Home » » Tanda Kehancuran Suatu Negeri

Tanda Kehancuran Suatu Negeri

Written By Amoe Hirata on Senin, 09 Maret 2015 | 08.49

            Sebagai penduduk negeri yang diberi kekayaan alam melimpah, sudah sepatutnya rasa syukur terhadap-Nya menjadi sebuah kesadaran mendasar pada setiap Muslim. Dalam banyak kisah di al-Qur`an, apa yang dinyatakan oleh Allah terkait dengan ayat yang artinya: “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"(Qs. Ibrahim: 7), bukanlah sebagai sekadar teori, yang hanya mampu diingat dan di hafal, tapi susah diamalkan. Ia harus dipraktikkan dengan pembuktian nyata secara optimal. Apa yang menimpa kaum Luth, Tsamud, Madyan dan sejenisnya, adalah bukti nyata bahwa segala kehancuran, selalu dilatari oleh kepongahan manusia terhadap ajaran Tuhan. Pada kajian tafsir kali ini, penulis membahas tentang tanda kehancuran suatu negeri. Semoga bisa dijadikan pelajaran dalam mengarungi hidup di dunia yang dipenuhi dengan ujian dan cobaan.                                                       
A.    Ayat Kajian     : Qs. Al-Isra 16-17

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا (16) وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ وَكَفَى بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا (17)
B.     Arti Mufradāt :
مُتْرَفِيْهَا                   :Orang-orang yang hidup mewah
فَفَسَقُوْا فِيْهَا     :  Lalu mereka melakukan kedurhakaan di dalamnya
فَحَقَّ عَلَيْهَا      :Maka pantas baginya
الْقَوْلُ            : Perkataan atau ketentuan
فَدَمِّرْنَاهُ تَدْمِيْرًا :Lalu kami hancurkan sehancur-hancurnya
مِنِ الْقُرْوْنِ      : Kaum atau generasi
C.     Arti Ayat         :
16. dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
17. dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. dan cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya.

D.    Tafsir Ayat      :
Ketika Allah ingin mengancurkan suatu negeri, maka disuruhlah orang yang hidup mewah untuk taat kepada manhaj yang telah dibuat oleh-Nya yang disampaikan kepada manusia melalui Rasul-Nya: “dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah)”. Pada ayat ini ada kata ‘idza’(jika) yang dalam bahasa Arab disebut ‘adātu al-Syarṭi’(perangkat untuk menunjukkan syarat tertentu) artinya, jika syarat itu terpenuhi, maka akan terjadilah sesuatu yang disyaratkan. Sebagai contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari, jika ada seorang ayah berkata pada anaknya: “Nak, jika kamu nanti lulus, maka akan aku belikan sepeda”. Kalimat tersebut ada kata ‘jika’. Hadiah sepeda, dipersyarati oleh keharusan untuk lulus sekolah.
Pada ayat tersebut dengan jelas Allah memberitahukan kepada hambanya beberapa sinyal, syarat atau tanda yang membuat-Nya menghancurkan suatu negeri, yaitu ketika kaum mutrafīn(orang-orang yang hidup mewah) di suatu negeri diperintahkan untuk taat pada Allah –melalui Rasul- mereka pun, mengingkarinya sebagaimana potongan ayat 16: “tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu”. Pembangkangan ini ternyata beresiko buruk bagi suatu negeri. Allah pun berfirman: “Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. Kata ‘qaul’(perkataan atau ketentuan) menurut para mufassirin(ahli tafsir) seperti Thabari dan Ibnu Katsir berarti siksaan atau sanksi.
Mungkin kita akan bertanya-tanya: “Kenapa secara khusus Allah memerintahkan orang-orang yang hidup mewah untuk taat, sebagai tanda dalam menghancurkan suatu negeri?”. Kalau kita jeli menelaah ayat yang terdapat dalam surat Ibrahim ayat tujuh, maka apa tanda yang diberikan oleh Allah dalam ayat yang dikaji pada kesempatan ini sangatlah beralasan: Pertama, orang-orang yang hidup mewah, sudah pasti kaya. Kedua, Kalau kaya, sudah pasti mendapatkan tambahan nikmat yang begitu besar secara materil dibanding dengan yang lain. Ketiga, kekayaan yang ada, sejatinya harus disyukuri, maka kalau ada orang yang kehidupannya sudah bergelimang harta, namun tidak menggunakan hartanya untuk ketaatan kepada Allah, maka sangat layak kalau Allah menghancurkannya.
Ada beberapa ayat yang menjelaskan kenapa para mutrafīn menjadi tanda sebagai kehancuran suatu negeri. Dalam surah al-Waqi`ah ditegaskan bahwa salah satu sebab orang-orang mutrafīn disiksa ialah karena kemewahan yang ada tidak membuahkan ketaatan: “Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan(45). dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar(47). Artinya, kemewahan jika ditambah maksiat, berakir dengan adzab. Dalam surah al-Mu`minun ditegaskan:

64. hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. 65. janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari kami. 66. Sesungguhnya ayat-ayatKu (Al Quran) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, Maka kamu selalu berpaling ke belakang, 67. dengan menyombongkan diri terhadap Al Quran itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari.

            Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa kaum mutrafīn di sini memiliki beberapa sifat yang membuat mereka diadzab yaitu: Pertama, berpaling dari ayat-ayat Allah. Kedua, menyombongkan diri. Ketiga, mengucapkan perkataan-perkataan keji. Kalau perhatikan kondisi riil dalam negeri tercinta ini siapakah sebenarnya yang berkuasa dalam negeri ini? Kaum yang miskin atau yang berhidup mewah? Kalau kita menjawab bahwa yang banyak dan mendominasi adalah orang-orang yang hidup mewah, maka ada pertanyaan lanjutan: “Kebanyakan di antara mereka itu taat pada Allah atau durhaka?”. Kalau ternyata masalah yang melilit negeri ini tidak kunjung usai, maka bisa jadi kaum elit, orang yang hidup mewah semakin jauh dari ketaatan terhadap Tuhan.
            Di akhir ayat, Allah menutup dengan sebuah pertanyaan: “dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan.” Kaum sesudah Nabi Nuh, seperti Ad, Tsamud, Madyan dan lain sebagainya –kalau ditelusuri secara cermat dalam al-Qur`an- mereka melakukan perbuatan maksiat atau dosa sebagaimana firman-Nya:  “dan cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya.” Dari kajian surat al-Isra ayat 16 dan 17, kita bisa mengetahui bahwa di antara tanda kehancuran negeri, ialah ketika orang yang hidup mewah tidak mau taat kepada Allah. Harta yang dikaruniakan Allah kepada mereka, tidak mengantarkan mereka pada ketaatan malah kemaksiatan. Bila kita tidak mau masuk bagian tersebut, maka kita harus berusaha untuk mensyukuri nikmatnya, serta mengingatkan orang-orang yang berhidup mewah untuk taat kepada Allah, tentunya dengan cara yang sebijak-bijaknya. Wallahu a`lam

E.     Pelajaran          :
1.      Di antara tanda kehancuran suatu negeri ialah:
a.       ketika kaum mutrafin (orang yang hidup mewah) durhaka terhadap perintah Allah
b.      kemaksiatan menyebar luas
2.      Pentingnya mempelajari sejarah-sejarah umat terdahulu untuk diambil ibrahnya
3.      Peringatan  keras terhadap maksiat dan dosa
4.      Maksiat dan dosa berpengaruh negatif bagi kehidupan hamba
5.      Memperbanyak ketaatan pada Allah
F.      Referensi         :
1.      Tafsīr al-Sya`rawi,  karya Imam Sya`rawi
2.      Tafsīr Ibnu al-Katsīr, karya Imam Ibnu Katsir

3.      Jāmi`u al-Bayān `an Ta`wīli al-Qur`an, karya: At-Thabari

[Majalah Al-Muslimun, Februari 2015].

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan