Alkisah,
ada seorang lelaki berpoligami. Beliau di kampungnya dipanggil Bapak. Manu. Ia
mempunyai tiga istri. Istri pertama bernama Amsol. Istri kedua bernama Anis.
Istri ketiga bernama Tada. Dari ketiga istrinya, istri yang ketigalah yang
paling disayang, diperhatikan, dan difasilitasi dengan fasilitas berlebih. Karena
dia rupawan, menarik, dan melenakan pandang.
Adapun
istri kedua, lumayan disayang. Meski kadar sayangnya tidak melebihi istri
ketiga. Yang miris adalah istri pertama. Dia terlihat kurus kering, tak begitu
diperhatikan, dicampakkan, bahkan tidak tercukupi nafka lahir dan batinnya.
Seiring
berjalannya waktu, tibalah masa di mana Bpk. Manu sakit keras. Sebentar lagi
nyawanya akan dicabut malaikat Izrail. Dipanggillah istri yang tersayang.
“Sayangku,
cintaku, Tada!” “Iya. Ada apa Kang Mas?” “Bolehkah aku meminta sesuatu
kepadamu?” “Emang mau minta apa kang Mas?” “Maukah kamu menyertaiku ketika aku
di dalam kubur?” “Ih, serem. Ga mau ah. Buat apa nemenin orang yang udah
meninggal.” Mendengar jawaban itu, hatinya hancur berkeping-keping. Rupanya,
istri yang selama ini dia sayang, justru mengabaikannya di saat ia sedang
kritis.
Istri
kedua pun dipanggil. Dengan permintaan yang sama Anis menjawab, “Ah enggak ah.
Wong Tada saja ga mau apalagi aku. Kang Mas kan lebih sayang ke Tada. Ya sudah
minta saja sama tada.” Mendapat jawaban ini Manu sedih bukan main, meski tak
sesedih jawaban istri yang ketiga.
Dalam
pembaringan ia tepekur sendiri. Kedua istrinya yang disayang ternyata tak
setia. Malah menyisikan luka dalam jiwa. Hanya satu istri yang belum dia minta,
yaitu: Amsol. Hatinya sudah diliputi keputusasaan. “Mana mungkin orang yang
selama ini aku campakkan mau menyertaiku.”
Di
luar dugaan, istri pertama menghampiri. Tanpa diminta dia berkata, “Kang Mas. Biar
pun engkau memperlakukanku sejelek apa pun. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku
akan setia menyertaimu di dalam kubur.” Manu pun menangis. Istri yang
disia-siakan justru lebih setia. Namun apa boleh buat. Nasi sudah menjadi
bubur. Dia sudah berada di ambang kematian. Dalam hati dia berandai, “Andai
saja aku diberi waktu hidup lebih lama, maka aku akan membahagian istri
pertama.”
Kisah
ini adalah menggambarkan hakikat kehidupan manusia menuju alam kubur. “Manu”
adalah singkatan dari: Manusia. Istri pertama, ‘Amshol’ adalah singkatan dari:
Amal Shalih. Istri kedua, ‘Anis’ adalah singkatan dari: Anak Istri(keluarga). Istri
ketiga, ‘Tada’ adalah singkatan dari: Harta Benda.
Ketika
meninggal dunia, yang menyertai manusia dalam kubur hanya satu, yaitu: Amalnya.
Jika semasa hidup amal shalihnya lebih banyak, maka akan hidup enak. Jika yang
lebih dominan adalah amal jelek, maka hidupnya di alam barzah akan sengsara.
Di
dunia manusia poligami dengan harta benda, keluarga dan amalnya. Namun yang
akan menyertai di kubur, hanya bermonogami dengan amalnya. Maka beruntunglah
bagi manusia yang dalam kuburnya ditemani amal shalih.
Nabi
Muhammad bersabda: “Yang mengikuti mayit ke kuburnya ada tiga, lalu dua
kembali dan yang tinggal bersamanya hanya satu; yang mengikutinya adalah
keluarganya, hartanya dan amalnya, lalu kembali keluarga dan hartanya, dan yang
tinggal hanya amalnya.” (Hr. Bukhari, Muslim dari Anas bin Malik
radhiyallahu’anhu). Wallahu a`lam.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !