Dalam hidup ada masa di mana kita dihadapkan pada pilihan dilematis. Pada
saat itulah kebijaksanaan dan kejelian manusia diuji. Keputusan yang akan
diambil berdasarkan nafsu belaka, atau dengan pemahaman akan potensi, kelebihan,
dan kemampuan diri. Pilihan yang rumit inilah –setelah kehendak Tuhan-, yang
akan menentukan, apakah keputusan berskala individu, sosial, bahkan peradaban.
Berikut ini, adalah kisah seorang yang berhasil lulus dari pilihan sulit.
Keputusan yang ditetapkannya membuatnya memiliki kontribusi berskala peradaban.
Di kalangan Muslim, sosoknya nyaris tak terdengar. Ia dijuluki: ‘Hakim
Qurays’, atau ‘Hakim Keluarga Marwan’. Figur berpengaruh ini memiliki nama
lengkap Khalid bin Yazid bin Mu`awiyah bin Abi Sufyan.
Pasca kematian ayahnya(Yazid), sebenarnya ia sangat berhak melanjutkan
estafeta kekuasaan Daulah Umawi. Anehnya, pemuda keturunan Muawiyah ini justru
zuhud kekuasaan. Di samping tak mau berpolemik dengan Marwan bin Hakam, ada
orientasi lain yang membuat hatinya terkesan.
Daripada kekuasaan, hatinya lebih tertawan pada studi keilmuan. Keputusannya
dinilai menakjubkan. Ini karena: Pertama, melewatkan kesempatan besar sebagai
penguasa yang didamba banyak orang. Kedua, memilih studi keilmuan yang kala itu
masih asing, bahkan aneh di kalangan Muslim, yaitu: KIMIA.
Ia menyalahi arus kebanyakan orang. Lebih memilih mempelajari ilmu kauni
empiris daripada menjadi penguasa legendaris. Ketika itu pun, kajian seputar
kimia masih langkah –kalau tak boleh dikatakan belum ada-, bahkan dipandang sebelah
mata.
Sebelum Khalid-bahkan sejak imperium romawi-, studi kimia hanya berkutat
pada usaha untuk mengubah bahan logam seperti besi dan semacamnya, menjadi
barang berharga seperti emas dan perak. Semua dimaksudkan untuk meraup
kekayaan.
Mulailah ia keliling bersafar meneliti kajian seputar kimia. Ia
mengeluarkan biaya banyak untuk melakukan penelitian ini. Buku kimia karangan
romawi yang berada di Alexandria, Mesir, diterjemahkan, kemudian dikirim ke
Damaskus untuk dipelajari.
Dari kajiannya ia mulai menyusun dasar-dasar ilmu kimia. Tak cukup di situ,
ia juga melakukan eksperimen-eksperimen penting seputarnya. Jerih payahnya
membawa hasil. Dari percobaan yang dilakukannya, ia mampu membuat trobosan
baru, yaitu: obat kimiawi. Sebelumnya, berbagai bangsa menggunakan obat
tradisional berupa rempah-rempah atau herbal.
Tak pelak lagi, ia adalah ilmuan peletak dasar-dasar dan prinsip-prinsip
kimiawi dari kalangan Muslim. Beberapa tahun kemudian, eksperimen mencengankan
Khalid, dikembangkan oleh Jabir bin Hayyan. Bahkan, disempurnakan menjadi ilmu
kimia.
Karangan seputar ilmu kimia pun menyebar luas di berbagai penjuru dunia.
Buku-buku Jabir bin Hayyan menjadi tren kajian kimia hingga di Eropa sana.
Kajian ini dikenal di dunia sebagai maha karya Jabir.
Jabir tak akan semayshur itu, tanpa meneruskan kajian Khalid bin Yazid,
orang yang pertama kali memiliki ide mengadopsi dan mengadapsi ilmu asing
dengan pendekatan empiris.
Bersamaan dengan itu, akhirnya budaya penerjemahan ilmu-ilmu asing merebak.
Ilmu-ilmu lain seperti fisika, falak, geografi, falak dan berbagai cabangnya
tak luput dari proyek penerjemahan.
Dalam bidang kimia, Khalid mengarang lebih dari satu kitab. Keputusan
Khalid yang sebelumnya dianggap gila, ternyata di kemudian hari menjadi
kontribusi luar biasa dalam studi empiris.
Yang menakjubkan, budaya amanah ilmiah, sudah diterapkan Khalid sejak dini.
Secara jujur ia akan menunjukkan sumbernya. Ilmu yang bukan karyanya, tidak
dianggap sebagai karyanya. Briliannya, ia mengembangkannya menjadi ilmu yang
jauh bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Ilmuan-ilmuan asing baik dari Yunani dan negara lain yang nyaris hilang di
belantika peradaban dunia –berkat ulama Islam- menjadi dikenal kembali.
Peradaban Islam pun menjadi semakin maju. Mereka bukan hanya saja menguasai
ilmu syar`i, tapi juga ilmu kauni.
Sungguh fenomenal keputusan yang diambil oleh Khalid. Ia bukan saja menjadi
orang pertama kali yang mengadopsi ilmu asing yang kemudian dikembangkan,
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, tapi keputusan yang ia pilih sejak
pertama kali, benar-benar berskala peradaban.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !