملك } آية

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim bersumber dari Qatādah, ia berkata: (telah) disebutkan kepada kita bahwa Rasulullah shallallāhu `alaihi wasallam meminta kepada Tuhannya supaya kerajaan Romawi dan Persia dalam (kekuasaan) umatnya. Lalu Allah ta`ala menurunkan: {Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan”}.
قَالَ ابْنُ عبَّاسٍ وأنسُ بن مَالكٍ: لَمَّا فَتَحَ رسْولُ الله - صلى الله عليه وسلم - مكةَ وَوَعَدَ أُمتَهُ مُلْكَ فَارس والرومِ، قالتْ المنافِقون واليهودُ: هيهاتَ هيهاتَ، مِنْ أَيْنَ لِمحمد ملك فارس والروم هُمْ أعزّ وأمنع من ذلك، ألم يكفِ محمدًا مكةَ والمدينةَ حَتَّى طَمعَ في ملكِ فارس والروم؟! فَأَنْزلَ الله تعالى هذِهِ الآيةَ.

Ibnu Abbas dan Anas bin Malik berkata: Ketika Rasulullah shallallāhu `alaihi wasallam membebaskan kota Mekah, dan menjanjikan pada umatnya kerajaan Persia dan Romawi, berkatalah orang-orang munafik dan yahudi: “Jauh sekali, jauh sekali. Dari mana Muhammad (bisa) memiliki kerajaan Persia dan Romawi? (padahal) mereka (Romawi dan Persia) lebih muliah dan lebih kuat dari itu, tidakkah cukup bagi Muhammad Mekah dan Madinah sampai berambisi pada kerajaan Persian dan Romawi?” . Lalu Allah menurunkan ayat ini.

Tafsir Ayat:

Setelah orang munafik dan Yahudi meremehkan janji Rasulullah shallallāhu `alaihi wasallam  terkait masalah jatuhnya dua kekuasaan besar (Romawi dan Persia) di tangan kaum muslimin, turunlah ayat, ‘Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan. Pada sepenggal ayat awal dari surat Ali Imran ayat dua puluh enam ini, umat Islam diingatkan –melalui Nabi Muhammad shallallāhu `alaihi wasallam- agar tidak berkecil hati. Setiap muslim harus berdoa dan menanamkan keyakinan di dalam benaknya bahwa ia memiliki Tuhan Yang Maha Memiliki Kerajaan. Kerajaan besar apa pun dimuka bumi ini pada dasarnya berada di dalam kuasa-Nya; kekuasaan besar apa pun di jagat raya ini, sejatinya dikendalikan oleh Allah subhānahu wata`āla.  Dengan menanamkan keyakinan seperti ini, maka setiap individu muslim akan merasa tenang di mana pun  dan kapan pun ia berada. Ketika berada dalam posisi yang sedang berkuasa, ia jalankan kekuasaannya dengan adil dan sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa kekuasaan yang dimiliki adalah amanah dari Allah ta`ala yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.  Kesadaran semacam ini akan membuatnya hati-hati dalam menjalankan kekuasaannya. Ketika menjadi pihak yang dikuasai, ia jalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Kalau pun penguasa berbuat zalim kepadanya, maka dia tetap tenang, karena ada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Merajai. Penguasa yang dzalim akan dibalas dengan kezaliman. Kedzaliman hanya akan mengantarkan pada kegelapan akhirat. Rasulullah bersabda: “Takutlah kalian kepada kedzaliman, karena sesungguhnya kedzaliman (akan menyebabkan) kegelapan di akhirat kelak”(Hr. Muslim dan Ahmad).

Namun yang perlu diingat disini ialah kekuasaan apa pun bentuknya harus diiringi dengan basis iman dan amal shalih. Sebab, menurut ayat al-Qur`an dan bukti sejarah, sepanjang umat Islam beriman dan beramal shalih maka kekuasaan pun akan diraih. Allah berfirman: “dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik”(Qs. An-Nur: 55). Adapun jika kezaliman, kemaksiatan, dan kelaliman yang menjadi basisnya, maka kekuasaan pun akan terenggut darinya. Di sepanjang sejarah kita bisa melihat, di antara sebab tumbangnya kekuasaan umat Islam ialah ketika kedzaliman dan kemaksiatan merajalela. Ketika mereka banyak yang dzalim, maka dijadikanlah pemimpin yang dzalim di antara merika, sehingga pada akhirnya akan mengantarkan kepada kehancuran.  Allah ta`ala berfirman: “dan Demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi wali(teman, penguasa) bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”(Qs. Al-An`am: 129). Hal ini selaras dengan sebuah atsar yang disebutkan Imam Ibnu Taimiyah dalam kitab Minhāju al-Sunnah:
كَمَا تَكُوْنُوا يُوَلَّى عَلَيْكُمْ
Kalian akan dipimpin sebagaimana kondisi kalian”. Maksudnya, jika umat Islam dzalim, maka mereka akan dipimpin oleh pemimpin yang dzalim juga.


Kemudian setelah menyadari bahwa kerajaan dan kekuasaan sejati hanyalah milik Allah, pada lanjutan ayat dijelaskan beberapa penegasan kekuasaan-Nya, ‘Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki’. Di sini dengan sangat jelas dikatakan bahwa Allah sangat mampu memberikan kerajaan atau kekuasaan kepada orang yang dikehendaki, atau mencabut kekuasaan dari orang yang dikehendaki. Di sepanjang sejarah kehidupan manusia, dengan sangat mudah Allah memberi kekuasaan dan mencabut kekuasaan dari seseorang. Ada banyak contoh dalam al-Qur`an terkait dengan raja-raja atau penguasa yang adil dan dzalim. Sepanjang penguasa itu adil dan menjalankan kekuasaannya dengan benar, maka kesejahteraanlah yang akan didapatnya. Jika sebaliknya, maka akhir yang buruk akan didapatnya. Kita bisa melihat pada sosok Thālut(yang mampu mengalahkan Jālut), Dzulkarnain, Nabi Daud dan Sulaiman yang adil dalam menjalankan kekuasaannya sehingga kesejahteraan pun melimpah. Sebaliknya, kita bisa melihat sosok Fir`aun, Jalut, Qārun, Namrud, Ashābu al-Ukhdūd(penguasa Yahudi di Najran yang dengan kekuasaannya memaksa orang-orang Nasrani taat untuk murtad dari agamanya dengan cara menggali parit sebagai ancaman bagi mereka yang membangkang) Abraha, Abu Jahal beserta pemuka kaum kafir Qurays lainnya yang pada akhirnya kekuasaannya dicabut akibat kedzaliman yang mereka jalankan tidak hanya itu, mereka pun akan dihinakan.  Dengan menyadari hakikat ini, para penguasa setidaknya mawas diri agar tidak termasuk bagian dari mereka yang dicabut kekuasaannya lantaran kedzaliman dan ketidakadilan.

Kesadaran semacam ini sangatlah penting karena, ‘di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Segala kebajikan dan kendali ada di tangan Allah. Siapa pun yang menyalahi garis-garis yang telah ditetapkan-Nya, pada akhirnya akan celaka. Ia berkuasa atas segala sesuatu, maka sungguh sangat ironis jika penguasa merasa bangga dan sombong dengan kekuasaannya. Para penguasa hendaknya mengerti bahwa kekuasaan yang diperoleh hanyalah sementara, karena itu ia tidak boleh sewenang-wenang dalam menjalankan kekuasaannya. Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu ia berkata: telah bersabda Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Allah melipat semua langit pada hari kiamat kemudian Allah ambil dengan tangan kanan-Nya. Lalu Allah berkata: Akulah Yang Maha Diraja, dimana orang-orang yang bertindak sewenang-wenang? Kemudian Allah melipat bumi dengan tangan kiri-Nya, lalu Allah berkata: Akulah Yang Maha Diraja, dimana orang-orang yang sombong?”(Hr. Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah). Hadits ini dengan sangat tegas menerangkan bahwa Allah lah yang Maha Raja diraja, kelak di hari kiamat, para penguasa yang sombong dan sewenang-wenang akan dipanggil. Mereka tidak bisa menjawabnya. Bagaimana mungkin bisa menjawab kalau tidak diberi izin oleh Allah ta`ala. Ini membuktikan bahwa apa yang dilakukan mereka dimuka bumi ketika berkuasa adalah tindakan ceroboh dan tidak benar. Bagaimana mungkin mereka merasa percaya diri terhadap kekuasaan yang bersifat sementara di hadapam kekuasaan Allah yang bersifat abadi.

Pada ayat selanjutnya menjelaskan tentang salah satu bukti yang menunjukkan bahwasanya Allah Maha Merajai dan Menguasai: “Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Beredarnya malam dan siang merupakan kenyataan sehari-hari yang tidak bisa dipungkiri oleh semua manusia. Andai saja Allah menciptakan siang saja sepanjang masa, atau sebaliknya, maka akan terjadi kerusakan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya yang artinya: “Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka Apakah kamu tidak mendengar?(71)Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?(72)"(Q.s. Al-Qashas: 71-72). Dengan sangat dahsyat kekuasaan Allah berupa memasukkan malam kedalam siang, dan memasukkan siang ke dalam malam. Namun bukti ini kebanyakan tidak diperhatikan oleh manusia. Terkhusus bagi para penguasa hendaknya sadar bahwa, sebagaimana berubahnya siang dan malam, demikian juga kekuasaannya akan berubah setiap saat. Kekuasaan bukan untuk bangga-banggaan, bukan untuk gengsi-gengsian, kekuasaan sifatnya sementara. Bisa jadi sekarang kekuasaannya sangat terang dan jaya, kemudian nanti akan redup dan tumbang. Setiap penguasa yang menyadari ini, tidak akan menggunakan kekuasaan dengan sesuka hatinya.

Tak hanya itu. Di antara bukti bahwa Allah adalah Maha Memiliki Kerajaan ialah: “Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". Fenomena hidup dan mati juga tidak asing bagi semua manusia. Dengan kata: “Kun fa yakūn” Allah sangat mampu merubah kematian menjadi kehidupan, merubah kehidupan menjadi kematian. Ia juga mampu memberikan rezeki kepada siapa saja yang Ia kehendaki tanpa batas. Bukti-bukti yang sangat besar ini, seharusnya bisa menyadarkan setiap penguasa agar berhati-hati dalam menjalankan kekuasaannya. Kalau dalam hal yang manusia anggap besar seperti: bergulirnya siang dan malam, mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan yang mati dari yang hidup, memberi rezeki tanpa batas kepada yang dikehendaki, yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia, maka terlebih dalam hal kekuasaan, Allah sangat mampu memberi atau mencabutnya kapan pun Dia mau. Dengan demikian merupakan sebuah keniscayaan bagi para penguasa agar senantiasa menjalankan kekuasaannya secara benar, bijaksana, dan adil.

Bila sebaliknya, penguasa tidak adil dan suka menipu rakyat maka balasannya jelas yaitu, neraka. Sebagaimana sabda Nabi:
أَيُّمَا رَاعٍ اسْتُرْعِيَ رَعِيَّةً، فَغَشَّهَا، فَهُوَ فِي النَّارِ
Pemimpin mana saja yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka”. Di hadits lain juga disebutkan bahwa:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Tiada seorang yang diamanati oleh Allah memimpin rakyat  kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti allah mengharamkan baginya surga(Hr. Bukhari dan Muslim). Pada akhirnya, sebagai rakyat kita tentu sangat mengharapkan pemimpin, penguasa yang adil. Pemimpin yang adil bisa engantar kepada kesejahteraan dan kemakmuran, sedangkan pemimpin yang dzalim hanya akan membuat sengsara. Akhirnya, di samping kita berdoa dengan kedua ayat dari surat Ali Imran tadi, kita juga berdoa dengan doa yang disabdakan Nabi shallahu `alaihi wasallam:
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ. رواه مسلم.
Ya Allah, siapa saja yang mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah ia” (Diriwayatkan oleh Muslim). Kita berharap semoga para pemimpin dan penguasa ke depan bisa menjalankan amanahnya dengan adil, sehingga bisa mensejahterakan rakyat.

Pelajaran:

1.      Perhatian dan bimbingan untuk Nabi dan umatnya agar senantiasa bersyukur terhadap nikmat yang dianugerahkan Allah kepada mereka
2.      Keutamaan dan anjuran berdoa dengan kedua ayat tersebut
3.      Allah mengabulkan permintaan Rasul-Nya, dan Rasul pun mewujudkan janjinya pada umatnya
4.      Yakin dan optimis terhadap kemutlakan kuasa Allah. Rasa yakin dan optimis ini membuat orang tenang dalam menghadapi penguasa apa pun
5.      Kekuasaan, kepemimpinan atau apa pun namanya adalah amanah dari Allah. Tidak boleh disalah gunakan. Bila tidak dijalankan dengan baik, maka sewaktu-waktu Allah bisa mencabutnya
6.      Kekuasaan bila dijalankan dengan baik dapat memuliakan diri, jika diselewengkan akan membuat diri hina, baik di dunia maupun akhirat
7.      Kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu
8.      Di antara bukti kekuasaan Allah ialah memasukkan malam dan siang
9.      Di antara bukti kekuasaan Allah ialah menciptakan kehidupan dan kematian
10.  Rezeki Allah tanpa batas terhadap orang yang dikehendaki-Nya

Sumber Bacaan:

1.      Asbābu al-Nuzūl, Karya: Abu al-Hasan `Ali bin Ahmad al-Naisāburi dan Lubābu al-Nuqūl fi al-Asbābi al-Nuzūl, Karya: Imam Suyūthi
2.      Tafsīr al-Qur`ān al-`Adhīm, Karya: Imam Ibnu Katsir
3.      Aisaru al-Tafāsir li Kalāmi al-`Aliyyi al-Kabīr, Karya: Syaikh Abu Bakar Jābir al-Jazāiri
4.      Jāmi` Shahīh Bukhāri, Karya: Imam Bukhari
5.      Jāmi` Shahīh Muslim, Karya: Imam Muslim
6.      Musnad Ahmad, Karya: Imam Ahmad
7.      Tafsīr al-Sya`rāwi, Karya: Syaikh Mutawalli Sya`rawi
8.      Taisīr al-Karīm al-Rahmān fi Tafsīri Kalāmi al-Mannān, Karya: Abdul Rahman bin Nashir bin al-Sa`adi
9.      Sunan Abi Daud, Karya: Imam Abu Daud

10.  Sunan Ibnu Mājah, Karya: Imam Ibnu Majah
      [Diterbitkan Majalah al-Muslimun Bangil. Edisi: November 2014].
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan