Home » » Hidup Poligami, Mati Monogami

Hidup Poligami, Mati Monogami

Written By Amoe Hirata on Selasa, 26 Januari 2016 | 07.00


          Alkisah, ada seorang lelaki berpoligami. Beliau di kampungnya dipanggil Bapak. Manu. Ia mempunyai tiga istri. Istri pertama bernama Amsol. Istri kedua bernama Anis. Istri ketiga bernama Tada. Dari ketiga istrinya, istri yang ketigalah yang paling disayang, diperhatikan, dan difasilitasi dengan fasilitas berlebih. Karena dia rupawan, menarik, dan melenakan pandang.

            Adapun istri kedua, lumayan disayang. Meski kadar sayangnya tidak melebihi istri ketiga. Yang miris adalah istri pertama. Dia terlihat kurus kering, tak begitu diperhatikan, dicampakkan, bahkan tidak tercukupi nafka lahir dan batinnya.
            Seiring berjalannya waktu, tibalah masa di mana Bpk. Manu sakit keras. Sebentar lagi nyawanya akan dicabut malaikat Izrail. Dipanggillah istri yang tersayang.
            “Sayangku, cintaku, Tada!” “Iya. Ada apa Kang Mas?” “Bolehkah aku meminta sesuatu kepadamu?” “Emang mau minta apa kang Mas?” “Maukah kamu menyertaiku ketika aku di dalam kubur?” “Ih, serem. Ga mau ah. Buat apa nemenin orang yang udah meninggal.” Mendengar jawaban itu, hatinya hancur berkeping-keping. Rupanya, istri yang selama ini dia sayang, justru mengabaikannya di saat ia sedang kritis.
            Istri kedua pun dipanggil. Dengan permintaan yang sama Anis menjawab, “Ah enggak ah. Wong Tada saja ga mau apalagi aku. Kang Mas kan lebih sayang ke Tada. Ya sudah minta saja sama tada.” Mendapat jawaban ini Manu sedih bukan main, meski tak sesedih jawaban istri yang ketiga.
            Dalam pembaringan ia tepekur sendiri. Kedua istrinya yang disayang ternyata tak setia. Malah menyisikan luka dalam jiwa. Hanya satu istri yang belum dia minta, yaitu: Amsol. Hatinya sudah diliputi keputusasaan. “Mana mungkin orang yang selama ini aku campakkan mau menyertaiku.”
            Di luar dugaan, istri pertama menghampiri. Tanpa diminta dia berkata, “Kang Mas. Biar pun engkau memperlakukanku sejelek apa pun. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan setia menyertaimu di dalam kubur.” Manu pun menangis. Istri yang disia-siakan justru lebih setia. Namun apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur. Dia sudah berada di ambang kematian. Dalam hati dia berandai, “Andai saja aku diberi waktu hidup lebih lama, maka aku akan membahagian istri pertama.”
            Kisah ini adalah menggambarkan hakikat kehidupan manusia menuju alam kubur. “Manu” adalah singkatan dari: Manusia. Istri pertama, ‘Amshol’ adalah singkatan dari: Amal Shalih. Istri kedua, ‘Anis’ adalah singkatan dari: Anak Istri(keluarga). Istri ketiga, ‘Tada’ adalah singkatan dari: Harta Benda.
            Ketika meninggal dunia, yang menyertai manusia dalam kubur hanya satu, yaitu: Amalnya. Jika semasa hidup amal shalihnya lebih banyak, maka akan hidup enak. Jika yang lebih dominan adalah amal jelek, maka hidupnya di alam barzah akan sengsara.
            Di dunia manusia poligami dengan harta benda, keluarga dan amalnya. Namun yang akan menyertai di kubur, hanya bermonogami dengan amalnya. Maka beruntunglah bagi manusia yang dalam kuburnya ditemani amal shalih.
            Nabi Muhammad bersabda: “Yang mengikuti mayit ke kuburnya ada tiga, lalu dua kembali dan yang tinggal bersamanya hanya satu; yang mengikutinya adalah keluarganya, hartanya dan amalnya, lalu kembali keluarga dan hartanya, dan yang tinggal hanya amalnya.” (Hr. Bukhari, Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu). Wallahu a`lam.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan