Home » » Sowan Berarti Bersama Ust. Syukri

Sowan Berarti Bersama Ust. Syukri

Written By Amoe Hirata on Kamis, 12 Maret 2015 | 20.30


          Setelah sowan dengan Kh. Hasan Abdullah Sahal, kami pun –peserta PKU- berkunjung sowan kerumah Kh. Syukri Zarkasyi. Dengan kondisinya yang lagi sakit, namun ia seolah tak kehilangan sepirit. Dari sorot matanya, terlihat karisma yang begitu membara. Andai saja beliau masih sehat, mungkin akan ada banyak hal yang akan dijadikan nasihat. Uniknya, dalam kondisi seperti ini pun beliau masih mampu memberi nasihat berharga, dan melayani tanya-jawab peserta PKU.
            Berikut ini adalah beberapa nasihat, yang didapatkan peserta PKU dari belia. Pertama, ketika ditanya, ‘bagaimana agar kita bisa menjaga istiqamah?’. Beliau pun menjawab dengan singkat dan jelas: “Jangan lari dari keadaan” atau bahasa lainnya “jangan lari dari masalah”. Lari dari masalah memang bukan menyelesaikan masalah. Masalah bukan untuk dijauhi, tapi dihadapi dan dicarikan solusi.  Inilah alasan yang menjelaskan kenapa orang-orang baik pada umumnya tidak mampu istiqamah, karena mereka kebanyakan lari dari masalah. Keadaan atau masalah yang ada justru menjadi pelajaran penting agar ia bisa konsisten di jalan-Nya. Bukankah hidup ini adalah ujian? Hanya orang-orang istiqamah yang mampu menjadi juara.
            Kedua, beliau mewanti, ‘jangan bosan menjadi orang baik’. Nasihat ini terdengar biasa, namun kalau kita benar-benar mau mencermatinya, maka nilai yang terkandung di dalamnya begitu dahsyat. Meminjam istilah al-Qur`an, ada dua tipe manusia yang perlu dicamkan baik-baik: Pertama, shalih dan mushlihKedua, fasid dan mufsid. Seharusnya manusia itu mampu mentransfer kabaikan pada ranah sosial, atau minimal kalau tidak, diri sendiri harus baik, dan tidak turut serta dalam mendukung kerusakan. Bila orang bosan berbagi kebaikan, dan jemu menjadi baik, akibatnya jelas, yaitu yang menjadi penguasa adalah orang-orang rusak, dan suka membuat kerusakan sosial. Kalau orang rusaknya dominan, maka seakan-akan orang baik tidak ada artinya. Apalah arti cahay kunang-kunang, di tengah pekatnya malam tanpa purnama dan bintang?.
            Ketiga,beliau menyampaikan, ‘Jadi yai harus menguasai masalah’. Syarat penting untuk menjadi seorang kiai adalah menguasai masalah. Di Gontor, -sebagai contoh Kh. Syukri- sangat menguasai detail-detail urusan santri. Sehingga ia mampu mengontrol, menguasai, dan mendidik. Inilah mmungkin yang tidak didapati di pesantren-pesantren lain. Penguasaan terhadap masalah, mutlak untuk diketahui jika mau menjadi Kiai, baik untuk santri maupun untuk umat. Keempat, beliau juga menasihatkan agar belajar pidato. Belajar pidato ini, adala bagian seni orasi yang diajarkan di Gontor pada forum Muhadhara. Kalau kita meneliti pemimpin-peimpin di dunia yang berpengaruh, rata-rata mereka adalah orator ulung. Menurut penuturan anaknya, Kh, Syukri suka dengan gaya orator Bung Karno yang berapi-api.
            Kelima, beliau menasihatkan agar shalat Shubuhnya dijaga. Memang benar, shalat Shubuh adalah shalat yang sangat dahsyat pahalanya sekaligus berat. Bahkan dalam hadits disebutkan bahwa shalat yang paling sulit dilakukan oleh orang-orang munafik ialah shalat Isya` dan Shubuh. Kemudian beliau juga mengingatkan agar ba`da shubuh membaca al-Qur`an. Keenam, untuk menjadi orang yang berkarisma, -menurut beliau-harus menguasai banyak hal baik keilmuan maupun amalan. Selanjutnya, ketika ditanya bagaimana agar ilmu bisa bermanfaat atau bisa menjaga diri, beliau menjawab: “Supaya ilmu bermanfaat harus diamalkan dan diajarkan”. Demikianlah beberapa nasihat yang sangat berarti dari Kh.Dr. Syukri Zarkasyi, semoga bisa ditapaktilasi, diteladani. Mudah-mudahan beliau segara diberi kesembuhan oleh Allah, sehingga bisa berkontribusi kembali baik bagi santri maupun umat. Wallahu a`lam.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan