[L]ogika [G]a [B]ermu[T]u
Written By Amoe Hirata on Minggu, 31 Januari 2016 | 11.54
Di bumi Sodom, seorang manusia pilihan bertanya –sambil ngingetin- pada penduduknya, “Ngapain kalian ngelakuian perbuatan keji yang ga pernah dilakuin seorang pun sebelum kalian? Laki-laki kok berhubungan sesama laki-laki, kalian bener-bener kelewat batas.”
Coba lihat jawaban kaumnya yang ga mutu, “kalo ga bisa diem, usir aja nih orang dari kampung ini, dia tuh sok suci.” Gini nih kalau orang gagal paham. Diajak diskusi dengan logika yang baik, eh malah bahas permasalahan lain.
[Orang yang ga nyambung itu ada dua kemungkinan: Pertama, memang ga paham omongan orang yang diajak ngobrol. Kedua, tahu tapi ngeyel karena merasa salah, dan mengalihkan ke topik lain. Ga mungkin kaum sodom ga paham, yang mungkin itu paham tapi ngeyel dengan kesalahannya.]
Respons kaum Sodom malah dengan menggunakan cara-cara otoriter, “Kalo ga diem, usir tuh manusia sok suci dari kampung ini.” Artinya apa? Gerakan mereka tuh ga bakal sukses(wong logikanya abruladur) kalau tidak dengan: Pertama, menggunakan cara-cara otoriter karena merasa berkuasa di wilayahnya(makanya gan kaum LGBT sekarang `kan berjuang mendapat otoritas dalam skala negara. Makanya mereka berjuang lewat undang-undang. Karena ga mungkin manusia normal menerimanya, hanya cara otoriter yang bisa menyuseskannya. Sedangkan otoritas tertinggi adalah negara). Kedua, pengalihan isu dengan ngejelekin orang yang mengingatkan(dibilang sok suci lah, ga ngormati HAM lah, sok religius lah dll).
Ending-nya jelas sob. Orang-orang yang ngingetin dan pendukungnya diselamatkan, karena punya logika sehat dan selamat. Sedangkan yang punya logika ga bermutu dan terbalik, mereka dibalas demikian: Pertama, dihujani batu berapi dari langit(padahal `kan yang namanya hujan biasanya air. Ini mirip dengan logika mereka, wong seharusnya air kok dibilang batu. Seharusnya orang yang menghormati aturan Tuhan yang suci, kok dibilang sok suci). Kedua, tanahnya dibalik. Atas menjadi bawah, bawah menjadi atas(pas banget deh dengan logika mereka yang terbalik. Antara siksa dengan logika benar-benar sama).
Azab datang tanpa disadari, karena datanganya pas shubuh, Waktu mereka sedang lalai, tidur. Demikian juga kaum LGBT, mereka merasa nyaman dan enak dengan logika terbaliknya, eh tau-tau tanpa disadari ngidap penyakit aneh-aneh, akhirnya menyesal, Tapi sudah ga berguna karena sakit sudah menimpa.
Terakhir, mas-bro, mbak-bro begitulah melihat LGBT dengan kaca mata Qur`an. Sekarang milih yang mana terserah kamu sih. Kalau kamu ga mau pingin selamat, yang memperbanyak dukungan pada orang yang ngingetin, dan ngelurusin logika terbalik bin ga bermutu. Kalo ga, ya kamu bakal kena arus. Sebab kata nabi, kalo orang ga nahi munkar padahal dia tahu, bakal kena azab juga tuh. Apa jadinya kalau kaum LGBT eksis?
Sumber:
Qs. Al-A`raf: 80-84
Qs. Hud: 77-83
Qs. An-Naml: 54-58
Qs. Al-Hijr: 58-77
Qs. As-Syu`ara: 160-175
Qs. Al-Qamar: 33-40
Anda Termasuk Generasi Terbaik Apa Bukan?
Written By Amoe Hirata on Jumat, 29 Januari 2016 | 16.01
Dr Adian Husaini dalam khutbahnya di
AQL Islamic Center(Jum`at, 29 Januari 2016), menyampaikan tema menarik.
Inisiator MIUMI ini menjelaskan tentang: “5 Ciri Generasi Terbaik.”
Bercermin pada Surah al-Maidah: 54, peneliti INSIST ini menyebutkan ada 5 ciri
generasi terbaik. Pertama, mereka mencintai Allah, dan Allah mencintai mereka. Mencintai
Allah dengan setulus-tulusnya. Bukti cinta mereka kepada Allah adalah dengan
mengikutu RasulNya. Maka tak mengherankan, generasi didikan rasul ini mampu
menjadi generasi terbaik karena cinta mereka pada Allah dan Rasulnya sedemikian
mendalam.
Kedua,
berkasih sayang antar sesama mu`min. Bereka tidak angkuh, tidak sombong, dan
saling mengasihi. Bila terjadi perselisihan masalah ijtihadi di antara
mereka, tidak saling mencaci-maki dan saling menjaga persatuan. Mereka
mencintai saudaranya, sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Ketiga,
mempunyai `izzah(keterhormatan) atas orang kafir. Dengan semangat `izzah
ini mereka dibimbing rasulullah menjadi umat terbaik. Maka tak mengherankan
jika selama delapan abad mereka mampu menegakkan peradaban terbaik.
Dengan `izzah, mereka mempelajari
ideologi Yunani dan lain sebagainya untuk di sesuaikan dengan semangat dan cara
pandang Islam. Dampaknya jelas, mereka mampu melahirkan ilmu yang disebut islamic
science. Uniknya, ilmu sains yang mereka ciptakan, mampu mendekatkan
manusia dengan Tuhan. Akan tetapi, ketika sains beralih ke tangan Barat yang
sekular, maka sains mala menjadikan manusia jauh dari Tuhan.
Keempat, berjihad di jalan Allah. Mereka
berjihad dengan segenap daya dan tenaganya dari berbagai aspeknya. Jihad yang
diklafikasikan oleh Ibnu Qayyim dengan: Jihad melawan hawa nafsu, setan, orang
kafir dan munafik, serta pelaku-pelaku kedaliman dan kemungkaran. Dengan jihad
sesuai batas kemampuan, mereka menjadi umat hebat yang berkontribusi besar bagi
peradaban dunia.
Kelima, tidak takut celaan orang yang
mencela. Mereka berjuang karea Allah dan Rasulnya. Membangun basis dakwahnya
adalah dengan keridhaan Allah. Walaupun dalam perjalanan ada banyak hambatan,
dan tantangan mereka bisa tetap tegar. Maka tak mengherankan jika dalam
al-Qur`an mereka disebut sebagai sebaik-baik umat.
Di akhir khutbah, Cendikiawan Muslim
jebolan ISTAC ini menuturkan, “Kalau kita ingin melahirkan genarasi terbaik,
maka kita harus menyiapkan generasi tangguh sebagaimana kelima ciri tadi. Kalau
sekarang kita kalah, jangan sampai generasi setelah kita juga kalah.”
Hidup Poligami, Mati Monogami
Written By Amoe Hirata on Selasa, 26 Januari 2016 | 07.00
Alkisah,
ada seorang lelaki berpoligami. Beliau di kampungnya dipanggil Bapak. Manu. Ia
mempunyai tiga istri. Istri pertama bernama Amsol. Istri kedua bernama Anis.
Istri ketiga bernama Tada. Dari ketiga istrinya, istri yang ketigalah yang
paling disayang, diperhatikan, dan difasilitasi dengan fasilitas berlebih. Karena
dia rupawan, menarik, dan melenakan pandang.
Adapun
istri kedua, lumayan disayang. Meski kadar sayangnya tidak melebihi istri
ketiga. Yang miris adalah istri pertama. Dia terlihat kurus kering, tak begitu
diperhatikan, dicampakkan, bahkan tidak tercukupi nafka lahir dan batinnya.
Seiring
berjalannya waktu, tibalah masa di mana Bpk. Manu sakit keras. Sebentar lagi
nyawanya akan dicabut malaikat Izrail. Dipanggillah istri yang tersayang.
“Sayangku,
cintaku, Tada!” “Iya. Ada apa Kang Mas?” “Bolehkah aku meminta sesuatu
kepadamu?” “Emang mau minta apa kang Mas?” “Maukah kamu menyertaiku ketika aku
di dalam kubur?” “Ih, serem. Ga mau ah. Buat apa nemenin orang yang udah
meninggal.” Mendengar jawaban itu, hatinya hancur berkeping-keping. Rupanya,
istri yang selama ini dia sayang, justru mengabaikannya di saat ia sedang
kritis.
Istri
kedua pun dipanggil. Dengan permintaan yang sama Anis menjawab, “Ah enggak ah.
Wong Tada saja ga mau apalagi aku. Kang Mas kan lebih sayang ke Tada. Ya sudah
minta saja sama tada.” Mendapat jawaban ini Manu sedih bukan main, meski tak
sesedih jawaban istri yang ketiga.
Dalam
pembaringan ia tepekur sendiri. Kedua istrinya yang disayang ternyata tak
setia. Malah menyisikan luka dalam jiwa. Hanya satu istri yang belum dia minta,
yaitu: Amsol. Hatinya sudah diliputi keputusasaan. “Mana mungkin orang yang
selama ini aku campakkan mau menyertaiku.”
Di
luar dugaan, istri pertama menghampiri. Tanpa diminta dia berkata, “Kang Mas. Biar
pun engkau memperlakukanku sejelek apa pun. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku
akan setia menyertaimu di dalam kubur.” Manu pun menangis. Istri yang
disia-siakan justru lebih setia. Namun apa boleh buat. Nasi sudah menjadi
bubur. Dia sudah berada di ambang kematian. Dalam hati dia berandai, “Andai
saja aku diberi waktu hidup lebih lama, maka aku akan membahagian istri
pertama.”
Kisah
ini adalah menggambarkan hakikat kehidupan manusia menuju alam kubur. “Manu”
adalah singkatan dari: Manusia. Istri pertama, ‘Amshol’ adalah singkatan dari:
Amal Shalih. Istri kedua, ‘Anis’ adalah singkatan dari: Anak Istri(keluarga). Istri
ketiga, ‘Tada’ adalah singkatan dari: Harta Benda.
Ketika
meninggal dunia, yang menyertai manusia dalam kubur hanya satu, yaitu: Amalnya.
Jika semasa hidup amal shalihnya lebih banyak, maka akan hidup enak. Jika yang
lebih dominan adalah amal jelek, maka hidupnya di alam barzah akan sengsara.
Di
dunia manusia poligami dengan harta benda, keluarga dan amalnya. Namun yang
akan menyertai di kubur, hanya bermonogami dengan amalnya. Maka beruntunglah
bagi manusia yang dalam kuburnya ditemani amal shalih.
Nabi
Muhammad bersabda: “Yang mengikuti mayit ke kuburnya ada tiga, lalu dua
kembali dan yang tinggal bersamanya hanya satu; yang mengikutinya adalah
keluarganya, hartanya dan amalnya, lalu kembali keluarga dan hartanya, dan yang
tinggal hanya amalnya.” (Hr. Bukhari, Muslim dari Anas bin Malik
radhiyallahu’anhu). Wallahu a`lam.
Agar Tak Takut dan Sedih
Written By Amoe Hirata on Senin, 25 Januari 2016 | 12.10
Pada dasarnya, setiap
manusia pasti mengalami ketakutan dan kesedihan. Selama itu dilakukan sesuai
dengan kadarnya masing-masing, tidak ada masalah. Namun uniknya ada orang yang
tak akan merasa sedih dan takut. Semua itu dijelaskan dengan baik di dalam
al-Qur`an. Mau tahu bagaimana pandangan al-Qur`an agar kita sebagai hamba Allah
tidak merasa takut dan bersedih hati?
Menurut cara pandang
al-Qur`an, orang tidak akan takut dan sedih jika: Pertama, beriman pada Allah
dan Hari Akhir, serta beramal shalih.
{إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62)} [البقرة: 62]
{إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَى مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
(69)} [المائدة: 69]
Kedua, berserah diri secara total kepada
Allah, dan menjadi muhsin(orang-orang yang berbuat kebaikan).
{بَلَى
مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (112) } [البقرة: 112]
Ketiga, menginfakkan hartanya di jalan
Allah serta tidak diiringin dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti orang.
Menginfakkannya di waktu siang dan malam, baik sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan.
{الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا
مَنًّا وَلَا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا
هُمْ يَحْزَنُونَ (262)} [البقرة: 262]
{
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً
فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
(274)} [البقرة: 274]
Keempat, (di samping iman dan amal shalih)
ia juga menegakkan shalat, menunaikan zakat.
{إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ
لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
(277)} [البقرة: 277]
Kelima, mengikuti petunjuk Allah.
{قُلْنَا
اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ
فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (38)} [البقرة: 38]
Keenam, (di samping beriman) juga berbuat ishlāh. Bukan saja menjadi shalih(baik), namun
juga menjadi mushlih¸ menularkan dan menebarkan kebaikan di
sekelilingnya.
{وَمَا
نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ
فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (48)} [الأنعام: 48]
Ketujuh, bertakwa dan berbuat ishlāh. Menjadi muttaqin(orang-orang yang bertakwa)
dan mushlih(membuat perbaikan).
{يَا
بَنِي آدَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي
فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (35)}
[الأعراف: 35]
Kedelapan, istiqamah dengan keimananNya
pada Allah.
{
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (13)} [الأحقاف: 13]
Kesembilan, (selain bertakwa) ia juga
beriman pada ayat-ayat Allah sekaligus berserah diri padaNya.
{الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
(67) يَا عِبَادِ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ
(68) الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ (69)} [الزخرف: 67 -
69]
Kesepuluh, wali Allah(
yaitu yang bercirikan iman dan takwa).
{أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63)} [يونس: 62، 63]
Jadi kesimpulannya, jika anda dalam
menjalani hidup di dunia yang fana ini ingin dilindungi Allah dari rasa takut
dan sedih, maka ada sepuluh hal yang harus dilakukan: Pertama, beriman pada
Allah dan Hari Akhir, serta beramal shalih. Kedua, berserah diri secara total
kepada Allah, dan menjadi muhsin(orang-orang yang berbuat kebaikan).
Ketiga, menginfakkan
hartanya di jalan Allah serta tidak diiringin dengan mengungkit-ungkit dan
menyakiti orang. Menginfakkannya di waktu siang dan malam, baik
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Keempat, (di samping iman dan amal
shalih) ia juga menegakkan shalat, menunaikan zakat.
Kelima, mengikuti petunjuk
Allah. Keenam, (di samping beriman) juga berbuat ishlāh. Bukan saja menjadi shalih(baik), namun
juga menjadi mushlih¸ menularkan dan menebarkan kebaikan di
sekelilingnya. Ketujuh,
bertakwa dan berbuat ishlāh. Menjadi muttaqin(orang-orang
yang bertakwa) dan mushlih(membuat perbaikan). Kedelapan, istiqamah dengan keimananNya
pada Allah.
Kesembilan, (selain
bertakwa) ia juga beriman pada ayat-ayat Allah sekaligus berserah diri padaNya.
Kesepuluh, wali Allah( yaitu yang bercirikan iman dan takwa). Jika ini
benar-benar anda praktikkan dengan tulus dan ikhlas, pasti Allah akan membantu
anda mencampai tujuan tersebut.
Belah Dada
Written By Amoe Hirata on Jumat, 22 Januari 2016 | 16.08
Kalo
gue bikin judul kaya` gitu lo jangan ngeres dulu ya sob(sama sekali kagak ada
hubungannye sama d*d* c*w*k). Masalahnya ga sedangkal itu. Belah dada nih ye
–sumpah deh- masalah serius. Suer, gue kaga bo`ong. Kalo ga ada kejadian belah
dada, ga yakin deh orang-orang pade selamet –dunia akherat- idupnye.
Awalnya
begini gan. Judul entu, gue dapet dari sirah nabi kite, Muhammad s.a.w. Judul
Arabnye gini, syaqqus shodri(belah dada). Kejadian yang ajib banget deh.
Orang yang kagak punye iman, ga bakalan percaya deh ama kisah entu.
Apa
pentingnya coba` belah dada? Belah dada jadi penting sebenernye ga terletak
pade ‘belah’ dan ‘dada’nye. Yang penting ntuh isinye: qolbu(ati). Belah
dada cuman prosesnye. Allah mah gampang aje tanpa ngelakuin itu. Tapi ingat,
yang namenye manusia kudu ngormati, ngejalanin proses.
Nabi
tuh ya dibelah dadanye sebanyak dua kali(ada juga yang ngomong lebih). Satu pas
waktu masih bocah umur empat taon; terus yang kedua sebelum kejadian isra`
mi`raj taon ke 11 ato 12 kenabian, intinye sebelum hijrah lah.
Pentingnye
belah dada ntuh gini. Pertama, setiap manusia ntuh dalem atinye ada haddhus
syaithon(bagian ato kotoran setan). Kalo ntu dibersihkan, maka kecendrungan
hidupnye mengarah pade kebaikan.
Kedua,
urusan ati nih penting banget. Kate nabi, orang yang bersih atinye maka
semuanye bakal beres dah. Kalo rusak, kotor, abis tuh orang. Sebab idupnya
bakal ngikutin hawa nafsu terus. Makenye, ati bersih itu dapet ngabkibati orang
jadi sehat.
Ketiga,
bukan cuman ntu. Orang nih ya kalo sudah bersih atinye, maka gampang banget online
sama Tuhan. Ringan ngelakuin ape aje yang diperintah, sesame manusia pun penuh
belas kasih, hati jadi lapang dan kuncup bunga cinta akan bermekaran(cie-cie).
Keempat,
ga bakal bise jadi pemimpin amanah orang yang atinye kaga bersih. Sebab, orang
yang atinye kotor, akan lebih berat pada nafsu ketimbang qolbu.
Kelima,
Allah itu nur(Maha Pemilik Cahaya), cahayaNya ga bakal nyampe ke ati
manusia kalo atinya kotor. Pengen idup lo bersinar, bersiin wadah ati lo,
supaye cahaya Allah bise masuk ke dalem ati lo.
Makenye,
molai sekarang belah dada lo! ‘Lho kok dibelah?’ Maksud gue, bersiin tuh
lo punye ati. Isi dengan tazkiyatun pembersihan, penyucian. Tugas nabi
kan di antaranya, ngebersiin jiwa umatnye.
Kalo
ati lo bebas dari virus, terus diinstal ama instalan program(maksud gue Qur`an
ama Hadits) dari Tuhan, gue yakin deh, lo bakal menjadi manusia keren, ajib
banget deh pokoknya.
Jalan,
langkah, dan gerak lo bakal diarahkan Tuhan. Kalo tuhan yang ngarahin, dijamin
lo ga bakal tersesat. Ga perlu capek-capek nyari. Ga gagal paham, ga bingung,
ga galau dan ga ga yang lainnye.
Rasul
aje –orang suci kayak begitu-, masih harus dibersiin atinye, apalagi kite-kite?
Kotor banget pastinye kan ya`? Makenye, mulai detik ini ayo dicicil deh. Bikin
program cleaneng servis hati. Kalo hardwer jasad lo pingin baik,
maka bersiin tuh softwar ati lo. Dijamin makjleb slamet dunia
akhirat.
Kunci
idup nih ye: selame lo dalemannye bersih, insyaallah luaran lo bakal enjoy,
nyaman, wenak tenan. Sama orang enak, sama Tuhan enak. Sip dah pokoknya. Tapi
tau ga apa inti dari tulisanku? Intinye satu: Wallohu a`lam bis showab.
Minum
jus tomat, hari rebo. Cius amat sih BRO(heheh), moga manfaat ye. Da aku mah apa
atuh.
Keputusan Berskala Peradaban
Written By Amoe Hirata on Selasa, 12 Januari 2016 | 08.00
Dalam hidup ada masa di mana kita dihadapkan pada pilihan dilematis. Pada
saat itulah kebijaksanaan dan kejelian manusia diuji. Keputusan yang akan
diambil berdasarkan nafsu belaka, atau dengan pemahaman akan potensi, kelebihan,
dan kemampuan diri. Pilihan yang rumit inilah –setelah kehendak Tuhan-, yang
akan menentukan, apakah keputusan berskala individu, sosial, bahkan peradaban.
Berikut ini, adalah kisah seorang yang berhasil lulus dari pilihan sulit.
Keputusan yang ditetapkannya membuatnya memiliki kontribusi berskala peradaban.
Di kalangan Muslim, sosoknya nyaris tak terdengar. Ia dijuluki: ‘Hakim
Qurays’, atau ‘Hakim Keluarga Marwan’. Figur berpengaruh ini memiliki nama
lengkap Khalid bin Yazid bin Mu`awiyah bin Abi Sufyan.
Pasca kematian ayahnya(Yazid), sebenarnya ia sangat berhak melanjutkan
estafeta kekuasaan Daulah Umawi. Anehnya, pemuda keturunan Muawiyah ini justru
zuhud kekuasaan. Di samping tak mau berpolemik dengan Marwan bin Hakam, ada
orientasi lain yang membuat hatinya terkesan.
Daripada kekuasaan, hatinya lebih tertawan pada studi keilmuan. Keputusannya
dinilai menakjubkan. Ini karena: Pertama, melewatkan kesempatan besar sebagai
penguasa yang didamba banyak orang. Kedua, memilih studi keilmuan yang kala itu
masih asing, bahkan aneh di kalangan Muslim, yaitu: KIMIA.
Ia menyalahi arus kebanyakan orang. Lebih memilih mempelajari ilmu kauni
empiris daripada menjadi penguasa legendaris. Ketika itu pun, kajian seputar
kimia masih langkah –kalau tak boleh dikatakan belum ada-, bahkan dipandang sebelah
mata.
Sebelum Khalid-bahkan sejak imperium romawi-, studi kimia hanya berkutat
pada usaha untuk mengubah bahan logam seperti besi dan semacamnya, menjadi
barang berharga seperti emas dan perak. Semua dimaksudkan untuk meraup
kekayaan.
Mulailah ia keliling bersafar meneliti kajian seputar kimia. Ia
mengeluarkan biaya banyak untuk melakukan penelitian ini. Buku kimia karangan
romawi yang berada di Alexandria, Mesir, diterjemahkan, kemudian dikirim ke
Damaskus untuk dipelajari.
Dari kajiannya ia mulai menyusun dasar-dasar ilmu kimia. Tak cukup di situ,
ia juga melakukan eksperimen-eksperimen penting seputarnya. Jerih payahnya
membawa hasil. Dari percobaan yang dilakukannya, ia mampu membuat trobosan
baru, yaitu: obat kimiawi. Sebelumnya, berbagai bangsa menggunakan obat
tradisional berupa rempah-rempah atau herbal.
Tak pelak lagi, ia adalah ilmuan peletak dasar-dasar dan prinsip-prinsip
kimiawi dari kalangan Muslim. Beberapa tahun kemudian, eksperimen mencengankan
Khalid, dikembangkan oleh Jabir bin Hayyan. Bahkan, disempurnakan menjadi ilmu
kimia.
Karangan seputar ilmu kimia pun menyebar luas di berbagai penjuru dunia.
Buku-buku Jabir bin Hayyan menjadi tren kajian kimia hingga di Eropa sana.
Kajian ini dikenal di dunia sebagai maha karya Jabir.
Jabir tak akan semayshur itu, tanpa meneruskan kajian Khalid bin Yazid,
orang yang pertama kali memiliki ide mengadopsi dan mengadapsi ilmu asing
dengan pendekatan empiris.
Bersamaan dengan itu, akhirnya budaya penerjemahan ilmu-ilmu asing merebak.
Ilmu-ilmu lain seperti fisika, falak, geografi, falak dan berbagai cabangnya
tak luput dari proyek penerjemahan.
Dalam bidang kimia, Khalid mengarang lebih dari satu kitab. Keputusan
Khalid yang sebelumnya dianggap gila, ternyata di kemudian hari menjadi
kontribusi luar biasa dalam studi empiris.
Yang menakjubkan, budaya amanah ilmiah, sudah diterapkan Khalid sejak dini.
Secara jujur ia akan menunjukkan sumbernya. Ilmu yang bukan karyanya, tidak
dianggap sebagai karyanya. Briliannya, ia mengembangkannya menjadi ilmu yang
jauh bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Ilmuan-ilmuan asing baik dari Yunani dan negara lain yang nyaris hilang di
belantika peradaban dunia –berkat ulama Islam- menjadi dikenal kembali.
Peradaban Islam pun menjadi semakin maju. Mereka bukan hanya saja menguasai
ilmu syar`i, tapi juga ilmu kauni.
Sungguh fenomenal keputusan yang diambil oleh Khalid. Ia bukan saja menjadi
orang pertama kali yang mengadopsi ilmu asing yang kemudian dikembangkan,
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, tapi keputusan yang ia pilih sejak
pertama kali, benar-benar berskala peradaban.
Tadabbur Ayat Tadabbur
Written By Amoe Hirata on Senin, 11 Januari 2016 | 07.00
Ayat Kajian:
1.
Qs. An-Nisa: 82
أَفَلَا
يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَۚ وَلَوۡ كَانَ مِنۡ عِندِ غَيۡرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُواْ
فِيهِ ٱخۡتِلَٰفٗا كَثِيرٗا ٨٢
82. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al
Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya
2. Qs. Muhammad: 24
أَفَلَا
يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ ٢٤
24. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al
Quran ataukah hati mereka terkunci
3. Qs. Al-Mu`minun: 68
أَفَلَمۡ
يَدَّبَّرُواْ ٱلۡقَوۡلَ أَمۡ جَآءَهُم مَّا لَمۡ يَأۡتِ ءَابَآءَهُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ
٦٨
68. Maka apakah mereka tidak memperhatikan
perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah
datang kepada nenek moyang mereka dahulu
4. Qs. Shad: 29
كِتَٰبٌ
أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ
أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٢٩
29. Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran
Tinjauan
Bahasa:
Al-Alusi menyebutkan: “Pada asalnya tadabbur
bermakna merenungi akhir dan akibat sesuatu. Kemudian digunakan untuk setiap
renungan, baik terkait perenungan terhadap hakikat, bagian, pendahulu, sebab,
lanjutan, serta dampak sesuatu.”(al-`Alusi, Ruh al-Ma`āni,
5/95 dan al-Qasimi, Mahāsinu
al-Ta`wīl,
5/320).
Tadabbur
Ayat:
1. Ayat
‘tadabbur’ dalam al-Qur`an banyak diawali kata ‘afala, afalam’. Dalam
khazanah bahasa Arab, kata ini berfungsi sebagai anjuran sekaligus teguran.
2. Kata ‘tadabbur’
dengan berbagai bentuk wazan(timbangan)nya, dalam al-Qur`an selalu
disebut dalam betuk fi`il mudhāri`(kata
kerja yang sedang dan akan dilakukan). Hal ini memberi pelajaran penting:
‘Tadabbur’ adalah proses dinamis. Tak akan bisa
‘tadabbur’ orang yang tidak menggunakan akalnya.
3.
‘Tadabbur’ dalam al-Qur`an –selain berwazan fi`il mudhāri`-, ia juga berbentuk jama`(plural).
Pelajaran yang bisa dipetik: Tadabbur dianjurkan bukan hanya untuk individu,
tapi juga meluas pada skala kolektif, sosial. Artinya ‘tadabbur’ dianjurkan
untuk individu dan komunal. Tak hanya itu, dalam bahasa Arab, fungsi wazan تفَعُّل tafa`ul yaitu li al-takalluf(membebankan diri).
Maksudnya –terkait dengan tadabbur-, membutuhkan usaha keras dan ekstra untuk
menjalankannya.
4. Subyek
‘tadabbur’ adalah manusia
5. Obyek
‘tadabbur’ ialah: ayat-ayat Allah, baik berupa nash al-Qur`an, maupun ayat kauni
yang terhampar di alam semesta.
6. Al-Qur`an
perlu ditadabburi karena berasal dari Allah. Apa yang datang dariNya dijamin
keotentikannya. Tak hanya itu, tidak akan terdapat pertentangan dalam
ayat-ayatNya.
7. ‘Tadabbur’
adalah membutuhkan qalbu yang terbuka. Di samping qalbu, tadabbur
juga memerlukan pikiran. Sebab yang bisa melaksanakannya adalah ulil Albāb.
8. Di
antara penghalang ‘tadabbur’ ialah terkuncinya hati dan fanatik tradisi
9. Salah
satu fungsi diturunkannya al-Qur`an ialah agar ditadabburi
10. Fungsi
‘tadabbur’ ialah mengambil pelajaran
Cara Nabi Berinteraksi dengan Istri [III]
Written By Amoe Hirata on Minggu, 10 Januari 2016 | 07.00
Kesembilanbelas, bahagia dengan kegembiraan dan
permainannya. Ketika Aisyah sedang Asyik bermain dengan boneka anak perempuan,
rasul tidak menghardiknya. Malah menghiburnya dengan kuda Sulaiman yang
memiliki sayap. Aisyah pun tertawa.
Keduapuluh, menyatakan cinta serta merasa bahagia
dengannya. Rasulullah berkata tentang Khadijah: “Sungguh aku dikaruniai
cintanya.” (Hr. Muslim). Pernah juga beliau menyatakan bahwa istri yang
paling dicintai adalah: Aisyah.
Jadi, cara nabi berinteraksi dengan istri adalah
sebagai berikut: memahami perasaan, menghargai cinta dan rasa cemburu, memahami
psikis dan karakter, curhat dan musyawarah, menampakkan cinta dan kesetiaan,
membuat nama kesayangan, makan-minum bareng, tak mengeluh dan mengomentari
kelakuan istri, tidur di pangkuannya, menemani jalan-jalan, membantu pekerjaan
rumah, melakukan pekerjaan rumah secara mandiri, sabar dalam membahagiakannya,
memberikan kesempatan atau hak ketika marah, menenangkan dan meredam kemarahan,
ppeduli terhadapa kerabat dan teman akrab, memuji dan berterima kasih,bahagia
saat istri bahagia, bahagia dengan kegembiraan dan permainannya, serta
menyatakan cinta dengan tulus.
Cara Nabi Berinteraksi dengan Istri [II]
Written By Amoe Hirata on Sabtu, 09 Januari 2016 | 07.00
Kedelapan, tidak komentar atau mengeluh dengan
kelakuan istri selama dalam hal mubah. Aisyah berkata, ‘Aku menyisir rambut
Rasulullah, padahal sedang haidh.’(Hr. Bukhari).
Kesembilan, bersandar dan tidur di pangkuannya.
Aisyah bercerita: ‘Rasulullah bersandar di pangkuanku, pada waktu aku sedang
haidh.’(H. Muslim).
Kesepuluh, menemani jalan-jalan. Bukhari
meriwayatkan: Ketika malam, nabi shallallahu `alaihi wasallam berjalan
bersama Aisyah, sembari berbincang-bincang.
Kesebelas, membantu pekerjaan rumah. Dalam riwayat
Bukhari disebutkan: Ketika Aisyah ditanya mengenai apa yang dilakukan rasul
saat di rumah, beliau menjawab: ‘Beliau membantu pekerjaan istrinya.’
Kedua belas, melakukan pekerjaan rumah secara
mandiri supaya meringankan istri. Ketika Aisyah ditanya tentang pekerjaan
rasulullah di rumah, beliau menjawab: ‘Sebagaimana layaknya manusia lain,
menjahit baju, memerah susu, dan melayani dirinya.’(Hr. Ahmad).
Ketigabelas, sabar untuk membahagiakannya. Suatu
saat Abu Bakar datang ke rumah Nabi,waktu itu beliau sedang tertutup dengan
baju, karena ada dua dua perempuan muda yang sedang menabuh gendang di depan
Aisyah, lalu Abu Bakar kaget dan mencegahnya. Nabi pun melarangnya seraya berkata: “Biarkan mereka
berdua! Ini adalah hari raya.”(Hr. Bukhari).
Keempatbelas, memberikan kesempatan atau hak
ketika sedang marah. Ketika Aisyah marah, Nabi memberi pilihan Abu Ubaidah bin
Jarrah serta Umar sebagai hakim, tapi Aisyah tak mau. Ia lebih rela Abu Bakar
yang menjadi hakim.
Kelimabelas, menenangkan dan meradam kemarahan
istri. Salah satu doa yang Ummu Salamah dengar dari nabi untuk meredam
kemarahan ialah:
اللَّهُمَّ
رَبَّ مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِي وَأَجِرْنِي
مِنْ مُضِلَّاتِ الْفِتَنِ مَا أَحْيَيْتَنَا
“Ya Allah Tuhan Muhammad,
ampunilah dosaku, hilangkan kemarahan hatiku, anugerahkan padaku pahala dari fitnah-fitnah
yang menyesatkan, selama Engkau menghidupkan kami.”(Hr. Ahmad).
Keenambelas, peduli terhadap kerabat dan teman
akrabnya. Setiap kali
rasulullah menyembelih kambing, ia berkata: ‘Kirimkan sebagiannya kepada
teman-teman Khadijah.’(Hr. Muslim).
Ketujuhbelas, memuji dan berterimakasih padanya.
Suatu saat Rasulullah memuji Aisyah: “Sesungguhnya keutamaan Aisyah atas
semua wanita adalah seperti tsarid(adonan roti paling enak saat itu) atas
segala makanan.’(Hr. Muslim).
Kedelapan belas, bahagia ketika istri bahagia.
Suatu saat Aisyah sedang bermain bersama teman-teman perempuannya di sisi
rasulullah. Mereka malu pada rasulullah, lalu bersembunyi. Kemudian rasulullah
menyuruh mereka mendatangi Aisyah.[Bersambung]
Cara Nabi Berinteraksi dengan Istri [I]
Written By Amoe Hirata on Jumat, 08 Januari 2016 | 07.00
Bila kata nabi, ‘sebaik-baik kalian adalah yang
paling baik dengan keluarganya. Dan aku adalah yang paling baik
terhadap keluargaku.’(Hr. Turmudzi), maka berikut ini ada beberapa poin penting yang
perlu diteladani bagi para suami, bagaimana cara Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam
berinteraksi dengan istrinya.
Pertama, memahami dengan betul perasaannya. Suatu saat Rasulullah shalallahu
`alaihi wasallam berkata kepada Aisyah: “Sungguh aku tahu saat kamu ridha,
atau marah padaku. Jika kamu ridha padaku, kau mengatakan, ‘Tidak, demi
Tuhannya Muhammad.’ Sedangkan ketika marah, kau mengatakan, ‘Tidak. Demi
Tuhannya Ibrahim.’”(Hr. Muslim).
Kedua, menghargai cinta dan rasa cemburunya. Suatu
saat Ummu Salamah bercerita: “Aku membawa makanan dengan piring kepunyanku
kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dan para sahabatnya. Rasulullah bertanya, ‘Siapa yang membawa
makanan ini?’. Mereka menjawab, ‘Ummu Salamah.’. Lalu datanglah Aisyah sembari
membawa batu dan memecahkan piringnya. Lalu beliau mengumpulkan pecahan piring,
kemudian berkata pada para sahabatnya: ‘Makanlah! Ibu kalian sedang cemburu.’ Kemudian
rasulullah mengambil piring Aisyah kemudian dikirim ke Ummu Salamah, dan
memberikan piring Ummu Salamah kepada Aisyah.(Hr. Bukhari, Abu Daud).
Ketiga, memahami psikis dan karakternya. Nabi
bersabdah: “Pergauilah istri dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan
dari tulang rusuk. Tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.
Jika kamu hendak meluruskannya, maka akan pecah. Jika kamu biarkan, maka akan
tetap bengkok. Maka pergauilah istri dengan baik.”(Hr. Bukhari).
Keempat, mengadu(curhat) dan mengajaknya
bermusyawarah. Nabi Muhammad bermusyawarah dengan istri-istrinya dalam
permasalahan yang penting. Sebagai contoh, Rasulullah pernah bermusyawarah
dengan Ummu Salamah pada perjanjian Hudaibiah, ketika para sahabatnya tak
mengindahkan perintah rasul untuk menyembelih dan mencukur rambut. Akhirnya
Ummu Salamah mempunyai ide bagus: ga usah pakai omongan, tapi langsung saja
dipraktikkan di hadapan mereka. Akhirnya mereka pun mengikuti(Ibnu
Katsir, Sirah Nabawiah, 335).
Kelima, menampakkan cinta dan kesetiaan.
Rasulullah pernah berkata pada Aisyah pada hadits yang panjang mengenai Ummu
Zar`: “Aku dan dirimu bagaikan Abu Zar` dan Ummu Zar`.” Maksudnya: Aku dan kamu
seperti mereka berdua dalam hal cinta dan kesetiaan. Lalu Aisyah berkomentar, “Sungguh
Engkau lebih baik bagiku dari Abu Zar` dan Ummu Zar`.”(Hr. Bukhari,
Muslim).
Keenam, memilih nama kesayangan untuknya.
Rasulullah memiliki panggilan sayang kepada Aisyah, yaitu: `Aaisy(Hr.
Bukhari, Muslim) dan Humaira`(Hr. Baihaqi, Thabrani).
Ketujuh, makan dan minum bareng. Dalam hadits yang diriwayakan Muslim, rasulullah
dan Aisyah minum dengan gelas dan di tempat yang sama. Bahkan makan sisi daging di tulang, di posisi yang telah
dijilat Aisyah(Hr. Nasai).[Bersambung]
Taman Surga
Written By Amoe Hirata on Kamis, 07 Januari 2016 | 07.00
Saat
masih menjadi peserta PKU(Program Kaderisasi Ulama) Gontor tahun lalu(2015), ada satu hadits yang sering aku baca sebagai mukaddimah presentasi:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ
الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Artinya:
Bersumber dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
“Bila kalian melewati taman-taman surge, maka singgahlah!” Mereka pun
bertanya, ‘Apa (yang dimaksud) taman-taman surga?’. Belia menjawab, “Lingkaran-lingkaran[majlis] dzikir.”(Hr.
Tirmidzi dan Ahmad).
Lihat
bagaimana analogi rasul yang begitu indah. Majlis-majlis dzikir digambarkan
sebagai taman surga. Taman bagus di dunia saja memiliki sifat: indah, sejuk,
menarik, dan menentramkan, bahkan sering disinggahi orang, apalagi taman surga?
Dan taman surga itu adalah majlis dzikir.
Perlahan
aku mencoba merenung. Majlis dzikir dianalogikan sebagai taman surga, karena
dzikir mengandung unsur ketentraman. Bukankah dalam al-Qur`an disebutkan:
أَلَا
بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨
“Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”(Qs.
Ar-Ra`du: 28).
Dzikir
juga mengantarkan kita pada keberuntungan:
وَٱذۡكُرُواْ
ٱللَّهَ كَثِيرٗا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ١٠
“dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”(Qs. Al-Jumu`ah: 10). Siapa
yang tidak beruntung jika berada di taman yang indah, mendapat kesejukan, kententraman,
keceriaan? Kita pasti tau jawabannya.
Bagaimana caranya masuk kedalam taman surga?
Ada sebuah hadits yang menjelaskan: “Barang siapa yang suka singgah
(menikmati) taman surga, maka perbanyaklah dzikir pada Allah!”(Hr. Ibnu Abu
Syaibah dan Thabrani). Meski hadits ini dha`if –karena di dalam sanadnya ada
rawi bernama Musa bin Ubaidah-, namun setidaknya kedhaifannya ringan dan
bersesuaian dengan hadits yang disebutkan di paragraf awal. Jadi, karena taman
surga adalah majlis dzikir, maka jika mau menyinggahinya, harus memperbanyak
dzikir(baca: Al-Ahzab, 41).
Hanya
saja, orang lebih menyukai hal yang konkrit. Pada umumnya, meski pahala besar
disediakan bagi orang-orang yang dzikir, namun untuk melaksanakannya secara
kontinu masih mikir-mikir. Semoga kita adalah bagian yang mampu menikmati
taman-taman surga di majlis dzikir.
Terakhir,
ada satu puisi yang saya buat terkait dengan, taman surga:
BUNGA
DI TAMAN SURGA
Hati ini terasa sejuk
Bersama orang-orang yang mendapat petunjuk
Jiwa ini terasa nikmat
Bersama orang-orang yang taat
Ya Allah, Ya Tuhan kami
Izinkan kami di sini
Hingga kembali bersemi Indah
Saat kuncup mekar menjadi bunga
Rasul pun bersabda:
"Jika kalian melewati
taman-taman surga, maka singgah dan nikmati apa yang di dalamnya." para
sahabat pun bertanya: "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan taman
surga?". Rasul menjawab: "lingkaran(perkumpulan) zikir".(Hr.
Ahmad, Turmudzi).
TAHALLUL
Written By Amoe Hirata on Rabu, 06 Januari 2016 | 16.23
Ketika Pak Boy –bukan nama
sebenarnya- menunaikan ibadah tahallul(mencukur rambut) di waktu haji,
ada orang Arab jail, mengambil guntingnya tanpa izin. Pak Boy pun naik pitam.
Namun ia bingung karena tidak bisa berbahasa Arab. Ia pun mencari akal:
bagaimana caranya agar kemarahannya tersalurkan, dan dimengerti oleh orang Arab
iseng tadi?.
Seolah mendapat ilham dari
langit, ia pun dengan lantang mengatakan: “A`udzu billahi minas syaithanir
rajim.(Aku berlindung pada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk)”
Sambil mengarahkan jari telunjuk ke muka orang Arab, di sertai mimik wajah
sangar. Jurus itu akhirnya berhasil. Orang Arab itu melempar gunting, lalu lari
tunggang langgang.
Keadilan Hukum Islam
Written By Amoe Hirata on Selasa, 05 Januari 2016 | 15.30
Suatu ketika –di zaman kekhilafaan Umar bin
Khattab- ada beberapa budak milik Hāthib bin Abi Balta`ah Ra. mencuri seekor unta kepunyaan bani Muzainah.
Mereka tidak jadi dikenakan sanksi mencuri lantaran kelaparan. Bahkan Umar
menyuruh Hāthib
mengganti harga ontanya kepada pemiliknya yang berasal dari bani Muzainah. Di
akhir pembicaraan, Khalifah Umar berkomentar: “Demi Allah sekiranya aku tidak
tahu bahwa kalian mempekerjakan mereka dan membuat mereka lapar, maka pasti aku
potong tangan mereka.”(baca: I`lām al-Muwaqqi`īn `an Rabbi al-`Ālamīn, 3/17).
Beliau tahu betul bahwa pencurian yang sudah
mencapai had-nya(seperempat dinar: Ṣahīh Fiqhi al-Sunnah, 4/95) harus dipotong tangannya(sebagaimana
Qs. Al-Maidah: 38); ia pun tahu bahwa hukum harus ditegakkan secara
adil(sebagaimana Qs. Al-Maidah: 8), tanpa pandang bulu. Namun untuk menetapkannya,
tidak boleh serampangan. Harus berdasarkan penelitian. Dalam Fiqih ada dua
ketentuan untuk menetapkan pencuri: Pertama, adanya dua orang saksi. Kedua,
pengakuan langsung dari pencuri(Ṣahīh Fiqhi al-Sunnah, 4/95). Namun, ketika Khalifah Umar mengetahui
pencurian dilakukan karena adanya faktor kelaparan, maka had tidak jadi
diberlakukan.
Dari pengalaman sejarah
ini, paling tidak kita bisa mengambil beberapa pelajaran penting terkait
keadilan hukum Islam. Pertama, hukum dalam Islam (dalam kasus ini adalah
pencurian) sangat tegas dan tidak pandang bulu. Kedua, pemberlakuan
hukum bisa ditetapkan berdasarkan kesaksian dua orang yang melihat dan
pengakuan langsung dari pencuri. Ketiga, didasarkan pada penelitian yang
detil dan komprehensif sehingga tidak mengalami kesalahan fatal. Keempat, ukuran
pencurian yang teranggap ialah seperempat dinar. Kelima, hukum tidak
bisa diceraikan dari keadilan, akhlak. Ketika hakim mengetahui bahwa ada pencuri
yang terpaksa –berdasarkan penelitian-, maka dengan basis rahmat, ia bisa
membebaskan pencuri tersebut.Jika kelima poin tersebut telah terpenuhi, maka
hukum harus ditegakkan. Bila tidak, maka penegakan hukum menjadi timpang,
keadilan pun terbuang.
Sebagai penutup, ada baiknya kita membuka lembaran
emas sejarah. Ketika ada seorang wanita dari klan Makhzumiyah mencuri, pembesar
Qurays berusaha meminta amnesti dengan cara meminta Zaid bin Haritsah untuk
membujuk Rasulullah. Rasul pun dengan tegas menolak, kemudian berpidato di atas
mimbar: “ Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian ialah
jika yang mencuri orang mulia mereka mengabaikannya, sedangkan jika yang
mencuri orang lemah, mereka tegakkan hukum. Demi Allah, jika Fatimah binti
Muhammad mencuri, pasti aku sendiri yang memotong tangannya.’(Hr. Bukhari
dan Muslim).
Jangan Mendahului Allah
Written By Amoe Hirata on Senin, 04 Januari 2016 | 13.58
“Al-hamdulillah Sarikhuluk
datang juga akhirnya.” Teriak Paijo saat pertama kali melihatnya datang ke
Pendopo al-Ikhlas. Belum sempat duduk nyruput kopi, Sarikhuluk sudah
dicurhati Paijo mengenai masalah pribadinya. “Cak, gimana nih, aku gagal total.
Aku sudah merencanakan bisnisku. Sudah kutaksir sedemikian rupa keuntungannya.
Modalku juga sudah habis. Taunya apa Cak, aku bangkrut. Impian tak menjadi
kenyataan, malah bertumpuk beban”
“Lha piye toh, masa
depan kok dipastikan gitu. Itu namanya ndisiki pengeran(mendahului Allah).” Komentar
Sarikhuluk. “Maksudnya apa Cak?”
tanyanya mantap. “Yang terjadi di masa depan, baik untung maupun rugi, semua
berada di tanganNya. Manusia hanya mampu berusaha, kepastian masa dapan, berada
pada Tuhan. Makanya, jangan sekali-kali memastikan sesuatu yang belum pasti,
kalau ga mau gigit jari.”
“Dalam Surah al-Hujurat:
1, ada larangan untuk la tuqaddimu baina yadayillahi wa rasulih(janganlah
mendahului Allah dan RasulNya). Konon, ayat ini turun berkaitan dengan Abu
Bakar dan Umar yang memperdabatkan masalah agama –yang sebenarnya hak
prerogatif Allah dan RasulNya-, namun keduanya tetap ngotot dengan pendapatnya
masing-masing. Melihat kejadian itu, nabi berkata, ‘Hampir saja kedua sahabat
ini binasa.’ Ya, jika keduanya tetap ngotot mendahului Allah dan RasulNya,
pasti kebinasaan yang akan dialami.”
“Jo! Peristiwa asbabun
nuzul ayat itu sebanarnya juga relevan digunakan bagi siapa saja yang
mendahului Allah dan RasulNya.” “Tunggu Cak, emang mendahului di sini apa? Aku
masih kurang ngerti.” “`Kan sudah tak jelaskan. Urusan masa depan adalah
rahasia Allah. Yang diperintahkan pada orang beriman adalah evaluasi yang
terjadi di masa lalu untuk mempersiapkan diri di masa datang, sebagaimana Al-Hasyr:
18, kapasitas manusia sama sekali bukan memastikan.” “Ooo, nngunu tah Cak.”
“Aku jadi ingat pesen
guruku dulu. Dia pernah menasihatiku, ‘berharap boleh-boleh saja, tapi jangan
memastikan dan terlalu berobsesi tinggi. Karena, masa depan adalah misteri,
manusia hanya menduga-duga. Jangan pernah mendahului Allah.’ Aku diberi nasihat
seperti itu karena ada sebuah kejadian yang ku alami sendiri. Aku pernah jualan
daun pisang di pasar. Sebelum berangkat, menurut perkiraanku, dilihat dari
musim pembuatan jajan tradisional, orang-orang pasti membutuhkan daun pisang.
Kebetulan aku punya banyak pohon pisang di belakang rumahku. Kalau aku
hitung-hitung, aku akan mendapat keuntungan besar. Akhirnya aku potong daunnya. Sesampainya di
pasar, aku kaget. Kondisi hujan deras, seharian penuh, sehingga orang yang ke
pasar sedikit. Bukan keuntungan yang ku dapat, malah kerugian. Waktu itu aku nesu(jengkel),
makanya aku mengadu ke guru, dan mendapat nasihat seperti itu.”
“Ooo ngunu tah Cak.
Suwon lho pituture(nasehatnya). Aku agak tenang sekarang.”